“Saya kan Menteri...”

“saya kan menteri...”

Terdakwa kasus pemerasan dan gratifikasi di Kementerian Pertanian yang juga mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (tengah) mendengarkan keterangan dari Bendum Partai NasDem Ahmad Sahroni dan Anak kandung Syahrul Yasin Limpo, Indira Chunda Thita Syahrul saat sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (5/6/2024). Sidang tersebut beragendakan mendengarkan keterangan lima saksi yakni General Manager Radio Prambors Dhirgaraya Santo, pemilik Suita Travel Harly Lafian, pemilik Maktour Travel Fuad Hasan Masyhur, Bendahara Umum Partai NasDem sekaligus Anggota DPR Ahmad Sahroni, Ketua Umum Garda Wanita (Garnita) Malahayati Partai NasDem sekaligus Anak kandung Syahrul Yasin Limpo, Indira Chunda Thita Syahrul. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc.

KESAKSIAN demi kesaksian mengejutkan terungkap dalam persidangan bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Jaksa Penuntut Umun menuntut hukuman 12 tahun penjara atas tuduhan telah menerima uang Rp 44,26 miliar dan 30.000 dollar AS.

“Tindakan korupsi dilakukan dengan motif tamak,” kata jaksa penuntut umum dalam sidang.

Publik tentunya masih menantikan pembelaan Menteri yang berasal dari Partai Nasdem itu. Dan, kemudian vonis yang akan dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Dalam persidangan juga terungkap, uang Rp 1,3 miliar dari Syahrul mengalir ke Ketua KPK Firli Bahuri yang telah mundur dari KPK. Namun, hingga saat ini, perkara Firli masih belum berproses ke pengadilan.

Dari panggung persidangan, publik bisa menyaksikan bagaimana kekuasaan diperlakukan oleh pemegang kuasa, yakni Sang Menteri.

Syahrul dicecar jaksa soal adanya pengiriman uang Rp 10 juta dari Kementerian Pertanian kepada Tenri Olle Yasin Limpo. Diakui Syahrul, Tenny Olle adalah kakaknya.

Jaksa mencecar lagi, bagaimana ceritanya?

Syahrul menjelaskan, Tenri Olle adalah orang yang merawat ibunya yang telah sepuh di Sulawesi Selatan.

Tenry merupakan mantan pejabat di Sulawesi Selatan. Syahrul mengaku saat itu sedang membutuhkan tenaga ahli sehingga ia meminta agar kakaknya mengisi posisi tersebut.

"Oleh karena itu, secara manusiawi saya minta kepada dirjen waktu itu atau siapa, kalau mungkin dia jadi staf ahli, atau tenaga ahli. Tenaga ahli, bukan staf ahli, kalau tenaga ahli itu berarti lepas saja, kalau staf ahli harus masuk kantor," ujar dia.

Sebagai menteri selayaknya ia bisa mencarikan pekerjaan bagi anggota keluarganya. ”Saya kan menteri, masak saya punya saudara tercecer-cecer, padahal dia punya ilmu yang cukup menurut saya seperti itu," ucap dia.

Klaim “saya kan menteri” jika terus direpetisi bisa membahayakan negara hukum. “Saya kan menteri, saya kan gubenur, saya kan bupati, saya kan Presiden” memberikan pesan bahwa negara ini telah bertransformasi menjadi negara kekuasaan.

Kesaksian Syahrul itu mencengangkan, tapi sekaligus membahayakan. Pengakuan itu membuka tabir perilaku kekuasaan.

Mumpung jadi menteri, ia memanfaatkan kekuasananya untuk kepentingan keluarganya. Mencarikan pekerjaan untuk keluarganya, untuk saudara-saudaranya atau keponakannya, atau teman dekatnya.

Itu aji mumpung. Itulah nepotisme yang ditabukan oleh Tap MPR 1998. Gelombang reformasi yang merobohkan kekuasaan Orde Baru melahirkan Tap MPR yang melarang praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) menjadi NKK (narik kanca kanca). Semangat itu telah roboh.

Semua yang mendekat kekuasaan diberi fasilitasi, diberi kenikmatan. Sedang yang memilih posisi bersebarang, hukumlah yang berbicara.

Kesaksian lain dari Syahrul, banyak menteri lain yang kerap mengajak keluarga mereka ikut serta dalam perjalanan dinas luar negeri.

"Uang perjalanan saya cukup banyak. Oleh karena itu, sepanjang saya jalan hadir dalam keluarga boleh aja dalam rombongan itu, semua menteri lakukan hal yang sama," kata Syahrul.

Hakim lantas menegur Syahrul karena membanding-bandingkan dirinya dengan menteri lain. Hakim memperingatkan Syahrul bahwa ia semestinya berpesan kepada keluarga untuk menolak berbagai pemberian yang diterima.

