Pemuda Asal Malaysia Curhat Sedih Diberhentikan Kerja,Setelah Tahu Alasannya Justru Banjir Kritik
TRIBUNTRENDS.COM - Viral seorang pemuda asal Malaysia membagikan kisah sedihnya karena diberhentikan kerja.
Awalnya mengundang simpati para warganet.
Namun setelah mengetahui cerita lengkapnya, pria ini malah balik dikritik.
Dikutip dari mStar, Jumat (28/6/2024), sikap dan perilaku generasi Z saat menyelesaikan masalah atau menghadapi situasi sulit seringkali menjadi fokus masyarakat.
Baru-baru ini, postingan seorang warganet Facebook bernama Aiman yang mendapat kritik pedas karena mengajukan pertanyaan di grup di platform media sosial tersebut menjadi viral.
Rata-rata warganet menggambarkan dirinya kurang cerdas berdasarkan skenario yang diceritakan, serta pertanyaan terkait tuntutan yang bisa dilontarkan akibat pemutusan hubungan kerja dalam waktu dekat.
“Saya baru masuk kerja tanggal 4 Juni.
Tanggal 19 dan 20 Juni saya sedang MC (cuti sakit).
Tanggal 21 Juni saya datang, baru masuk kantor dan tiba-tiba harus dipanggil HR (bagian sumber daya manusia).
“Dia tanya kenapa saya tidak kasih tahu ke MC, saya jawab karena tidak ada nomor siapa tidak ada nomor perusahaan, kantor atau HR untuk informasinya.
Ilustrasi karyawan dipecat (wutwhanfoto)
"Terus dia (HR) tanya, bolehkah saya datang ke kantor untuk menginformasikan? Saya diam saja.
Tiba-tiba dia memberi saya surat untuk diisi dan ditandatangani," ujarnya sambil mengaku belum membaca isi surat tersebut.
Berpikir bahwa surat tersebut berisi tentang cuti yang tidak dibayar, dia terkejut ketika diberitahu bahwa pekerjaannya telah diberhentikan dan dia disuruh pulang.
Menurut pemuda ini, tindakan tersebut dilakukan majikan karena tidak memberitahukan izin sakitnya kepada perusahaan.
“Dia (HR) bilang berhenti karena tidak kenal MC, saya harus kembali tanggal 7 Juli untuk mengambil gaji dalam bentuk cek,” imbuhnya yang masih dalam masa percobaan.
Setelah itu, ia menanyakan kelayakan mendapatkan Skema Asuransi Pegawai (SIP).
Saat diwawancarai, katanya, iuran KWSP (Dana Iuran Pegawai) dan Sokeso bisa diberikan setelah menjadi pegawai.
“Tapi kalau mengikuti undang-undang, EPF dan SIP Sokeso wajib sejak hari pertama meski masih uji coba?” bosnya.
Meski ada beberapa individu yang menjawab pertanyaannya, namun sebagian besar peselancar mengkritiknya karena tidak bertanggung jawab dalam pekerjaannya meski dalam masa percobaan.
Ilustrasi karyawan dipecat (Pexels)
Lebih lanjut, ia menyatakan tidak memiliki nomor telepon perusahaan maupun karyawan di sana.
“Perusahaan mana pun yang tiga kali berturut-turut tidak memberitahukan atasan atau majikannya akan dipecat.
“Ini adalah lelucon di era teknologi bahwa tidak ada nomor yang bisa dihubungi.
Ini adalah ‘generasi suap’.
“Bukankah ada surat tawaran kerja?
Kepala surat harus ada nomor telepon perusahaan, dan ada yang sudah bekerja satu atau dua minggu, bukankah saya akan menyimpan nomor telepon kantor atau teman?
“Malas nyari nomor telepon, trus mau ngobrol tentang semua undang-undang, undang-undang perusahaan siapa yang mau dipatuhi,” ujar beberapa warganet.
Nasib Bidan RS Sri Ratu Medan yang Remehkan Pasien dengan Bertanya 'Siapa yang Bayar', Kini Dipecat
TikTokers asal Medan, Rahmat Hidayat atau dikenal Aleh mendapat perlakuan kurang menyenangkan saat membawa ODGJ berobat ke Rumah Sakit Sri Ratu Medan.
