Kisah Kakek Arifin, Setia Menunggu Kekasihnya di Malang sejak 1970 hingga Meninggal
Tangkapan layar instagram @aanmansyur soal kisah kakek Arifin atau Gombloh di Malang, Jawa Timur yang setia menunggu kekasihnya di daerah Kayutangan, Malang sejak 1970 hingga meninggal 2017.
KOMPAS.com - Unggahan yang menceritakan kisah kakek Arifin menanti kekasihnya sejak 1970 hingga akhir hayatnya, kembali viral di media sosial setelah diunggah akun Instagram @tebar.wawasan Rabu (26/6/2024).
Video tersebut berisi kompilasi foto memperlihatkan seorang kakek menunggu di depan sebuah toko di daerah Kayutangan, Kota Malang, Jawa Timur.
“Kakek Arifin melakukan penantian sejak tahun 70-an, namun ada juga yang mengatakan sejak 80-an dan 90-an, hal ini belum pasti diketahui,” bunyi keterangan dalam unggahan.
Belakangan diketahui, kakek Arifin tak kunjung bertemu kekasihnya yang ia nantikan itu hingga dia meninggal dunia pada 8 April 2017.
Hingga Rabu (26/6/2024), unggahan tersebut sudah ditonton sebanyak 13,7 juta kali, mendapat lebih dari 800.000 likes, dan belasan ribu komentar warganet.
Berawal dari unggahan penulis Aan Mansyur
Cerita ini bermula dari unggahan penulis Aan Mansyur di media sosial Instagramnya pada 18 Desember 2016.
Unggahan foto tersebut memperlihatkan seorang pria tua yang sedang duduk sendiri di depan pertokoan di kawasan Kayutangan, Malang, Jawa Timur.
Disebutkan, kakek tersebut berada di lokasi itu menunggu kekasihnya yang tidak pernah datang.
"Ceritanya, pada suatu hari, waktu itu ada peristiwa politik, mereka berpisah di tempat tersebut dan saling berjanji untuk bertemu lagi di sana," tulis Aan Mansyur.
Namun perempuan tersebut tidak pernah lagi datang entah karena apa.
"Tetapi, pria tua itu percaya suatu hari nanti kekasihnya akan datang, maka di sanalah dia menunggu dan menunggu dan menunggu," lanjutnya.
Berpisah dengan kekasih terkait peristiwa "Soeharto"
Belakangan diketahui, nama kakek tersebut adalah Arifin. Aan menyebutkan, kakek Arifin tinggal di daerah Ngantang.
Jarak daerah Ngantang ke Kota Malang adalah sekitar 39 km, dan jarak ke pusat pemerintahan Kabupaten Malang yakni Kepanjen adalah sekitar 57 km.
Daerah Ngantang berada di jalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Malang-Jombang, Jawa Timur.
"Namanya Arifin. Dia tinggal di Ngantang (saya tidak tahu di mana dan seberapa jauh tempat ini dari Kayutangan). Dia berada di sana hampir setiap hari sejak tahun 70-an (beberapa orang lain bilang 80an dan 90an). Dia menyebut satu peristiwa dan nama Soeharto berkali-kali," tulis Aan.
Menunggu di lokasi tempat janjian
Pemerhati sejarah dan budaya Kota Malang, Agung Buana menerangkan, lokasi yang selalu dijadikan tempat menunggu Kakek Arifin adalah tempat dia dan kekasihnya membuat janji untuk bertemu kembali.
Kakek Arifin sudah menunggu sejak tahun 1970-an. Meski demikian, Agung belum mengetahui identitas kekasih Kakek Arifin tersebut hingga saat ini.
“Itu saya juga masih penasaran sampai sekarang. Informasinya dia sedang menunggu entah pacar atau istrinya yang pada peristiwa 1965 berjanji akan bertemu dengan Mbah Gombloh di lokasi yang sama,” kata Agung saat dihubungi Kompas.com, Rabu (26/6/2024).
Agung mengungkapkan, kakek Arifin ini adalah orang yang tertutup. Sehingga, lokasi dia berdomisili pun tidak ada yang mengetahui secara pasti.
“Kalau informasi yang beredar, perempuan itu tidak datang karena ditahan, ada yang bilang pergi keluar negeri hingga ada kabar dibunuh,” tutur Agung.
Disebut sebagai orang kaya
Meski begitu, terdapat cerita versi lain yang mengisahkan bahwa Kakek Arifin adalah seorang pengusaha kaya namun suka bermain judi.
Suatu ketika, Kakek Arifin mengalami kekalahan saat bermain judi, sehingga membuatnya kehilangan banyak hartanya.
“Untuk menghabiskan waktunya, dia mengasingkan diri ke Malang. Karena tidak punya aktivitas apa-apa, dia sempat menjadi tukang parkir di toko Surabaya (di daerah Kayutangan),” ujar Agung.
Toko Surabaya itu kini sudah tutup. Namun Kakek Arifin selalu menunggu kekasihnya di tempat itu.
Selain di depan toko Surabaya, Arifin terkadang terlihat menunggu kekasihnya di dekat outlet Fujifilm yang masih berjarak dekat dengan toko Surabaya.
Kakek Arifin disebut-sebut kerap dijemput oleh sebuah mobil. Setiap hari, ada mobil mewah yang datang menghampirinya untuk memberikan makanan atau snack.
Sementara dari informasi yang beredar di kalangan masyarakat, diduga bahwa orang yang naik mobil mewah tersebut adalah anak kakek Arifin.
Meski kehilangan banyak harta karena kalah judi, disebutkan bahwa kakek Arifin tidak ingin merepotkan anaknya.
“Sehingga dia menjadi tukang parkir dan jualan kupon undian. Tapi dia kalah lagi dan sengsara karena kalah judi,” ujar Agung.
Menjadi sebuah kisah kesetiaan
Meski terdapat sejumlah versi mengenai kisah Kakek Arifin, cerita yang paling banyak dipercayai oleh masyarakat adalah tentang kesetiaan menunggu kekasihnya untuk bertemu kembali.
"Cerita yang paling kuat ya romantika kesetiaannya menanti kekasih hingga akhir hayat. Dia tidak bertemu sampai dia meninggal. Titik perpisahannya ya di depan toko Surabaya itu," ungkap Agung.
Kakek Arifin dikabarkan meninggal dunia pada 8 April 2017. Dia meninggal dunia diduga karena menjadi korban tabrak lari. Ia ditemukan tergeletak dengan kelopak mata lebam di trotoar, akibat terbentur sesuatu.
Ia meninggal setelah sempat dirawat di salah satu RS di Malang.
"Iya benar bapak Arifin meninggal di RSSA Saiful Anwar," kata salah satu warganet Cingja mengomentari postingan salah satu netizen yang mempertanyakan soal kisah Arifin.
Kisah romantis Kakek Arifin ini juga menginspirasi sejumlah orang untuk membuatkan mural mengenai sosoknya di lokasi tempat ia menunggu.
Beberapa tulisan yang terinspirasi dari hal itu, juga ditulis di lokasi yang menjadi saksi bisu kisah Kakek Arifin.