"Jangan lihat menteri yang lain, sedangkan Saudara sendiri, Saudara kemukakan pada awal jabatan Saudara, agar apabila ada keluarga, Saudara suruh tolak," kata hakim.

Sayang, hakim menegur. Selayaknya, hakim membiarkan saja Syahrul menceritakan bagaimana kekuasaan diperlakukan sehingga bangsa ini mendapatkan gambaran bagaimana kekuasaan bekerja sehingga generasi penerus bisa memperbaikinya.

Syahrul juga menceritakan telah memberikan uang Rp 1,3 miliar kepada Ketua KPK saat itu, Firli Bahuri.

Firli telah mundur dari KPK. Statusnya tersangka, tapi perkarnya tak maju. Kuasa hukum Firli membantah. Keterangan Syahrul itu bohong!

Nyanyian Syahrul harus jadi pelajaran. Butuh koreksi dan teladan dari pemimpin tertinggi bagaimana memperlakukan kekuasaan.

Jika katakanlah pemimpin sekarang tak ada yang bisa jadi teladan, maka belajar dari sejarah.

Ada kisah anak bangsa, seperti Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara. Dia tidak pernah tergoda mengambil uang negara yang dikelolanya. Padahal, kehidupan keluarganya kekurangan. Demi menyambung hidup, sang istri, Halimah, berjualan sukun goreng.

Ada juga kisah Baharuddin Lopa, mantan Jaksa Agung. Seperti ditulis dalam sebuah buku, seorang bupati mengisi bensin di tangki mobil Lopa. Lopa marah dan meminta agar tangki dikosongkan kembali.

Ada juga kisah Agus Salim dan kisah mantan Kapolri Jenderal Hoegeng dan mantan Wapres Mohammad Hatta.

Kisah di atas adalah sebagian litani kejujuran anak bangsa. Di tengah masifnya korupsi dan tiadanya malu melakukan nepotisme, bangsa ini pernah memiliki anak bangsa yang mengedepankan kejujuran. Mengedepankan integritas. Membedakan milikmu dan milikku. Milik pemerintah dan pribadi.

Besar kecilnya bangsa ditentukan kualitas manusianya. Mengutip Proklamator Soekarno, ”tiap bangsa punya orang besar. Tiap periode dalam sejarah mempunyai orang besar. Tetapi, lebih besar daripada Mahatma Gandhi adalah jiwa Mahatma Gandhi, lebih besar dari Stalin adalah jiwa Stalin, lebih besar dari Roosevelt adalah jiwa Roosevelt”.

Adapun Hatta dengan mengutip penyair Jerman, Friedrich Schiller, mengatakan, ”Sebuah abad besar telah lahir, tetapi ia menemukan generasi yang kerdil.”

Apakah bangsa ini tengah bergerak melahirkan generasi kerdil? Biarlah sejarah mencatatnya.

Kejujuran yang menjadi esensi penting dari Hatta mulai meredup. KPK yang awalnya dianggap sebagai kebutuhan bangsa, digerogoti dari dalam tubuhnya.

Pengadilan terhadap Syahrul bukan hanya untuk Syahrul. Namun bagaimana bangsa ini belajar dari apa yang terjadi.

Belajar bagaimana kekuasaan dipraktikkan semaunya, meski sudah ada gerakan Revolusi Mental.

Bagaimana kesamaan di muka hukum yang ada di konstitusi masih menjadi “pasal mati”, kasus Firli Bahuri berjalan di tempat.

Seorang mantan menteri menelepon saya. “Kunci dari kerusakan bangsa ini adalah partai politik.” Partai politik lebih banyak menjalankan peran sebagai pialang untuk jabatan-jabatan politik.

Jadi, dalam sistem politik seperti sekarang, jangan berharap muncul sosok seperti Syarifuddin Prawiranegara, Mohammad Hatta, IJ Kasimo, Hoegeng, Baharuruddin Lopa.

Namun, saya mengatakan, bangsa ini tetap membutuhkan harapan.

OTHER NEWS

55 minutes ago

Ciri-ciri Old Money, Label yang Diberikan untuk Orang Kaya Sesungguhnya

55 minutes ago

MG Cyberster Fix Tampil di GIIAS 2024, Performa Bikin Minder BYD Seal

55 minutes ago

Mobil Polisi di Banjarnegara Injak Bendera Israel, Polda Jateng Beri Penjelasan

55 minutes ago

Ulang Tahun ke-29, Ria Ricis Lakukan Pemotretan dengan Tampilan bak Wanita Arab

55 minutes ago

Bukannya Bikin Melek, Ternyata Ini Manfaat Minum Kopi Sebelum Tidur

1 hour ago

Ini Tim Dokter yang Tangani Operasi Prabowo

1 hour ago

Bocoran Jagoan PDIP di Pilkada Jatim 2024,Kini Mengerucut 8 Nama,Ini Kata Hasto Kristiyanto

1 hour ago

Daftar Tim Lolos Perempat Final Euro 2024, Prancis Siap Menyusul?

