SpaceX Akan Bawa Pulang Stasiun Luar Angkasa Internasional 2030-an dan Dihancurkan di Atmosfer Bumi

POS-KUPANG.COM - Satu dekade lagi, masa pakai Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS akan habis. Demi membatasi jumlah sampah antariksa, maka ISS akan dibawa kembali memasuki atmosfer Bumi. SpaceX telah terpilih untuk menjalankan misi tersebut. Selanjutnya, di lapisan atas atmosfer Bumi, misi penghancuran ISS akan dilakukan.

Bagian pertama ISS mulai diluncurkan tahun 1998, yaitu modul Zarya buatan Rusia. Stasiun luar angkasa yang dimiliki lima badan antariksa dari Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, Kanada dan Jepang itu mulai beroperasi dan dihuni pada tahun 2000. Karena itu, pada awal dekade 2030-an mendatang, masa operasional ISS akan selesai.

Masa pakai ISS yang kini memiliki 16 modul sebenarnya telah diperpanjang beberapa kali. Namun, semua negara yang membangun ISS sepakat bahwa memperpanjang kembali masa guna ISS setelah 2030 akan berisiko.

Karena itu, seperti dikutip dari BBC, 27 Juni 2024, negara-negara Barat telah sepakat untuk mendanai ISS hingga tahun 2030 saja. Sementara Rusia, sejak Perang Rusia-Ukraina berlangsung, sudah menegaskan bahwa keterlibatannya dalam pengelolaan dan pengoperasian ISS akan berlangsung setidaknya hingga 2028 saja.

spacex akan bawa pulang stasiun luar angkasa internasional 2030-an dan dihancurkan di atmosfer bumi

Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mengorbit Bumi. ISS akan dihancurkan pada awal 2030-an di atmosfer bumi.

Sebagai laboratorium terbang, ISS mengorbit Bumi pada ketinggian sekitar 400 kilometer (km). Wahana luar angkasa ini bergerak mengelilingi Bumi dengan kecepatan 28.000 km per jam atau 7,67 km per detik. Dengan kecepatan sebesar itu, ISS hanya butuh 90 menit untuk memutari Bumi satu putaran penuh. Artinya dalam 24 jam, ISS akan menyaksikan 16 kali Matahari terbit dan terbenam.

Tahun ini, ISS telah 24 tahun menjadi rumah bagi lebih 250 antariksawan dan tempat bagi ribuan penelitian, mulai dari penyelidikan proses penuaan pada manusia hingga uji formula untuk pembuatan jenis material baru. Namun, sama seperti teknologi buatan manusia lainnya, ISS pun memiliki batas waktu operasional.

Meski masih tersisa beberapa tahun lagi, namun upaya penghancuran ISS sudah harus disiapkan dari sekarang. Tanpa campur tangan manusia pun, ISS sebenarnya juga akan jatuh kembali ke Bumi akibat meningkatnya tarikan atmosfer (drag) sebagai konsekuensi dari tingginya aktivitas Matahari. Besarnya tarikan atmosfer itu tidak hanya menghambat gerak wahana, tetapi juga menariknya kembali ke Bumi.

Namun proses alamiah untuk menjatuhkan kembali wahana ke Bumi itu membutuhkan waktu dan berisiko besar bagi penduduk Bumi. Posisi masuknya wahana ke atmosfer sulit ditebak sehingga lintasan dan tempat jatuhnya benda tersebut di permukaan Bumi, kalau ada material sisanya, menjadi susah diprediksi.

Karena itu, proses masuk kembalinya ISS dan penghancurannya di atmosfer harus dikendalikan atau dikontrol sehingga meminimalkan risiko bagi masyarakat. Terlebih, ISS adalah benda terbesar yang pernah dibangun manusia di luar angkasa.

Meski demikian, proses pengendalian jatuhnya ISS itu tidak mudah. Sebagian perangkat keras ISS sudah berumur puluhan tahun sehingga potensi terkoyaknya wahana sebelum memasuki atmosfer Bumi akan menjadi makin besar dan menyulitkan untuk mengendalikannya.

Seluruh proses terbakar dan hancurnya ISS di angkasa ini memang membahayakan manusia. Namun menyaksikan kehancuran ISS ini bisa menjadi pemandangan yang menakjubkan.

Menantang

Agar proses pembuangan dan penghancuran ISS terkendali, Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS pada Rabu (26/6/2024) telah menunjuk perusahaan rintisan teknologi antariksa terkemuka SpaceX untuk membangun rencana dan sistem guna mendeorbit atau membawa ISS dari orbitnya kembali ke Bumi dan memusnahkannya di atmosfer bagian atas Bumi.

