PILU Mbah Sutaja,Tanahnya Jadi Milik Anggota DPRD,Pernah Pinjamkan Sertifikat: Dititipi Rp130 Juta
TRIBUN-MEDAN.com - Pilu Mbah Sutaja, tanahnya jadi milik anggota DPRD.
Ia pernah meminjamkan sertifikat.
Seorang pria bernama Mbah Sutaja Mangsur mengaku menjadi korban kasus jual beli tanah.
Pria berusia 70 tahun itu kaget tanahnya menjadi milik anggota DPRD Kebumen berinisial K.
Pasalnya, warga Dukuh Kragapitan, Desa Seliling, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah itu mengaku sertifikat tanahnya sempat dipinjam oleh perantara.
Atas ini, Mbah Sutaja Mangsur pun melaporkan K ke Polda Jawa Tengah.
K yang merupakan Fraksi PDI dilaporkan atas dugaan tindak pidana penipuan dan atau penggelapan.
Adapun Surat laporan Kapolda Jateng Nomor : B/3643/III/RES.7.4/2024/DITRESKRIMUM/ tertanggal 27 Maret 2024.
Menurut Kartiko, kliennya tidak pernah menjual atau menghibahkan tanah miliknya.
Namun, kemudian tiba-tiba telah muncul sertifikat atas nama anggota dewan berinisial K.
"Intinya ada dugaan penipuan, ngakunya beli tapi tidak lunas, tapi tiba-tiba keluar akta jual beli," kata Kartiko saat dikonfirmasi Kompas.com pada Kamis (27/6/2024).
Sutaja mengaku harus kehilangan sertifikat tanah miliknya sendiri tanpa adanya proses jual beli.
SOSOK Mbah Sutaja, Bingung Tanah Jadi Milik Anggota DPRD, Dulu Sertifikat Dipinjam, Dapat Rp130 Juta (KOMPAS.COM/BAYUAPRILIANO)
Sertifikat sebidang tanah dengan luas 4.206 meter persegi atas nama dirinya, kini sudah berpindah tangan dengan berubah nama ke anggota DPRD Kebumen inisial K.
Sutaja menceritakan, kejadian ini bermula pada akhir 2021 lalu, ketika itu ia didatangi Daliman (60) warga Desa Surotrunan, sebagai perantara yang menawarkan tanah milik Sutaja Mangsur ke terduga inisial K.
Namun, berjalannya waktu Sutaja Mangsur sebagai pemilik sertifikat kaget ketika dirinya diberitahu kepala desa, bahwa Daliman sudah membuat surat jual beli tanah, yang berbunyi sudah dibayar lunas.
"Bilangnya ke saya pinjam sertifikat mas, tapi malah gak dikembalikan. Tau dari orang sertifikat saya malah sudah diganti nama dan dijual ke orang lain. Saya baru dititipi uang Rp130.000.000 secara bertahap, padahal sepakat nilainya akan dibayar Rp240.000.000, saya nggak terimanya di situ saya mas," ujar Sutaja Mangsur saat ditemui di rumahnya.
Sutaja mengaku tidak tahu menahu soal adanya surat jual beli tanah tersebut, ia baru mengetahuinya justru dari pihak pemerintah desa setempat.
Padahal dirinya juga tidak pernah memberikan kuasa untuk surat perjanjian jual beli tanah tersebut kepada siapapun.
"Tapi saya tidak tahu, dikasih tahu terkait adanya surat jual beli tanah tersebut dari pihak desa. Padahal saya tidak pernah menyuruh atau membuat surat kuasa untuk buat surat perjanjian jual beli tanah tersebut," ungkapnya.
Sutaja juga mengatakan sudah berulang kali dirinya bersama anaknya mencoba untuk bertemu dengan terduga inisial K, namun selalu gagal.
Bahkan, Sutaja sudah pernah mendatangi Kantor DPRD Kebumen untuk bertemu, tapi lagi-lagi tidak bisa bertemu.
"Setiap kali saya datangi, lebih 20 kali tak datangi gak pernah ketemu dan selalu ada alasanya. Saya orang kecil selalu dibohongi. Untuk itu, saya pakai pengacara untuk membawa kasus ini ke polisi," jelasnya.
Sementara itu pada Februari lalu, Polrestabes Bandung meringkus pria berinisial RAF terduga penipuan dan penggelapan properti tanah kavling, di Kota Bandung.
Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Budi Sartono mengatakan, pengungkapan kasus tersebut bermula dari aduan masyarakat yang menjadi korban penipuan properti milik tersangka.
Dari laporan tersebut, anggota Satreskrim Polrestabes Bandung kemudian melakukan penyelidikan dan meringkus pelaku.
"Tersangka RAF menjual tanah kavling dan bangunan kepada pelapor maupun korban lain di daerah Budi Indah, Cidadap Kota Bandung, satu kavling Rp 1,3 miliar," ujar Budi, di Mapolrestabes Bandung, Rabu (28/2/2024).
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, kata dia, modus yang dijalankan pelaku menawarkan tanah kepada korban.
Pelaku menjanjikan bahwa tanah kavling yang dibeli korban semuanya sudah diurus, mulai dari perizinan hingga legalitas surat-suratnya.
"Setelah uang diserahkan, bangunan dan rumah tersebut tidak selesai dibangun, karena disegel oleh Dinas Cipta Karya dengan alasan tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB)," katanya.
Menurutnya, korban yang melapor ke Polrestabes Bandung mengaku mengalami kerugian hingga Rp. 1 Miliar. Selain ke Polrestabes, kata dia, beberapa korban juga ada yang membuat laporan ke Polda Jabar.
"Sementara ini pelaku hanya sendiri," ucapnya.
Selain mengamankan pelaku, polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa salinan berkas jual beli, berkas pembangunan dan rekening koran.
Pelaku, kata dia, disangkakan pasal 378 dan pasal 372 KUHPidana dengan ancaman hukuman penjara maksimal 4 tahun.
Sementara itu, salah seorang korban, Engelbert Setiabudi mengaku telah membeli tanah kavling beserta rumah dengan luas bangunan 120 meter persegi dari pelaku seharga Rp. 1 Miliar.
Rumah yang dibeli dari pelaku itu, belum selesai dibangun tapi sudah disegel Dinas Cipta Bina Konstruksi dan Tata Ruang Kota Bandung.
(*/Tribun Medan)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com