1 hour ago

Prediksi Skor Indonesia vs Australia U16, 1 Juli: Susunan Pemain, Data

1 hour ago

Ketua KPK Jawab Komisi III soal Firli Bahuri yang 'Menghilang'

1 hour ago

Atta Halilintar Enggan Dipanggil 'Pak Haji' Usai Laksanakan Rukun Islam Kelima, Ternyata Ini Alasannya

1 hour ago

BPS: 1,15 Juta Turis Melancong ke RI di Mei 2024, Terbanyak dari Malaysia

1 hour ago

Skema 16 Besar Euro 2024 Lengkap dengan Hasil Klasemen Grup dan Negara yang Lolos 8 Besar Euro 2024

1 hour ago

Menaklukkan Pikiran Bawah Sadar: Tips Jitu Mengatur Keuangan Keluarga

1 hour ago

Ditjen Pajak: 670 Ribu Orang Belum Padankan NIK-NPWP

1 hour ago

Cara Daftar Jadi Penerima Bansos Termasuk BLT Rp600 Ribu,Bisa Online,Ada 4 Cair Bulan Juli 2024

1 hour ago

Cara Hasilkan Uang dari Aplikasi Candy Master,Bisa Cuan Cuma dengan Main Game,Gampang Tarik Tunai

1 hour ago

Per 1 Juli 2024, Perjalanan 3 Kereta Api Jarak Jauh dari Bandung Berubah

2 hrs ago

Ini 9 Permohonan Pegi Setiawan di Sidang Praperadilan

2 hrs ago

Belum Semua Tahu, Tiap Jalan Tol Ternyata Memiliki 6 Jenis Marka Ini

2 hrs ago

Ini Bagian Mobil Bekas yang Paling Mahal Saat Diperbaiki

2 hrs ago

Fakta Menarik Jelang Portugal vs Slovenia: 1 Rekor Baru Menunggu Cristiano Ronaldo

2 hrs ago

PKS Disarankan Mengalah,Duet Anies-Prasetyo Disebut Lebih Menjanjikan Ketimbang Anies-Sohibul

2 hrs ago

Madura United Ungkap Alasan Memilih Widodo Cahyono Putro Sebagai Pelatih Baru

2 hrs ago

Komstir Bermasalah Ternyata Penyebab Honda Vario Bunyi Jeduk, Simak

2 hrs ago

Ada Biaya Tambahan, Ini Update Tarif Pembuatan SIM Baru di Juli 2024

2 hrs ago

Kini Diikat 1 Musim, Persija Buka Opsi Perpanjangan Kontrak Carlos Pena dengan Syarat, Teringat Perlakukan ke Thomas Doll

2 hrs ago

DAFTAR Skuad Sementara Persija di Liga 1: 23 Nama Sudah Bertemu Carlos Pena,8 Pemain Mangkir Latihan

2 hrs ago

Nasib 739 Ketua RT Kerja Sukarela 6 Bulan,Insentif Rp 3,32 M Tak Jelas Dimana,Pemkot: Menghindari

2 hrs ago

Copa America 2024 - Pemulihan Cedera Lancar, Lionel Messi Siap Comeback Perkuat Timnas Argentina di Perempat Final

2 hrs ago

Elektabilitas Biden Anjlok usai Debat Capres, 30 Persen Pemilih Loyal Demokrat Inginkan Calon Lain

2 hrs ago

Kejuaraan Asia Junior 2024 - Klarifikasi Dokter soal Peluang Hidup Zhang Zhi Jie jika Lebih Cepat Ditangani

2 hrs ago

Susunan Pemain Spanyol vs Georgia: El Matador Turunkan Tim Kemenangan

2 hrs ago

Biodata Sumy Hastry Purwanti dan Rekam Jejaknya,Polwan Dokter Forensik Naik Pangkat Jadi Brigjen

2 hrs ago

PREDIKSI Euro Portugal vs Slovenia: Teror Ganas Ronaldo Belum Terbukti,Selecao Dihantui Momen Buruk

2 hrs ago

Harga Tiket Masuk Florawisata Santerra di Malang 2024, Ada Wahana Rainbow Slide yang Seru

2 hrs ago

9 Aplikasi Media Sosial Penghasil Uang,Peluang Bisnis Sampingan Paling Gampang,Bisa Sambil Rebahan

2 hrs ago

Cara Buka Deposito BRI dan Syarat Terbaru 2024

2 hrs ago

Update Awal Juli 2024, Mobil Bekas Daihatsu Terios 2013 Dijual Cuma Segini

2 hrs ago

KPK Soroti Green House Milik Pimpinan Parpol di Kepulauan Seribu yang Dibangun Lewat SYL