Jaga-jaga Bila Suatu saat Kita Meninggal, Jangan Lupa Siapkan Ini, Moms
Ilustrasi ibu meninggal. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Salah satu ketakutan terbesar seorang ibu jika ia meninggal adalah bagaimana nasib anak-anaknya. Ya Moms, sebab seperti yang kita tahu, tak ada yang bisa menyayangi seorang anak sebesar rasa sayang ibunya.
Tapi bagaimana pun juga, kematian itu pasti datang, hanya waktunya yang kita tidak tahu. Oleh karena itu, penting untuk berjaga-jaga dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan anak saat kita meninggal.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ini berkaitan dengan finansial dan psikologis anak. Lantas, apa saja? Simak penjelasan dari financial planner Ila Abdulrahman serta psikolog anak dan keluarga, Irma Gustiana.
Persiapan Hadapi Kematian
Ilustrasi tabungan. Foto: Shutter Stock
Persiapan Terkait Finansial
1. Utang-Piutang
Utang adalah kewajiban yang harus dilunasi. Bahkan dalam Islam, utang yang tidak dibayar akan menjadi dosa yang dibawa mati. Oleh karena itu, Ila Abdulrahman mengingatkan, penting untuk mencatat semua utang yang dimiliki dan dari mana sumber dana pembayarannya, termasuk utang kartu kredit.
Tak cuma itu, catat juga piutang yang kita miliki, dari mana sumbernya, dan catatan perjanjiannya. Dan bila memungkinkan, upayakan untuk bebas utang.
2. Dana Darurat
Usahakan selalu menyiapkan dana darurat 3-12 kali pengeluaran untuk keluarga yang ditinggalkan. Catat dengan detail di mana dana darurat tersebut Anda simpan.
3. Asuransi Kesehatan dan Jiwa
Jangan lupa siapkan asuransi kesehatan dan asuransi jiwa untuk seluruh anggota keluarga.
"Kecuali jika aset dijual minimal cukup untuk mencukupi kebutuhan dana darurat 12 bulan, biaya pendidikan dan pernikahan anak, maka tak perlu asuransi income, atau yang biasa disebut asuransi jiwa," tutur Ila, yang juga founder lembaga konsultasi keuangan, Shila Financial.
4. Perencanaan Hibah, Wasiat dan Warisan
- