Bagaimana asal-usul ajaran Buddha di Indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Biksu Buddha melepaskan lentera ke udara di Candi Borobudur saat perayaan Hari Waisak 2023 silam

Berbagai aliran ajaran Buddha menyesaki Indonesia hari ini, termasuk Theravada, Mahayana, dan Vajrayana. Bagaimana asal-usulnya dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Satu hari di masa SMA, saya main ke rumah kawan di daerah Jakarta Selatan.

Seperti saya, kawan ini adalah keturunan China. Bedanya, ia Nasrani. Saya Buddhis.

Saat mau pulang, saya pamit pada ibunya, yang lantas mengantarkan sampai ke gerbang rumah.

Saat itu, si tante berbasa-basi, "Kamu gerejanya di mana, Vir?"

"Saya Buddhis, Tante," kata saya sambil cengengesan.

"Oh, masih Buddha ya," balasnya.

Saya mengiyakan, sebelum pamit sekali lagi dan pergi.

Komentar "masih Buddha" itu entah kenapa masih membekas hingga kini, lebih dari 15 tahun sejak saya main ke rumah kawan tersebut.

Saya tidak melihat niat jahat apa pun dari si tante. Nada berkomentarnya pun biasa saja, tidak mencemooh.

Namun, terkadang saya teringat komentar itu dan bertanya-tanya sendiri, "Memangnya kenapa kalau masih Buddha?"

Keluarga saya adalah penganut Tridharma, yang secara harfiah berarti tiga ajaran kebenaran.

Tiga ajaran di sini merujuk ajaran Buddha, taoisme ajaran Lao Tzu, dan konfusianisme ajaran Kong Hu Cu, yang kerap dianggap sebagai "tiga pilar" dalam kehidupan bermasyarakat di China.

Di China, ajaran ketiga guru besar ini memang saling mengisi, memengaruhi struktur sosial, sistem pemerintahan, pun kesenian dan kebudayaan setempat.

Saat kecil hingga remaja, saya tentu tak paham soal ini. Yang saya tahu, saya dan keluarga beragama Buddha dengan aliran Tridharma.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Sebanyak 40 biksu asal Indonesia, Thailand, Singapura dan Malaysia akan melakukan perjalanan ritual (Thudong) dari Jakarta ke Candi Borobudur di Jawa Tengah Indonesia untuk menyambut Waisak yang jatuh pada 23 Mei 2024.

Papa saya adalah pandita yang rajin berceramah dari satu vihara ke vihara lain. Saya dan dua saudara lain pun (dulu) rutin kebaktian seminggu sekali, serta sempat aktif di organisasi kepemudaan vihara.

Dari TK sampai SMP, saya selalu dimasukkan ke sekolah Buddha. Barulah saat SMA saya menjajal sekolah Katolik.

Dan, saat SMA itu, barulah untuk pertama kalinya saya mendengar komentar dari sesama warga keturunan China yang menyiratkan keheranan bahwa saya "masih Buddha".

Sebelumnya, saya sedikit-banyak telah menyadari posisi di masyarakat sebagai minoritas keturunan China.

Namun, komentar itu seakan membuka mata bahwa di antara sesama China pun saya adalah minoritas.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Hidup sarat dengan duka

Saat SD, pendidikan agama saya dapat dari setidaknya tiga sumber: papa di rumah, pengasuh sekolah minggu di vihara, dan guru pelajaran agama Buddha di sekolah.

Guru pelajaran agama Buddha saya saat itu adalah Pak Jumari. Ia orang Jawa yang ramah. Saya senang dengan caranya mengajar di kelas.

Satu hari di sekolah, Pak Jumari mengatakan satu hal yang masih terus terngiang hingga hari ini: "Hidup ini penuh dengan dukkha."

Dukkha, atau duka dalam bahasa Indonesia, katanya adalah penderitaan yang datang dari kemelekatan kita akan hal-hal yang tak kekal.

Kita terus berusaha menggenggam hal-hal itu, berharap ia setia menjadi sumber kebahagiaan, meski perubahan adalah kenyataan yang tak terhindarkan. Akhirnya, yang ada hanya duka.

Saat SD, saya tertegun mendengar penjelasan Pak Jumari, meski tak sepenuhnya memahami. Semakin ke sini, saya semakin mengamini kata-katanya.

Tak lama setelah Siddhartha Gautama mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha ketika berusia 35 tahun – diperkirakan pada tahun 528 SM di Bodh Gaya, wilayah timur laut India, hal ini pula yang ia sampaikan kepada lima pertapa sekaligus lima murid pertamanya di Sarnath, tak jauh dari kota Benares.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Patung Buddha di Laos menunjukkan ia tengah memberikan ceramah pada lima murid pertamanya.

Buddha menyampaikan pada mereka empat kebenaran mulia, bahwa hidup sarat akan duka; bahwa duka bersumber dari kebencian, keserakahan, dan ketidaktahuan yang memicu rantai karma dan reinkarnasi; bahwa duka dapat dilenyapkan; dan bahwa ada delapan jalan kebenaran untuk melenyapkan duka.

Delapan jalan kebenaran itu adalah pandangan benar, niat benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.

Dengan menempuh jalan ini, manusia disebut bisa memutus siklus reinkarnasi dan mencapai kedamaian sejati atau nibbana.

"Buddha mengatakan ada duka, ada sebabnya, ada pengakhirannya, ada jalannya," kata Nyanagupta, bhikkhu Mahayana dari Sangha Agung Indonesia (Sagin) – komunitas bhikkhu dan bhikkhuni di bawah payung Buddhayana.

"Kalau kita mengikuti delapan jalan utama, kita bisa melampaui duka ini."

