Presiden Bolivia Rencanakan Kudeta Dirinya Sendiri Demi Dongkrak Popularitas?
Luis Arce, Presiden Bolivia.
LA PAZ, KOMPAS.com - Kendaraan lapis baja yang mengitari Plaza Murillo, pusat kota yang biasanya tenang di pusat kota bersejarah La Paz, membuat warga Bolivia gelisah pada Rabu (26/6/2024) sore.
Saat barisan pasukan berbaris menuju istana kepresidenan, rasa kebingungan dan keterkejutan massal mencapai puncaknya.
Pada pukul 14.30, sebuah tank kecil berulang kali menabrak gerbang bangunan neoklasik yang dikenal sebagai Palacio Quemado lalu pasukan memaksa masuk.
Dan, dalam sebuah adegan yang luar biasa, pemimpin kudeta, mantan panglima angkatan darat yang tidak puas, Juan Josr Zuniga, berhadapan langsung dengan presiden, Luis Arce.
Diapit oleh para menteri kabinet dan menggenggam tongkat seremonial, simbol pangkatnya sebagai kepala negara, Arce, 60 tahun, memerintahkan Zuniga untuk mundur.
"Saya adalah kapten Anda. Tarik semua pasukan Anda sekarang juga, jenderal," ujarnya, seperti dikutip dari laporan Guardian.
Pertukaran yang memanas itu difilmkan dan berlangsung selama beberapa menit. Peristiwa itu berakhir ketika Zuniga berbalik dan pergi melalui pintu rusak yang sama dengan pintu yang dia masuki, menghilang ke dalam kendaraan tentara antipeluru yang melesat pergi.
Peristiwa ini mungkin akan dikenang sebagai percobaan kudeta terpendek dalam dua abad keberadaan negara Andes yang penuh gejolak.
Kudeta tersebut hanya berlangsung selama tiga jam, di mana selama itu Arce menggalang rakyat Bolivia untuk bergerak membela demokrasi, dan tampaknya meredakan pemberontakan dalam konfrontasi satu lawan satu dan menunjuk komando militer baru yang memerintahkan tentara yang memberontak untuk kembali ke barak.
Kerusuhan itu membuat warga Bolivia terkejut dan bingung.
Namun, segera setelah keadaan kembali normal, rumor mulai beredar di negara berpenduduk 12,5 juta jiwa itu, yang telah mengalami sekitar 190 kudeta, serta kediktatoran militer dan revolusi, sejak memperoleh kemerdekaan pada 1825.
Tepat sebelum dia ditahan pada hari Rabu, tersangka perencana kudeta, Zuniga, menabur keraguan, mengatakan kepada para jurnalis tanpa memberikan bukti bahwa Arce telah memerintahkannya untuk melakukan kudeta palsu untuk meningkatkan popularitas presiden yang sedang merosot.
Mantan komandan tersebut, yang dilaporkan dekat dengan pemerintah, telah dipecat sehari sebelum pemberontakan, menurut menteri pemerintahan Bolivia, Eduardo Del Castillo.
Pernyataan Zuniga ini ditanggapi oleh pihak oposisi, yang menuntut penyelidikan parlemen atas klaim bahwa Arce telah mencoba mendalangi autogolpe (kudeta).
Seorang anggota parlemen dari blok Komunitas Sipil, Alejandro Reyes, mengatakan kepada Observer bahwa ada indikasi, bukti, dan pernyataan yang memungkinkan untuk berpikir bahwa kudeta ini sudah direncanakan, dan bahkan bisa melibatkan partisipasi eksekutif.
Dalam pembelaan Arce, Deisy Choque, seorang anggota legislatif dari partai Gerakan Menuju Sosialisme (MAS) yang berkuasa, memperingatkan bahwa kudeta ini mungkin akan berhasil jika bukan karena posisi yang diambil oleh presiden, para menteri, dan masyarakat Bolivia secara keseluruhan yang dengan segera menolak tindakan-tindakan ini.
Dia mengklaim bahwa kata-kata Zuniga tidak memiliki kredibilitas karena dia telah mengubah ceritanya beberapa kali.
Arce juga dengan tegas membantah tuduhan bahwa ia berada di balik upaya kudeta. Pemerintah lantas mengumumkan 20 penangkapan lebih lanjut, termasuk seorang mantan wakil laksamana Angkatan Laut. Sekitar 200 perwira militer ikut ambil bagian dalam upaya kudeta tersebut.