Sering Dibilang Motor Penguras SPBU, Berikut Sejarah Suzuki Thunder 125 di Indonesia
Suzuki Thunder 125
GridOto.com - Sosok Suzuki Thunder 125 belakangan mulai kembali dibicarakan.
Bukan lantaran performa atau desainnya yang kini ngetren lagi, tapi lebih karena ia dianggap terlalu sering jajan bensin.
Modifikasi tangki bensin Thunder 125
Diam berdebu bergerak menguras SPBU, mungkin ungkapan yang pas buat keberadaan Suzuki Thunder 125 sekarang.
Bukan, bukan lantaran ia boros BBM tapi lebih karena ia banyak dipakai para pengusaha bensin eceran semenjak pembelian bensin subsidi dilarang pakai jeriken.
Thunder 125 generasi pertama tanpa kick starter
Tentu saja Thunder 125 dipilih karena kapasitas tangki bensinnya yang besar, yakni 14 liter untuk generasi pertamanya, dan mencapai 15 liter di Thunder 125 versi akhir.
Ngomongin Thunder 125, mending kita lanjut nostalgia yuk sama motor satu ini, daripada gibah terus hehehe.
Suzuki Thunder 125 pertama kali dirilis oleh Suzuki Indomobil Sales (SIS) pada tahun 2004.
Di generasi ini Thunder belum punya kick starter dan hanya mengandalkan satrter elektrik.
Desainnya pun cukup sederhana dengan pakai lampu bulat, tangki yang juga membulat, serta pakai sokbreker ganda di belakang.
Tahun 2006 Thunder 125 mendapatkan kick satrter-nya
Mesinnya pun tak macam-macam karena cuma mesin SOHC 2-katup dengan transmisi manual 5-percepatan, dan berpendingin udara.
Tambahan undercowl di Thunder 125 lansiran 2008
Kapasitasnya juga kecil karena cuma 125 cc, sehingga tenaganya pun tak besar-besar amat yakni hanya di kisaran 11,4 dk dengan torsi 9,4 Nm.
Makanya keberadaannya saat itu juga lumayan sering 'dibanding-bandingke' dengan motor sport lain kala itu seperti Honda Mega Pro atau Tiger yang secara tenaga lebih nendang karena mesinnya yang juga lebih besar kapasitasnya.
Generasi terakhir Thunder 125
Meski begitu, faktanya ia cukup ramai peminatnya karena posisinya sebagai motor low entry bikin harganya juga lebih murah.
Tahun 2006 akhirnya SIS menambahkan kick starter pada Thunder-nya.
Selain itu gas buangnya juga lebih bersih karena sudah meyesuaikan standar Euro II berkat disematkannya teknologi PAIR (Pulse Secondary Air Injestion System).
Test Ride generasi terakhir Thunder 125
Bentuk panel instrumennya juga jadi lebih modern, diiringi ubahan bentuk pada saklar-saklar di konsol setang.
Oh iya, di versi ini juga ditambahkan pass beam di konsol setang sebelah kiri.
Upgrade terjadi lagi di tahun 2008 meski boleh dibilang minim.
Yakni di versi ini ia dibekali undercowl biar terlihat lebih modern, serta stripingnya baru biar tak terkesan jadul.
Sementara part lainnya masih sama saja, termasuk desain knalpot dan peleknya.
Ubahan yang agak banyak baru terjadi di tahun 2011.
Meski secara garis besar terlihat masih sama, tapi versi ini tampak lebih modern karena sudah ada perpaduan digital di panel instrumennya.
Selain itu ia juga pakai pelek baru, spion krom, tangki dengan tutup rata, desain knalpot baru, dan bodi belakang yang sedikit dibuat lebih tajam.
Bahkan cover tutup akinya juga ada perbedaan bentuk pada sudutnya.
Tapi di versi ini justru tidak lagi pakai under cowl di bawah mesinnya.
Dari sisi teknologi, versi ini juga sudah tidak pakai kabel speedometer, serta mesinnya ditambah balancer untuk mengurangi getarannya baik saat langsam pun ketika digeber.
Pindah gigi pun terasa lebih halus lho, meski kalau secara tenaga ya so-so saja dengan versi pendahulunya.
Tim OTOMOTIF sendiri pernah coba geber motor ini saat awal launching kala itu.
Digeber di trek sepanjang 900 meter dengan berat tester 72 Kg, ternyata Thunder 125 ini cuma mentok di kecepatan 100 Km/jam.
Sedangkan konsumsi BBM-nya diperoleh 43 Km/liter, dengan pengetesan di berbagai kondisi jalan yang kadang lancar kadang juga macet.
Di tahun 2011, SIS melepas Thunder 125 ini ke pasaran dengan harga Rp 15,5 juta OTR Jakarta.
Kalau Sobat GridOto sendiri paling suka Thunder 125 tahun berapa?