Setelah mendapat lima murid pertama, Buddha berkeliling India selama 45 tahun untuk menyebarkan ajarannya.

Ia lantas wafat atau parinibbana ketika berusia 80 tahun di Kusinara.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Patung Buddha Siddharta Gautama di Bangkok, Thailand, yang menunjukkan saat-saat terakhir sebelum ia meninggal.

Awal perpecahan sekte

Dalam waktu tiga abad setelah kematian Buddha Siddharta Gautama, umatnya terpecah sehingga tumbuh banyak sekte atau aliran Buddha di India.

Ada setidaknya 18 sekte yang kerap disebut muncul pada masa itu, meski sejumlah peneliti menyebut angka sesungguhnya mencapai lebih dari 30.

Edward Conze, cendekiawan Buddha kelahiran Inggris, mengatakan perpecahan sekte ini disebabkan "masalah-masalah filosofi" yang dihadapi para bhikkhu ketika menjalani meditasi untuk "menjelajahi fakta-fakta transenden".

"Filsafat berbeda dari cabang ilmu lainnya, dalam hal filsafat memungkinkan terjadinya lebih dari satu penyelesaian untuk tiap masalah," tulis Conze dalam bukunya Sejarah Singkat Agama Buddha (2010).

"Dengan sendirinya, perbedaan pendapat menjadi semakin banyak dengan semakin dalamnya kalangan Buddha menyelami implikasi filosofis doktrin mereka."

Conze mencatat, aliran Buddha baru bernama Mahayana muncul sejak setidaknya tahun 100 SM di India, dan mulai berkembang secara sistematis setelah tahun 150.

Saat itu, muncul anggapan bahwa pernyataan-pernyataan dalam doktrin yang ada "telah usang dan tak berguna", sehingga dirasa perlu "merumuskan ulang" dharma atau ajaran Buddha untuk memenuhi kebutuhan zaman dan keadaan sosial baru.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Kelompok Mahayana lalu memperkenalkan "cara penyelamatan baru" yang tak hanya berlandaskan pada kebijaksanaan, tapi juga belas asih, serta doktrin ontologi yang utamanya terkait konsep "kekosongan".

Dari sana, ada peralihan cita-cita. Sebelumnya, tujuan besar umat Buddha adalah menjadi arahat, seseorang yang berhasil melenyapkan duka dan mencapai nibbana dengan mengikuti jalan Buddha.

Di sisi lain, orang-orang suci Mahayana tergerak menjadi bodhisattva atau seseorang yang beraspirasi menjadi Buddha.

Dalam prosesnya, para bodhisattva berusaha membantu seluruh makhluk – tak hanya dirinya sendiri – mencapai nibbana, meski konsekuensinya ia harus bertahan lebih lama dalam samsara atau siklus reinkarnasi sebelum bisa menjadi Buddha.

Karena itulah gerakan ini disebut Mahayana, yang secara harfiah berarti "kendaraan besar".

Orang-orang Mahayana saat itu menilai 18 sekte Buddha konservatif sebagai Hinayana, yang berarti "kendaraan kecil". Ini utamanya terkait cita-cita kelompok Hinayana menjadi arahat yang dirasa "egois", kata Conze.

Orang-orang kelompok Hinayana sendiri kini lebih senang menyebut aliran mereka sebagai Theravada, yang berarti "jalan para sesepuh".

"Secara singkatnya itu kita [Mahayana] menekankan kepada pengembangan bodhicitta [pikiran luhur], bahwa setiap makhluk memiliki benih ke-Buddha-an, setiap makhluk bisa menjadi sammasambuddha," kata bhikkhuni Bhadra Loka dari Sangha Mahayana Indonesia.

Sammasambuddha adalah seseorang yang tercerahkan dengan usahanya sendiri dan membabarkan dharma yang telah ditemukannya ke sesama.

"Kita bisa bersama-sama berlatih, membina diri untuk mencapai itu semua. Jadi enggak mesti saya jalan duluan, saya sampai di sana, baru saya lempar tali ke kamu untuk menyeberang," tambah bhikkhuni Bhadra.

Dhirapunno, bhikkhu Theravada dari Sangha Agung Indonesia (Sagin), mengatakan para bhikkhu Theravada memang lebih fokus pada usaha mencapai kesucian terlebih dahulu, sebelum berusaha membagikan ajarannya ke orang lain.

"Mereka [yang beraliran Mahayana] punya satu tekad, kalau masih ada makhluk hidup di sekitar saya yang menderita, saya tidak mau mencapai kesucian dulu," kata bhikkhu Dhirapunno.

"Tapi kalau di Theravada, saya harus berusaha mencapai kesucian dulu agar saya bisa menolong semua makhluk di sekitar saya."

Mahayana kemudian terpecah kembali menjadi dua aliran utama: Madhyamika yang berkembang sejak pertengahan abad kedua dan Yogacara sejak kira-kira abad keempat.

Mazhab Yogacara, kata Conze, berusaha "mensistemasikan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari meditasi trans yang berorientasi ke sebelah dalam diri".

Dari kelompok Yogacara lantas muncul gagasan dan praktik tantra, yang kerap diasosiasikan dengan penggunaan berbagai mantra, simbol, dan ritual gaib untuk mempermudah usaha mencapai pencerahan.

Kemerosotan ajaran Buddha di India dan kegagalan para penganutnya untuk mencapai tujuan-tujuan spiritual disebut jadi alasan berkembangnya gerakan tantra.

"Untuk mempertahankan dan melindungi diri, penganut-penganutnya semakin banyak menggunakan kekuatan mukjizat dan meminta pertolongan dari makhluk-makhluk luhur," kata Conze.