Bukannya langsung dilayani, bidan Rumah Sakit Sri Ratu Medan malah menjawab ketus.
Dia mempertanyakan siapa yang akan membayar biaya berobat, meski sang ODGJ belum diobati.
Selain itu dia juga menyebut kalau di rumah sakit tersebut tidak ada dokter.
Kabar terbaru, M, bidan Rumah Sakit Sri Ratu Medan, dipecat usai kejadian tersebut.
Dari video yang viral, M dinilai meremehkan seorang pasien yang dibawa oleh Tiktoker bernama Rahmat Hidayat atau dikenal dengan panggilan Aleh, ke rumah sakit tersebut pada 9 Mei 2024.
Lewat akun Instagram resmi RS Sri Ratu, @adm.rssriratumedan, ada tiga alasan M dipecat.
Pertama, M dinilai melanggar etika komunikasi. M dianggap tidak sopan terhadap pasien dan hal ini bertentangan dengan kode etik pelayanan kesehatan.
Kedua, M melakukan pelanggaran standar pelayanan yang dapat mencoreng reputasi institusi.
Ketiga, perbuatan M telah menimbulkan dampak negatif terhadap citra dan reputasi rumah sakit.
"Berdasarkan alasan di atas, kami memutuskan mengakhiri hubungan kerja dengan saudari M, efektif sejak tanggal surat ini diterbitkan," dikutip dari isi surat yang ditandatangani Direktur RS Sri Ratu Medan dokter Maria Seri Artihta pada 16 Mei 2024.
TikTokers asal Medan, Rahmat Hidayat atau dikenal Aleh dapat perlakukan tak sopan dari seorang perawat rumah sakit. (Instagram)
Kronologi
Awalnya, Aleh bersama timnya membawa seorang pasien bernama Rames ke Rumah Sakit Sri Ratu Medan pada 9 Mei 2024, pukul 17.30 WIB.
Aleh berniat memeriksakan kesehatan Rames yang sedang sakit.
Namun, baru saja membuka pintu rumah sakit, seorang pegawai rumah sakit langsung menegur dengan kalimat tak mengenakan.
"Ngapain kalian masuk sini ?" tanya pegawai perempuan tersebut dikutip dari Tribun Medan.
Aleh langsung menerangkan maksud kedatangannya untuk membawa Rames berobat.
"Mau cek kesehatan Rames," kata Aleh.
Bukannya langsung dilayani, pegawai tersebut malah menjawab ketus.
"Gak bisa, gak ada dokter juga," kata perawat.
TikTokers asal Medan, Rahmat Hidayat atau dikenal Aleh dapat perlakukan tak sopan saat membawa ODGJ ke rumah sakit. (Kolase TribunTrends/ist)
Saat Aleh meminta ke pegawai tersebut untuk memanggil dokter, pegawai itu justru mempertanyakan siapa yang membayar biaya berobat Rames.
"Ini siapa yang bayar?" tanya perawat.
"Ya ampun pakai nanya siapa yang bayar," sahut tim Aleh.
Usai mendapat perlakuan tak mengenakan tersebut, Aleh lantas memutuskan untuk mencari rumah sakit lain.
Ilustrasi bidan Rumah Sakit Sri Ratu Medan meminta maaf atas perbuatannya. (Ist)
Bidan minta maaf
Usai video itu viral, pegawai rumah sakit yang belakangan diketahui berinisial M akhirnya meminta maaf.
Lewat video yang diunggah di akun Instagram resmi rumah sakit, M menjelaskan, kejadian ini bermula saat lima orang datang ke RSU Sri Ratu Medan dengan sengaja merekam situasi di rumah sakit.
Mereka membawa seorang pasien bernama Rames yang dikenal sering tidur di halaman depan rumah sakit.
Terkait kalimat "siapa yang bayar" yang dianggap menghina, M menjelaskan bahwa pertanyaan tersebut merujuk pada standar operasional prosedur pendaftaran rumah sakit, yaitu memastikan siapa yang bertanggung jawab atas pasien.
M menyatakan penyesalannya atas kegaduhan yang terjadi.
Dia menegaskan bahwa dia selalu berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan tanpa membeda-bedakan pasien.
(TribunTrends/Nafis, Kompas)