10 Dampak Psikologis Anak Broken Home dan Cara Mengatasinya
Perceraian kadang kala menjadi sesuatu yang tak bisa terhindarkan di tengah-tengah keluarga. Keadaan keluarga setelah perceraian tak hanya berat bagi Bunda dan Ayah, tetapi juga berat bagi anggota keluarga lain, khususnya anak-anak.
Anak-anak yang tumbuh di tengah orang tua yang bercerai sering kali lekat dengan istilah broken home. Situasi yang cukup berat ini, tak jarang menyebabkan anak broken home terdampak secara psikologis, Bunda. Dampak tersebut jika tidak diatasi dengan baik bisa terbawa hingga anak tumbuh dewasa.
Lantas, apa saja sebenarnya dampak psikologis anak broken home dan bagaimana cara mengatasinya?
Dampak psikologis yang dirasakan anak broken home
Ketika orang tua memutuskan untuk berpisah, keputusan ini memiliki dampak yang signifikan pada anak. Anak broken home seringkali menghadapi tantangan psikologis yang cukup kompleks. Berikut adalah dampak psikologis anak broken home yang perlu diwaspadai oleh orang tua seperti dilansir berbagai sumber:
1. Masalah mental
Anak-anak dari keluarga broken home seringkali mengalami masalah mental seperti kecemasan, depresi, atau stres akibat ketidakstabilan dalam lingkungan keluarga mereka. Penelitian dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa tingkat kecemasan dan depresi cenderung lebih tinggi pada anak dari keluarga yang bercerai.
Baca Juga : 5 Penyebab Anak Menjadi Pembully dan Cara Tepat Mengatasinya Menurut Pakar |
2. Masalah perilaku
Melansir dari laman Very Well Familly, perubahan drastis dalam kehidupan keluarga berdampak besar untuk psikologi anak broken home. Ini dapat menyebabkan anak-anak menunjukkan perilaku yang bermasalah, seperti agresif, sering melakukan kekerasan, dan melanggar aturan. Boleh jadi, ini dilakukan anak-anak sebagai coping mechanism atau cara untuk mengatasi stres di tengah masalah yang sedang dialami.
3. Kemampuan akademik menurun
Ketidakstabilan dalam lingkungan rumah dapat mengganggu fokus dan konsentrasi anak yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan fokus dalam pembelajaran. Kehilangan fokus saat belajar tentu akan membuat kemampuan akademik anak menurun bahkan hingga sangat drastis.
4. Merasa tidak percaya diri
Konflik dan ketidakamanan dalam keluarga dapat membuat anak merasa tidak percaya diri. Hal ini disebabkan karena rasa takut orang lain akan memandangnya sebelah mata karena berasal dari keluarga yang tidak utuh.
5. Merasa marah kepada orang tua
Anak-anak broken home juga cenderung sering merasa marah kepada orang tua karena perceraian atau perpisahan yang terjadi. Pada fase ini anak bisa merasa dikhianati dan ditinggalkan yang membuat rasa marah tumbuh di dalam dirinya.
Melansir dari laman Parents, selain rasa marah anak broken home juga cenderung menyalahkan salah satu dari Bunda dan Ayah atas perpisahan yang terjadi. Tak hanya menyalahkan, anak juga mungkin akan memberi label mana pihak yang âbaikâ dan mana yang âburukâ berdasarkan spekulasinya sendiri.
6. Menjadi anti-sosial
12 Kebiasaan Buruk Anak di Rumah yang Perlu Diperhatikan Orang Tua Ilustrasi/Foto: Getty Images/hxyume |
Anak-anak dari keluarga broken home cenderung mengalami kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang sehat. Mereka mungkin menarik diri dari interaksi sosial atau mengembangkan pola perilaku anti sosial sebagai cara untuk melindungi diri dari rasa sakit dan ketidakpastian.
7. Merasa bersalah
Anak-anak sering kali merasa bersalah atas perceraian orang tua, bahkan jika tidak anak tidak ada kaitannya dengan keputusan tersebut. Si Kecil bahkan bisa merasa bertanggung jawab atau percaya bahwa seharusnya dirinya bisa melakukan sesuatu untuk mencegah perceraian itu terjadi.
8. Mudah marah
Ketidakstabilan emosional dalam lingkungan keluarga dapat menyebabkan anak-anak menjadi mudah marah dan sulit untuk mengendalikan emosi. Anak-anak bisa jadi akan bereaksi berlebihan terhadap situasi yang sebetulnya biasa saja.
9. Merasa kesepian
Perubahan dalam struktur keluarga dapat membuat anak merasa kesepian dan terasing. Anak-anak yang berhati lembut akan sering merasa rindu dengan kebersamaan keluarga kokoh yang dirasakan sebelumnya.
10. Sulit mempercayai orang lain
Pengalaman perceraian atau perpisahan orang tua dapat membuat anak-anak sulit untuk mempercayai orang lain. Hal ini bisa berdampak hingga anak-anak tumbuh dewasa. Biasanya anak yang masa kecilnya broken home cenderung sulit memulai hubungan dengan orang lain karena sulit untuk mempercayainya.
Cara mengatasi broken home
Seluruh dampak psikologis yang dirasakan anak broken home di atas umumnya disebabkan karena trauma yang mendalam atas perpisahan kedua orang tua. Maka dari itu, penting sekali untuk mengetahui cara mengatasi trauma anak broken home agar dampak broken home saat dewasa tidak terjadi.
-
Terapkan komunikasi yang terbuka
Penting untuk membuka jalur komunikasi yang jujur dan terbuka dengan semua anak, Bunda. Pastikan anak merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaannya atas perpisahan yang terjadi, dengan begini Bunda dan Si Kecil bisa mencari solusi terbaik.
-
Konseling keluarga
Konseling keluarga juga bisa menjadi sumber dukungan yang berharga untuk membantu anak lebih memahami apa yang terjadi. Biasanya di sesi konseling keluarga akan tersedia terapis keluarga yang akan membantu untuk mengatasi masalah yang terjadi.
-
Mempertahankan rutinitas
Mengutip dari laman resmi What to Expect, meski sudah tidak bersama-sama usahakan untuk mempertahankan rutinitas yang biasa Bunda dan Ayah lakukan bersama anak-anak, seperti jadwal jalan pagi di hari minggu. Rutinitas yang tetap dilakukan ini dapat memberikan rasa bahagia dan rasa aman bagi anak.
Pilihan Redaksi
|
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!