Perkembangan gerakan tantra akhirnya memicu "kekacauan asumsi tentang daya-daya kosmis dan spiritual", tambah Conze.

Dari sana, muncul aliran Vajrayana yang kata Conze berusaha "menertibkan tradisi-tradisi yang telah berkembang luas namun tidak jelas ini".

Vajrayana memperkenalkan konsep Adi-Buddha, atau Buddha pertama.

Sebelum era Buddha Gautama, memang dipercaya telah ada Buddha-Buddha lain yang muncul di dunia. Dan, menurut kelompok Vajrayana, semua diawali oleh Adi-Buddha.

Adi-Buddha dipandang sebagai "sudah ada pada mula pertama, yang tanpa asal, yang berada karena dirinya sendiri, yang tak pernah tampak karena berada di dalam nirwana", kata Harun Hadiwijono, teolog yang pernah menjadi rektor Sekolah Tinggi Theologia Duta Wacana di Yogyakarta, dalam bukunya Agama Hindu dan Buddha (1989).

"Hakikat Adi-Buddha adalah terang yang murni. Ia timbul dari sunyata, kekosongan," kata Harun.

Dengan lima macam permenungan, Adi-Buddha dipercaya mengalirkan dari dirinya lima Buddha atau tathagata.

Kaum Vajrayana lalu membagi semua "kekuatan kosmis" ke dalam lima kelompok, yang masing-masing dipimpin tathagata berbeda.

Sebuah sistem "rumit dan berbelit-belit" lalu disusun untuk menghubungkan semua kekuatan dan fakta-fakta alam semesta dengan lima kelompok ini, kata Conze.

"Makna sebenarnya dari ajaran Vajrayana tidak selalu mudah untuk dipastikan," kata Conze.

"Karena di sini ia dapat menyamarkan bentuk tertinggi dalam bentuk terendah, orang tersuci tampak sebagai orang biasa, yang paling transenden menjadi yang paling membumi, dan pengetahuan yang paling bijaksana disembunyikan dengan paradoks-paradoks yang paling aneh."

Buddha zaman kerajaan

Salah satu hiburan utama saya saat bocah adalah Kera Sakti.

Drama TV asal Hong Kong itu pertama tayang di Indonesia pada 1997. Namun, seingat saya, saya rajin menonton tayangan ulangnya di awal 2000-an ketika SD.

Saat ia tayang pada jam-jam makan malam, saya otomatis anteng di depan TV, larut dalam liku-liku perjalanan bhikkhu Tong Sam Cong ke barat mencari kitab suci bersama tiga muridnya: Sun Go Kong, Cu Pat Kai, dan Sha Wu Cing.

Esoknya di sekolah, saya bakal mendiskusikan episode yang baru berlalu bersama teman-teman sekelas, mengagumi kehebatan Go Kong dalam menaklukkan siluman atau mentertawakan tingkah Pat Kai yang ganjen dan pemalas.

Saya kian kagum saat papa bercerita bahwa Kera Sakti berdasarkan kisah nyata, bahwa bhikkhu Tong benar-benar ada dan berkelana ke barat mencari kitab suci.

Yang fiktif, tentu, adalah tiga muridnya dan para siluman yang ditemui sepanjang perjalanan.

"Tiga murid itu melambangkan sifat-sifat manusia bhikkhu Tong yang kerap muncul sepanjang perjalanannya," kata papa.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Patung bhikkhu Tong Sam Cong bersama tiga muridnya: Sun Go Kong, Cu Pat Kai, dan Sha Wu Cing.

Iseng, saya melakukan riset internet. Dan, memang, banyak warganet di berbagai forum daring, pun beberapa esai akademis, mendiskusikan Kera Sakti sebagai alegori atas kehidupan manusia dan berbagai nilai dalam ajaran Buddha.

Misal, beberapa orang mengatakan Go Kong, Pat Kai, dan Wu Cing masing-masing melambangkan tiga penyebab utama duka: kebencian/amarah, keserakahan/nafsu keinginan, dan ketidaktahuan/kebodohan.

Kera Sakti diadaptasi dari novel legendaris karya Wu Cheng’en berjudul Journey to the West, yang terinspirasi dari perjalanan bhikkhu Xuanzang asal China ke India untuk mempelajari langsung ajaran Buddha di tempatnya berasal.

Xuanzang meninggalkan China pada tahun 629 dan tiba di Kashmir pada 631. Ia disebut sempat berguru pada bhikkhu setempat, sebelum melanjutkan perjalanan dan tiba di tanah suci Buddha di bagian timur Sunggai Gangga pada 633.

Di India, ia banyak menghabiskan waktu di Nalanda, pusat pembelajaran agama Buddha kuno, selain menyambangi berbagai situs suci yang terkait kehidupan Buddha.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Sisa bangunan Nalanda, pusat pembelajaran agama Buddha kuno di India.

Pada 643, Xuanzang meninggalkan India dan tiba kembali di China dua tahun berselang. Ia pulang membawa 657 teks suci Buddha dalam bahasa Sanskerta dan 150 relik. Seluruhnya terbagi ke dalam 520 peti yang dibawa 20 kuda.

Hingga Xuanzang wafat pada tahun 664, ia "hanya" mampu menerjemahkan 75 dari 657 teks tersebut. Namun, itu termasuk sejumlah teks penting Buddha aliran Mahayana.

Xuanzang sendiri disebut menaruh perhatian lebih pada filosofi Yogacara, yang merupakan sub-aliran Mahayana.

Secara umum, para peneliti memperkirakan ajaran Buddha telah masuk ke China pada abad pertama.

Namun Edward Conze, cendekiawan Buddha, menyebut ajaran ini telah dibawa ke China melalui Asia Tengah antara tahun 70 dan 50 SM.