Untuk menjalankan misi tersebut, NASA memberikan pendanaan sebesar 843 juta dollar AS atau sekitar Rp 13,8 triliun dengan kurs saat ini. SpaceX bertugas membawa ISS kembali ke Bumi serta memastikan terbakar dan hancurnya ISS berlangsung di atas Samudera Pasifik.

“Pemilihan kendaraan untuk mendeorbit ISS ini akan membantu NASA dan mitra internasionalnya untuk memastikan proses transisi di orbit rendah Bumi pada akhir masa pengoperasian ISS berlangsung aman dan bertanggung jawab. Keputusan ini juga mendukung rencana NASA untuk komersialisasi luar angkasa di dekat Bumi secara berkelanjutan di masa depan,” kata direktur operasi luar angkasa NASA Ken Bowersox.

Sejatinya, NASA telah mempelajari sejumlah pilihan lain untuk membuang ISS. Setiap gagasan terkait ISS pascaberakhirnya masa operasional wahana itu memiliki kompleksitas dan tantangan yang berbeda-beda.

Salah satu opsi yang diajukan adalah membongkar ISS dan menggunakan elemen-elemen yang berusia muda untuk digunakan pada platform stasiun luar angkasa berikutnya. Ide lainnya adalah meneruskan ISS dan menyerahkan pengoperasian dan pemeliharaannya ke perusahaan komersial.

Alternatif lain adalah memindahkan ISS ke orbit yang lebih tinggi sehingga wahana ini tidak akan cepat masuk kembali ke atmosfer Bumi. Namun, cara ini membutuhkan lusinan pesawat luar angkasa agar ISS bisa mencapai ketinggian yang diinginkan.

Namun, ada batasan yang harus diperhatikan. Selain soal biaya, setiap pilihan yang diambil juga memiliki kesulitan dan konsekuensi hukum yang tidak mudah, terutama terkait status kepemilikan ISS. Karena itu, sepertinya opsi menjatuhkan kembali ISS ke Bumi menjadi pilihan akhir bagi NASA.

Hingga kini, baik NASA maupun SpaceX belum menyampaikan desain wahana yang akan berfungsi sebagai “kapal tunda” bagi ISS tersebut. Meski demikian, wahana yang tidak akan mengorbit ini dipastikan harus memiliki daya dorong yang sangat besar sehingga ISS bisa dipandu untuk masuki kembali atmosfer Bumi pada tempat dan waktu yang tepat.

Minimalkan risiko

ISS bukanlah stasiun luar angkasa berawak pertama yang dihancurkan di lapisan atmosfer Bumi. Sebelumnya ada Salyut 1 milik Uni Soviet yang dideorbit pada 1971 dan dilanjutkan sejumlah generasi Salyut berikutnya. Stasiun luar angkasa Rusia terakhir yang dideorbit adalah Mir pada 2001 yang menjadi warisan Soviet.

Selain itu, ada pula stasiun luar angkasa Skylab milik AS yang dikembalikan ke Bumi tahun 1979 serta Tiangong 1 dan Tiangong 2 milik China yang masuk kembali ke atmosfer Bumi pada 2018 dan 2019. Kini, stasiun luar angkasa yang masih beroperasi adalah ISS dan Tiangong generasi terbaru yang baru beroperasi 3 tahun terakhir.

Meski demikian, proses penjatuhan ISS pada awal 2030-an itu nantinya akan menjadi peristiwa masuk kembalinya wahana luar angkasa ke atmosfer Bumi yang terbesar sepanjang sejarah penerbangan luar angkasa. Namun, risiko dan tantangan yang dihadapi juga sama besarnya.

Seperti dikutip dari BBC, 3 Mei 2023, ukuran ISS itu tiga kali lebih besar daripada Mir. “Ini merupakan tantangan besar. Benda seberat lebih dari 400 ton yang jatuh dari langit bukanlah hal yang bagus,” kata astronom di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian AS Jonathan McDowell.

Selain bobotnya yang sangat besar, yaitu sekitar 430 ton atau setara berat 200-an gajah. Ukuran ISS juga sangat luas sebesar lapangan sepak bola, yaitu 109 meter dari ujung panel surya ke ujung panel surya di sisi lain dan 51 meter dari depan ke belakang wahana.

Dengan dimensi sebesar itu, maka ada kemungkinan beberapa struktur dan komponen ISS yang tahan terhadap panas tidak habis terbakar saat masuk kembali ke atmosfer Bumi. Karena itu, selalu ada potensi pecahan ISS akan mampu bertahan hingga sampai akhirnya jatuh di permukaan Bumi.

