Jadi Mertua Idaman, Dewi Yull Sebut Justru Banyak Belajar dari Giscka
Dewi Yull saat ditemui di Tendean, Jakarta Selatan, Minggu (17/9/2023).
JAKARTA, KOMPAS.com- Mendapat banyak pujian karena caranya memperlakukan menantu dengan sangat baik, aktris Dewi Yull sebut itu semua didapat dari mendiang putrinya, Giscka Putri.
Dewi Yull mengatakan putrinya itu yang mengajarkan banyak hal dalam hidupnya hingga menjadi seperti sekarang.
"Beberapa kali aku bilang, guru hidupku yang paling dahsyat almarhumah Giscka," kata Dewi Yull dikutip dari Pagi Pagi Ambyar Trans tv.
"Dari Giscka aku belajar penerimaan, aku belajar menghadapi situasi yang buat aku di umur 20 dapat anak tuli sementara aku penyanyi, itu pembelajaran banget," imbuhnya.
Dari Giscka, Dewi Yull belajar tentang arti hidup sebenarnya dan mengikis egonya.
"Buat aku Giscka seperti kitab basah, kitab kehidupan yang mengajarkan aku, ini loh hidup yang harus dihadapi," ujar Dewi Yull.
"Aku udah punya guru untuk belajar penerimaan, mengikis ego. Mungkin kalau enggak punya Giscka aku enggak bisa mengikis egoku karena aku dasarnya orangnya keras," sambung Dewi Yull.
Sebelumnya, menantu Dewi Yull, Merdi mengungkap bahwa hubungannya bisa baik dengan mertua karena ibu mertuanya sejak awal sudah mau menerimanya dengan baik.
Bahkan disaat mengaku tak bisa memasak dan tak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga, Dewi Yull juga tak menegurnya.
"Namanya menantu baru, akan melakukan 'mertua gue suka apa?' Tapi terkadang kalau mertua penerimaannya enggak oke juga, akan susah sih," kata Merdi dikutip dari YouTube Nikita Willy Official.
"Ibu, dari awal aku menikah sama suami, penerimaannya besar banget ke aku. Ibu luar biasa penerimaannya," ucapnya.
Dewi Yull sendiri berpandangan bahwa konflik yang terjadi antara mertua dan menantu terjadi karena ibu mertua merasa memiliki hak atas hidup anak laki-laki mereka, sehingga menganggap menantu sebagai saingan.
"Banyak ibu lupa bahwa kehadiran seorang anak itu adalah titipan dari Tuhan. Dan tidak seharusnya merasa memiliki itu sepenuhnya. "Lupa kalau tidak semua orang dititipi. Ini kan masalah titipan, pemahaman terhadap sebuah titipan dari Yang Maha Kuasa," kata Dewi Yull.
"Kita sebagai orangtua, diberi keturunan, (merasa) seperti itu hak kita, itu hak kita dong, itu anak kita. Lupa, banyak orang enggak dikasih kesempatan, terus yang enggak punya bagaimana? Apa yang mau mereka hak-i?" lanjutnya.
Pemikiran bahwa anak adalah hak mereka itu yang kemudian membuat orangtua menjadikan anak sebagai obyek.
Orangtua merasa anak harus membalas semua yang sudah mereka korbankan, berikan dalam proses menuju kesuksesan.
"Katanya, batu itu keras, tapi kepalaku lebih keras. Aku lihat oh mungkin ini caranya Allah memberikan pemahaman hidup dengan menghadirkan Giscka dan Surya," tutur Dewi.