Meski begitu, agama Buddha – utamanya aliran Mahayana – baru berkembang pesat di China setelah runtuhnya Dinasti Han pada abad ketiga.

"Sekitar tahun 500 agama Buddha telah berkembang secara mantap di segenap penjuru China dan dalam suatu kondisi perkembangan pesat, dengan vihara yang tak terhitung jumlahnya, dan gua-gua berukir untuk para bhikkhu," kata Conze.

Perkembangan agama Buddha di China beriringan dengan kebangkitan kembali taoisme ajaran Lao Tzu.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Penganut taoisme menjalankan sebuah ritual di Taiwan.

"Hingga abad kelima, banyak kaum taois menganggap agama Buddha sebagai satu metode lagi untuk menjangkau tujuan-tujuan taois," kata Conze.

Ajaran Buddha pun bisa diterima para penganut konfusianisme atau ajaran Kong Hu Cu.

Alhasil, tiga ajaran ini berkelindan dan berperan penting dalam membentuk kehidupan masyarakat China.

Kepulangan bhikkhu Xuanzang dari India pada 645 yang membawa ratusan teks suci Buddha pun kian mendorong perkembangan ajaran Buddha di China.

Selama tahun 500-800, muncul setidaknya delapan mazhab Buddha di China, termasuk versi lokal dari sub-aliran Madhyamika, Yogacara, dan Vajrayana.

Melalui China, ajaran Buddha Mahayana kemudian menyebar lebih jauh ke Korea dan Jepang.

Di sisi lain, Theravada yang merupakan aliran awal agama Buddha telah menyebar terlebih dahulu ke Nepal, Kashmir, dan Sri Lanka sejak sebelum Masehi.

Ajaran Buddha masuk ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, setelah kolonisasi umat Hindu, yang tak hanya mendirikan pusat-pusat perdagangan, tapi juga membawa cara-cara pemujaan dan kebudayaan mereka, kata Conze.

Menurut catatan Yi Cing, bhikkhu dari China yang sempat singgah di Sumatra pada abad ke-7 dalam perjalanannya menuju India, agama Buddha aliran Theravada saat itu mendominasi Kerajaan Sriwijaya.

Di sana, disebut ada perguruan Buddha yang tak kalah dengan Nalanda dan lebih dari 1.000 bhikkhu dengan ajaran dan cara kerja yang sama dengan mereka yang ada di India.

Meski begitu, terdapat pula sejumlah pengikut Mahayana di Sriwijaya. Bahkan, ada pula indikasi kehadiran sub-aliran Vajrayana di sana, kata teolog Harun Hadiwijono.

Pengaruh Mahayana, kata Harun, belakangan justru menguat di Sriwijaya, terlihat dari narasi pada sejumlah prasasti yang ditemukan di sekitar Palembang.

Di Jawa Tengah, raja-raja dan rakyat Kerajaan Medang di Dinasti Syailendra disebut sebagai penganut Buddha Mahayana.

Salah satu buktinya, tentu saja, adalah sejumlah relief di Candi Borobudur yang bersumber dari teks Mahayana. Sebagai catatan, candi ini didirikan tahun 800-an pada masa pemerintahan Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Patung Buddha di Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Sementara itu, di era Kerajaan Majapahit sejak abad ke-13 hingga ke-16, Harun mencatat bahwa "sinkretisme mencapai puncaknya".

"Agaknya ada tiga aliran yang hidup berdampingan secara rukun dan damai, yaitu Siwa, Wisnu, dan Buddha Mahayana," kata Harun.

"Pada umumnya rakyat masih memelihara bentuk-bentuk pemujaan, cara hidup, serta peraturan-peraturan yang berlaku bagi ketiga agama."

Conze melihat praktik ini sebagai "bentuk ekstrem" dari agama Buddha berhaluan tantra atau Vajrayana.

Namun, ajaran Buddha terpaksa lenyap seiring keruntuhan kerajaan Hindu-Buddha pada abad ke-14 dan ke-15, yang salah satunya dipicu perkembangan agama Islam di nusantara.

Buddha pasca-kemerdekaan

Pada beberapa dekade awal di abad ke-20, saat Belanda masih menjajah Indonesia, mayoritas umat Buddha adalah warga keturunan China yang kerap beribadah di klenteng dengan paduan unsur Buddha Mahayana, taoisme, dan konfusianisme.

Warga keturunan China menganggap tiga ajaran ini sebagai ajaran leluhur yang telah mendarah daging.

Namun, saat itu tak ada ceramah dharma ataupun kelas agama, dan bhikkhu-bhikkhu asal China yang tinggal di klenteng pun bisa dikatakan adalah "spesialis ritual" yang lebih banyak terlibat dalam upacara penyempurnaan jenazah, seperti dicatat Jack Meng-Tat Chia dalam bukunya Kiprah Para Mahabiksu (2022).

Di sisi lain, kehadiran para penginjil di masa kolonial memicu kekhawatiran ada semakin banyak umat Buddha yang beralih keyakinan.

Karena itu, pedagang sekaligus penulis Kwee Tek Hoay, yang kini dikenal sebagai bapak Tridharma Indonesia, bergerilya agar warga keturunan China tetap memegang teguh tiga ajaran leluhurnya.

Ia menerbitkan majalah Moestika Dharma sejak 1932 yang rutin membahas ajaran Buddha, serta membantu mendorong agar klenteng bisa menjadi tempat pembelajaran agama Buddha, tak sekadar tempat pemujaan.

Pada 1934, Kwee mendirikan Sam Kauw Hwee (Perkumpulan Tiga Agama) untuk mewadahi umat Tridharma.