Proses deorbit ISS itu akan mulai dilakukan pada 2026. Tim pengendali akan membiarkan orbit ISS menyusut secara alami sehingga ketinggian ISS akan semakin turun dari sekitar 400 km menjadi sekitar 320 km pada pertengahan 2030. Pada ketinggian ini, awak terakhir akan dikirim ke ISS untuk memastikan semua peralatan atau benda bersejarah di ISS sudah dipindahkan sehingga bobot ISS pun berkurang.

Setelah antariksawan terakhir meninggalkan ISS, maka ketinggian ISS akan turun kembali hingga mencapai 280 km. Ini adalah “point of no return”, batas ketinggian yang membuat wahana tidak bisa kembali lagi. Pada ketinggian ini, wahana tidak bisa didorong lagi lebih tinggi karena besarnya tarikan atmosfer Bumi sudah tidak bisa ditahan.

Dari batas itulah, “kapal tunda” akan melakukan sejumlah manuver terakhir untuk mendorong ISS lebih cepat jatuh. Semula, wahana luar angkasa Rusia, Progress, disiapkan untuk memberikan dorongan terakhir bagi ISS agar jatuh ke Bumi. Namun persoalan keandalan yang dialami wahana Progress akhir-akhir ini dan memburuknya situasi politik antara Barat dengan Rusia membuat NASA menyiapkan kapal tunda alternatif yang akan dikerjakan SpaceX.

Meski demikan, apapun wahana yang digunakan untuk mendorong ISS agar cepat jatuh ke Bumi, dorongan ini akan membawa ISS ke ketinggian 120 km. Di sini, ISS akan mulai menghantam atmosfer Bumi yang lebih tebal atau rapat dengan kecepatan 29.000 km per jam dan proses penghancuran ISS akan dimulai. Selama penghancuran ini, sejak masuk atmosfer hingga habis terbakar, ISS bisa menempuh jarak hingga 6.000 km.

Bagian pertama ISS yang hancur adalah panel surya. Dia akan terlepas dari struktur utama atau badan ISS. Proses ini akan berlangsung di ketinggian 100 km dan hanya butuh beberapa menit sehingga ISS pun terkoyak.

Pada ketinggian 80 km dari permukaan Bumi, modul-modul atau bagian tubuh ISS mulai terlepas dan terbakar pada temperatur hingga ribuan derajat. Suhu tinggi inilah yang akan membuat modul ISS meleleh dan hancur. Gerak berkecepatan tinggi yang dialami saat sampah antariksa itu saat memasuki Bumi juga akan menimbulkan suara dentuman sonik yang berlangsung bersamaan dengan melintasnya puing-puing tersebut di langit.

Dalam deorbit ini, ISS akan diarahkan untuk jatuh di lokasi terpencil di selatan Samudera Pasifik yang disebut Point Nemo, yaitu wilayah paling terpencil dan paling susah dijangkau di permukaan Bumi dan populasi manusianya sangat terbatas. Arus laut juga membuat perairan ini kekurangan nutrisi sehingga kurang mendukung adanya kehidupan laut.

Dengan demikian, kalaupun ada bagian dari ISS yang tidak habis terbakar di atmosfer, tidak akan melukai manusia yang ada di bawahnya atau hewan laut di dalamnya. Setelah musnahnya ISS tersebut maka secara resmi berakhirlah salah satu proyek terbesar umat manusia.

(kompas.id)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

OTHER NEWS

41 minutes ago

Startup Pinjol Wajib Buka Data Laba Rugi Mulai Juli

41 minutes ago

Begini Hasil Lab Uji Ketahanan Oli Mesin Wealthy 185 Jam Nonstop

49 minutes ago

Ada Tiga Varian, Ini Harga Kawasaki KLX150 Series Per Juli 2024

49 minutes ago

Anime Demon Slayer Diakhiri dengan Film Trilogi

54 minutes ago

Menumpang Berteduh saat Hujan, Pria di Palembang Sekap ART dan Terjadilah

54 minutes ago

"13 Bom di Jakarta" dan Jus Lele Dumbo

54 minutes ago

Dituduh Nganggur,Ini Pekerjaan Azriel,Adik Aurel Hermansyah Bisnis Ini,Modal Nikahi Sarah Menzel