Di tahun yang sama, ia ikut berperan dalam mengatur kedatangan bhikkhu Narada asal Sri Lanka ke Indonesia.

Ini penting karena Narada disebut sebagai bhikkhu Theravada pertama yang datang ke Pulau Jawa dalam 500 tahun.

Selama tiga minggu kunjungannya, Narada menyambangi Candi Borobudur serta memberikan ceramah dan menjalin kerja sama dengan klenteng dan perkumpulan teosofi di berbagai daerah di Pulau Jawa.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Kompleks Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Namun, titik balik kebangkitan ajaran Buddha baru terjadi pasca-kemerdekaan dengan Tee Boan An sebagai pelopornya.

Tee pertama kali mengengal Buddha di klenteng-klenteng China dan mendalami doktrinnya dari berbagai diskusi di perkumpulan teosofi.

Setelah berakhirnya pendudukan Jepang, Tee sempat kuliah jurusan kimia di Universitas Groningen, Belanda.

Selama lima tahun di sana, ketertarikannya pada agama Buddha justru kian besar. Maka, ia memutuskan untuk menghentikan studi dan pulang ke Indonesia pada 1951 untuk memenuhi panggilan spiritualnya.

Setibanya di Indonesia, ia mengorganisasi berbagai kegiatan di klenteng sehingga komunitas China dapat mempelajari ajaran Buddha.

Pada 22 Mei 1953, ia mengadakan perayaan Waisak nasional di Candi Borobudur, yang dihadiri sekitar 3.000 umat Buddha.

Itu peristiwa bersejarah, karena merupakan perayaan Waisak pertama di Borobudur sejak zaman Majapahit.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Tee kemudian menjadi samanera atau calon bhikkhu di bawah bimbingan bhikkhu Mahayana.

Mulanya, ia berniat ditasbihkan menjadi bhikkhu di China. Namun, ia kesulitan pergi ke sana, kemungkinan karena pembatasan terhadap kelompok agama yang terjadi sejak negara itu dideklarasikan sebagai Republik Rakyat China pada 1949.

Karena sulit menjalani penahbisan bhikkhu Mahayana, Tee mencari opsi negara-negara lain dengan aliran Theravada.

Ia memutuskan ke Myanmar pada Desember 1953. Di sana, Tee menjalani pelatihan hingga ditasbihkan menjadi bhikkhu Theravada dengan nama Ashin Jinarakkhita.

Ia pun resmi menjadi bhikkhu kelahiran Indonesia pertama sejak zaman Majapahit.

Setelah kembali ke Indonesia pada 1955, bhikkhu Ashin berkeliling Indonesia selama dua tahun untuk menyebarkan ajaran Buddha, terutama ke komunitas di luar warga keturunan China. Ia ingin ajaran Buddha bisa menjangkau semua.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Di saat yang sama, Ashin memulai gerakan Buddhayana, dengan visi mempromosikan "agama Buddha Indonesia" yang asli untuk Indonesia dengan budaya dan bahasa yang beragam.

Buddhayana, yang berarti "kendaraan Buddha", disebut mengusung semangat kebijaksanaan ajaran Buddha yang meliputi semua tradisi.

"Ashin Jinarakkhita mengkritik pandangan yang menganggap agama Buddha sektarian sebagai agama Buddha yang 'lebih murni'," tulis Chia dalam bukunya.

"[Buddhayana] menawarkan kesempatan kepada umat Buddha untuk mengeksplorasi doktrin dan praktik agama Buddha Mahayana, Theravada, dan Vajrayana tanpa harus memilih di antara mereka."

Pada praktiknya, Ashin menekankan agar umat Buddha tidak terpaku pada praktik dari satu aliran saja dan menganggap praktik lainnya salah.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Pada 1980an, ia bahkan menumbuhkan janggut agar terlihat seperti bhikkhu tua Mahayana, meski tetap mengenakan jubah ala Theravada.

Gerakan Buddhayana terus berkembang. Ashin berhasil mendidik bhikkhu dan bhikkhuni baru dan membangun komunitas Buddhis yang dinamis di Indonesia.

Dan, ia pun berhasil mengubah citra agama Buddha, sehingga tak lagi dipandang sebagai agamanya orang keturunan China.

"Beliau mendirikan sebuah gerakan baru yang mengubah citra agama Buddha dari agama Tionghoa menjadi agama multietnis – baik bagi orang Tionghoa maupun pribumi – di negara bangsa modern," kata Chia.

Semua terlihat baik-baik saja, setidaknya hingga 1965.

Perpecahan internal dan kristenisasi massal

Suatu ketika di zaman PKI, sasaran penyebaran paham ateisme bukan hanya di kalangan

orang dewasa saja, tapi juga di kalangan anak-anak. Bahkan anak-anak Taman Kanak-Kanak juga diracuni dengan ide seperti itu.

Sebagai contoh, seorang guru mengajarkan para murid-muridnya untuk minta kembang gula kepada Tuhan.

Mengikuti apa yang diucapkan gurunya, anak-anak itu mengucapkan bersama-sama sambil menutup mata dan menadahkan tangan mereka, “Ya Tuhan, berilah kami bonbon.”

Kemudian guru bertanya, “Sekarang buka matamu. Apakah ada kembang gula di tanganmu?”

Anak-anak itu menjawab, “Tidak, Bu.”

Ibu guru menyahut, “Tentu saja tidak. Itu berarti Tuhan itu tidak ada.”

***

Itu adalah satu dari beberapa kisah yang kerap didengar Budiawan di sekolah dari para gurunya sejak ia SD pada 1970-an hingga SMA soal Partai Komunisme Indonesia (PKI) yang dicap tak beragama.

Seluruh kisah itu ia ceritakan dalam buku Mematahkan Pewarisan Ingatan: Wacana Anti-Komunis dan Politik Rekonsiliasi Pasca-Soeharto (2004).

Biasanya, guru agama dan guru Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang jadi medium penanaman kisah-kisah itu.

Tak hanya itu, para guru juga kerap melakukannya saat upacara bendera, hari besar agama ataupun hari raya nasional – khususnya peringatan “kesaktian” Pancasila setiap 1 Oktober.

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Sukar, saksi pembunuhan massal anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia pada 1965, berdiri di samping batu nisan di tempat yang diyakini sebagai makam para korban di Semarang, Jawa Tengah, pada 3 Mei 2016.

PKI, yang dituduh menjadi dalang pembunuhan sejumlah jenderal Angkatan Darat pada akhir September 1965, dianggap berusaha mencabut (khususnya) sila pertama Pancasila, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga bertentangan dengan watak bangsa Indonesia.

Pemerintahan Orde Baru Soeharto lantas menekankan pentingnya "Ketuhanan Yang Maha Esa" dan menggunakan agama sebagai alat untuk melawan komunisme.

Sebagai respons atas kebijakan tersebut, bhikkhu Ashin Jinarakkhita memperkenalkan konsep Sang Hyang Adi-Buddha di gerakan Buddhayana-nya.

Sang Hyang Adi-Buddha, yang diterjemahkan Chia dalam bukunya sebagai "Tuhan Buddha yang tanpa awal", dihadirkan sebagai versi Buddhis dari Tuhan Yang Maha Esa.

Bhikkhu Ashin menegaskan bahwa konsep tersebut bersumber dari sebuah teks abad ke-10 yang dihasilkan pada masa pemerintahan Mpu Sindok, raja pertama Kerajaan Medang, di Jawa Timur.

"Ashin Jinarakkhita mengandalkan penegasan sejarah untuk membenarkan bahwa agama Buddha – dan konsep Sang Hyang Adi-Buddha – telah lama menjadi bagian dari sejarah Indonesia," kata Chia.

Pemerintahan Soeharto bisa menerima ide ini, tapi tidak semua pengikut Buddhayana setuju.

Sejumlah bhikkhu Theravada di bawah payung Buddhayana menganggap Ashin "menyimpang dari ajaran otentik Buddha-dharma", seperti dijelaskan Chia.

Bhikkhu Narada asal Sri Lanka bahkan sempat mengirim surat kepada salah satu murid Ashin dan bilang, "Tolong, beri tahu gurumu bahwa tidak ada Tuhan dalam agama Buddha."

Pada umumnya, konsep ketuhanan agama Buddha memang berbeda dengan agama-agama samawi yang percaya pada satu sosok Yang Maha Kuasa sebagai pencipta semesta.

Secara sangat sederhana, ketuhanan dalam agama Buddha adalah nibbana yang tidak terpersonifikasi.

Konsep Sang Hyang Adi-Buddha, meski lahir karena tekanan politik dan dirasa perlu untuk memastikan kelangsungan agama Buddha di era Orde Baru, akhirnya berujung pada perpecahan internal.

Sejumlah bhikkhu beraliran Theravada dan Mahayana memutuskan keluar dari sangha bentukan Buddhayana dan mendirikan sangha masing-masing.

Di sisi lain, pemerintahan Orde Baru juga mengeluarkan serangkaian kebijakan asimilasi karena kecurigaan bahwa warga keturunan China di Indonesia masih menjalin hubungan dengan negara asalnya dan terlibat di gerakan PKI.

Kebijakan itu melarang penggunaan nama, bahasa, dan tulisan China. Kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat China tak bisa ditampilkan di depan umum. Media, organisasi politik dan sosial, serta sekolah China pun dibubarkan.

Pemerintah juga mewajibkan seluruh warga untuk memilih satu dari lima agama resmi di Indonesia.

Memang, sebagian warga keturunan China yang sebelumnya tak memeluk agama secara formal akhirnya memilih masuk payung Buddha.

Namun, sebagian besar warga keturunan China disebut memilih menjadi Nasrani karena khawatir diasosiasikan dengan China atau komunisme bila memeluk agama Buddha atau Kong Hu Cu, tulis Jerson Benia Narciso dalam studinya berjudul Christianization in New Order Indonesia (1965-1998).

Tak hanya orang China, orang Jawa pun berbondong-bondong memeluk agama Kristen Protestan atau Katolik, utamanya yang dari kelompok abangan yang menjadi basis massa PKI, merujuk hasil studi Amos Sukamto berjudul Ketegangan Antar Kelompok Agama pada Masa Orde Lama sampai Awal Orde Baru (2013).

bagaimana asal-usul ajaran buddha di indonesia dan mengapa timbul perpecahan setelah tragedi 1965?

Komunitas Jawa Kristen merayakan "Unduh-Unduh" di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno, Jawa Timur, pada Mei 2012.

Narciso mencatat, lebih dari 2 juta orang Jawa menjadi Nasrani pada periode 1966-1971.

"Setelah 1965, di Jawa Tengah, kadang jumlah orang yang mengantre untuk dibaptis secara Katolik lebih banyak dari jumlah keanggotaan paroki," tulis Narciso.

Menurut data Kementerian Agama, jumlah penganut Kristen Protestan dan Katolik mencapai 7,4% dari seluruh populasi Indonesia sebesar 118,37 juta pada 1971. Sementara itu pada 1990, persentasenya naik jadi 9,6% dari populasi sebesar 179,25 juta.

Di saat yang sama, persentase umat Buddha relatif stagnan; 0,9% pada 1971 dan kira-kira 1% pada 1990.