54 minutes ago

Kagetnya Warga Kebumen, Tak Sangka Ada Tambang Emas di Dalam Sebuah Gubuk

54 minutes ago

Paduan dan Kombinasi Warna yang Cocok dengan Putih

58 minutes ago

Besok Rabu, Ribuan Buruh Akan Demo di Depan Istana Negara Menyoal PHK Industri Tekstil

58 minutes ago

iPhone X Resmi Jadi HP "Jadul"

58 minutes ago

Rencana Bea Masuk hingga 200%, Pengamat Blak-Blakan Dampak ke Ekspor RI

58 minutes ago

7 Potret Gedung Trending Milik Happy Asmara,Tempat Nikah dengan Gilga Sahid,Investasi Masa Depan

58 minutes ago

RI Banjir Impor China, Ekonom Ingatkan Dampak Bea Masuk 200 Persen

58 minutes ago

Pendanaan Kunjungan Paus ke Indonesia Ditanggung Bersama, Bukan Hanya Satu Dua Orang

58 minutes ago

Ini Beda Syarat Pimpinan KPK 2019 dan 2024, Bikin Jadi Sepi Peminat?

58 minutes ago

Sudah Dapat Rp 13,42 T, Hutama Karya Minta PMN Lagi untuk Tol Palembang-Betung

58 minutes ago

AC MILAN: Dampak Positif Kedatangan Youssouf Fofana bagi Tijjani Reijnders

58 minutes ago

Kata Media Asing soal Pemain Badminton Zhang Zhi Jie Meninggal Saat Tanding di Yogyakarta

1 hour ago

Sinopsis Our Season, Film tentang Ibu yang Menguras Air Mata

1 hour ago

INFOGRAFIK: Video Kelabang Raksasa Ini Hasil Manipulasi AI, Simak Penjelasannya

1 hour ago

4 Aturan Emas Warren Buffett untuk Meraih Kesuksesan Finansial

1 hour ago

Ini Tanda Kalau Kamu Tidak Cocok dengan Micellar Water!

1 hour ago

Usai Bunuh Karyawan Koperasi di Palembang,Bos Distro Ambil Uang Rp 32 Juta,Digunakan Untuk Ini

1 hour ago

Petinggi XTC Sebut Pelaku di Balik Misteri Kasus Vina Cirebon Main Rapi,Bukan Kelas Ecek-ecek

1 hour ago

PKB Ogah Usung Kaesang di Pilkada Jateng, Cak Imin Lebih Memilih Sosok Ini

1 hour ago

andquotKita Sikatandquot Ketum PSSI Berapi-api Usai Indonesia Dipermalukan Australia,Dendamnya Langsung Membara

1 hour ago

BRI Bersih-Bersih Rekening Pasif, Ada Aturan Baru Mulai 1 Agustus 2024

1 hour ago

AC Milan Dinilai Sulit Datangkan Alessandro Buongiorno di Bursa Transfer Musim Panas Ini

1 hour ago

Choi Bo-kyung Ungkap Alasan Gabung Arema FC,Mengaku Terpesona dengan Vibes Kota Malang

1 hour ago

Vivo Pad 3 Pro Dilengkapi Chip Snapdragon 8s Gen 3 dan Dibanderol dengan Harga Mulai Rp 5 Jutaan

1 hour ago

Sakit Hati Ditanya "Mau Makan Apa", Seorang Pengamen Tega Bunuh Lansia di Bogor

1 hour ago

8 Rekomendasi HP Murah Vivo Harga 1 Jutaan Bulan Juli 2024: Ada Vivo Y27,Vivo Y17s,Vivo Y18

1 hour ago

7 Tanda Orang Ketempelan Makhluk Halus,Sering Pegal-pegal hingga Aura Terhisap

1 hour ago

Fachruddin Aryanto Ungkap Alasannya Kembali ke PSS Sleman

1 hour ago

5 Fakta Gadis 16 Tahun Dinikahi Pengurus Ponpes Tanpa Izin Orangtua,Sempat Diimingi Uang Rp300 Ribu

1 hour ago

5 Akhir Kisah Cinta Ayu Ting Ting dengan Lettu Fardhana,Putus Jelang Ultah,Bantah Isu Red Flag

1 hour ago

Resmi Putus dengan Lettu Fardhana 22 Juni,Ayu Ting Ting Ungkap Pertemuan Keluarga,Masalah Prinsip

1 hour ago

7 Artis yang Disebut Punya Aura Maghrib Padahal Cantik Banget,dari Marion Jola hingga Fuji

1 hour ago

BMKG Keluarkan Peringatan Dini, 26 Wilayah Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir 2-3 Juli 2024