Iseng, saya sempat menanyakan ini pada papa yang selama puluhan tahun aktif sebagai pandita Tridharma.

Papa bilang, memang sempat terjadi "perpindahan besar-besaran" dari umat Buddha menjadi Nasrani.

"Kristen, Katolik menjadikan orang Tionghoa itu sasaran," katanya.

"Apalagi, orang Tionghoa prinsipnya, 'Santailah. Semua agama juga baik.'"

Buddha ala Indonesia

Kini, Kementerian Agama mencatat ada sekitar 40 organisasi yang berada di bawah binaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha.

Satu aliran Buddha bisa memiliki beberapa organisasi, sehingga angka tersebut tidak serta merta merefleksikan jumlah aliran yang ada di Indonesia.

Namun, ia tetap menunjukkan perkembangan ajaran Buddha sejak Indonesia merdeka, meski secara jumlah umat Buddha tetap minoritas.

Per 2022, hanya ada 2,02 juta umat Buddha di Indonesia, atau 0,73% dari total populasi, merujuk data Kementerian Agama.

Dari enam agama resmi pemerintah, angka umat Buddha hanya lebih besar dari jumlah penganut Kong Hu Cu yang tercatat sebesar 74.899, atau 0,03% dari total populasi pada tahun yang sama.

Buddhayana tetap menjadi wadah bagi tiga aliran berbeda, yaitu Theravada, Mahayana, dan Vajrayana – meski telah berdiri pula organisasi lain yang spesifik untuk ketiga aliran itu.

Karena itu, jangan heran bila ada bhikkhu dari Sangha Theravada Indonesia, tapi ada pula bhikkhu Theravada yang tergabung dalam Sangha Agung Indonesia (Sagin) yang terafiliasi dengan Buddhayana.

Yang membedakan mereka yang ada di bawah payung Buddhayana adalah konsep Sang Hyang Adi-Buddha yang dulu dicetuskan bhikkhu Ashin Jinarakkhita.

"Kalau mazhab yang lain [di luar Buddhayana] lebih banyak belum bisa menerima konsep itu karena mereka hanya mengacu pada satu aliran," kata Dhirapunno, bhikkhu Theravada dari Sagin.

"Kalau kita di Buddhayana, walaupun saya Theravada pasti saya harus mempelajari Mahayana dan Vajrayana untuk wawasan agama Buddha di Indonesia."

Dalam perkembangannya, Buddhayana pun disebut "fleksibel" menyesuaikan diri dengan kebudayaan atau kearifan lokal masyarakat di berbagai daerah Indonesia.

Misal, penganut Vajrayana di Buddhayana di beberapa daerah di Pulau Jawa juga memuja Dewi Sri sebagai bentuk syukur dan harapan agar hasil panennya baik.

Vihara Maha Brahma sekaligus Klenteng Pan Kho di Bogor pun memberi ruang bagi patung harimau hitam dan putih yang dipercaya warga setempat sebagai jelmaan Prabu Siliwangi, yang pernah memimpin Kerajaan Pajajaran sejak akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16.

Tak hanya itu, di sana terdapat makam dan petilasan sejumlah penyebar agama Islam dari era Kerajaan Pajajaran. Bahkan, ada musala untuk umat Islam beribadah.

Sebagai catatan, klenteng mulanya adalah tempat ibadah orang China yang memadukan unsur-unsur agama Buddha, taoisme, dan konfusianisme.

Di sana biasanya terdapat berbagai patung dewa dan dewi yang bersumber dari legenda rakyat di China.

"Sering kali, seseorang yang berjasa di satu kampung di China dibuatkan patung agar warga setempat bisa mengingat jasa-jasanya," kata papa satu hari.

Tradisi ini ikut terbawa ke Indonesia. Maka wajar ada altar beserta foto mendiang mantan presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Klenteng Hok An Kiong di Magelang, yang dipasang agar orang-orang bisa senantiasa datang dan mendoakannya.

Gus Dur dianggap berjasa bagi warga keturunan China di Indonesia, terutama setelah ia mencabut kebijakan Soeharto yang melarang kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat China di depan umum pada 2000.

Karena itu, perayaan Imlek kini bisa dilaksanakan secara terbuka dan meriah.

Klenteng sesungguhnya lebih tepat disebut rumah ibadah orang China, terutama para penganut Tridharma.

Namun, lagi-lagi, kebijakan Soeharto di era Orde Baru yang meminggirkan segala hal berbau China memaksa banyak klenteng berubah jadi vihara agar lebih "aman". Imbasnya, ia kerap dianggap sebagai tempat ibadah spesifik umat Buddha.

Organisasi Tridharma di Indonesia pun akhirnya berada di bawah binaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha karena tekanan politik Orde Baru.

Di luar itu semua, berbagai aliran Buddha lain telah tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Ada Nichiren Shoshu dari Jepang yang pendirinya, Nichiren Daishonin, dianggap sebagai Buddha pada masa akhir dharma.

Ada pula sekte Maitreya dari China yang meletakkan kepercayaan pada Maitreya, yang disebut sebagai Buddha selanjutnya setelah era Siddharta Gautama.

Supriyadi, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha di Kementerian Agama, berharap seluruh organisasi atau aliran Buddha yang ada dapat hidup berdampingan dan saling menerima perbedaan.

"Ada risiko bahwa [umat berbagai aliran] akhirnya saling menyalahkan, saling merasa paling benar, merasa paling murni," kata Supriyadi.

"Ini yang harus kita jaga."

  • Kisah warga keturunan Tionghoa yang menetap di luar negeri usai kerusuhan Mei 1998 dan mereka yang memutuskan kembali ke Indonesia - ‘Semoga pemerintah tidak hapus sejarah’

OTHER NEWS

2 hrs ago

Usai Wukuf di Arafah, Jemaah Haji Bermalam di Muzdalifah, Arab Saudi Pastikan Kelancaran

2 hrs ago

Komnas HAM Minta Kapolda Segera Lakukan Penegakan Hukum

2 hrs ago

Adul Dikabarkan Tidak Bisa Melihat, Anwar BAB Berikan Doa

2 hrs ago

Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

2 hrs ago

LEBIH HEMAT Promo HokBen 15-30 Juni 2024,Chicken Curryaki Free Nasi Plus Cold Ocha Rp 30 Ribuan

2 hrs ago

Masak Daging Kurban Harus Dicuci Terlebih Dahulu atau Tidak? Ini Penjelasannya Bun

2 hrs ago

PAKET HEMAT Promo Pizza Hut 16-30 Juni 2024,2 Pan Personal Pizza + 2 Appetizer 45 Ribu Per Orang

2 hrs ago

MAHFUD MD Sebut Omong Kosong Prabowo Wujudkan Indonesia Emas: Jangan Mimpi

2 hrs ago

Hasil Proliga 2024 - STIN BIN Oleng Lagi, LavAni Paksa Rivan Nurmulki dkk Merana Telan 3 Kekalahan Beruntun

2 hrs ago

Teks Khutbah Idul Adha 1445 H/2024 Spesial Bahasa Sunda Penuh Hikmah di Hari Raya Haji

2 hrs ago

HASIL Euro 2024 - Timnas Spanyol Bantai Kroasia 3-0,Lamine Yamal Banjir Rekor

2 hrs ago

Hasil Euro 2024 Italia vs Albania: Seru! Tempo Tinggi, Gli Azzurri Unggul 2-1 (Menit 17)

2 hrs ago

Beda Penampilan Anak Eks Bupati Cirebon Usai Kasus Vina,Kini di Magelang Bukang Dirawat Sopir

2 hrs ago

Aplikasi Temu Dinilai Berbenturan dengan Regulasi dan Mengancam UMKM RI

2 hrs ago

Pegi Setiawan Cianjur Tak Datang Saat Diminta Sidik Jari Tahun 2016,Kerja di Bogor Bareng Ayah Tiri

2 hrs ago

PKB Beri Rekomendasi Syamsul Effendi untuk Kembali Bertarung di Pilkada Rejang Lebong

2 hrs ago

[UNIK GLOBAL] Heboh Mantan Karyawan Hapus Server Perusahaan | Hewan Misterius Muncul Saat Pelantikan Pejabat India

2 hrs ago

Penjualan Mobil Listrik Mercy Loyo, Mercedes-Benz EQE SUV Meluncur di GIIAS 2024

2 hrs ago

Persebaya dan PSBS Biak Jadi 2 Klub Liga 1 2024/2025 yang Sudah Berlatih

2 hrs ago

Stefano Beltrame Bicara Euro 2024: Inggris-Perancis Favorit, Italia tetap Italia...

3 hrs ago

Kang Daniel Resmi Tutup Agensi KONNECT, Pesan Menyentuhnya Curi Perhatian

3 hrs ago

Perangai Asli Ruben Onsu Dibongkar Ibunda Sarwendah,Pantas Betrand Peto Dulu Takut Kehilangan

3 hrs ago

Israel Akui 8 Lagi Tentaranya Tewas di Gaza

3 hrs ago

BEI Rombak Lagi Aturan PPK FCA, Simak Perubahannya!

3 hrs ago

Ogah Ikuti Jejak Timnas Indonesia, Thailand Tatap ASEAN Cup 2024 dengan Serius

3 hrs ago

10 Karakter yang Harus Dimiliki Anak Usia Dini, Bunda Perlu Tahu

3 hrs ago

Raja Juli: Upacara 17 Agustus di IKN Tetap Digelar Hybrid, Sengketa Lahan Diselesaikan

3 hrs ago

Sosok Aurelie Moeremans,Kekasih Tyler Bigenho yang Senyumnya Disebut Buat Nathan Tjoe A On Salting

3 hrs ago

Menilik Standar Militer di Oppo A60, Samsung Xcover 7, dan Sharp Sense8

3 hrs ago

Kunci Jawaban Game Brain Test 4: Sobat Rumit Level 313,Aku Harus Membangunkan Adikku yang Pemalas

3 hrs ago

Inilah Isi Selebaran Mantan Kapolri Da,i Bachtiar,Bantah Keluarganya Terlibat Kasus Vina Cirebon

3 hrs ago

Arafah Rianti Beli Cash Rumah Seharga Miliaran Ketimbang KPR, Ternyata Ini Alasannya

3 hrs ago

5 Fakta Dugaan Perselingkuhan Anji dengan Istri Orang, Ada Bukti?

3 hrs ago

Warga Gaza Sambut Idul Adha 2024 dengan Rasa Lapar dan Penderitaan...

3 hrs ago

Tol Lima Puluh-Kisaran Bertarif Mulai 19 Juni, Segini Besarannya!

3 hrs ago

5 Drama Korea tentang Superhero, Salah Satunya Atypical Family

3 hrs ago

Hasil EURO 2024 - Diwarnai Hujan Rekor Wonderkid Barcelona, Timnas Spanyol Hancurkan Luka Modric dkk

3 hrs ago

Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), Jalan Menuju Rumah Idaman atau Beban Tak Berujung?

3 hrs ago

Kiper Singapura Takut Dikirimi Uang Terus oleh Suporter China Usai Gagalkan Thailand ke Piala Dunia

3 hrs ago

Timnas Italia Cetak Sejarah, Jorginho dan Chiesa Senang Lewati Kejutan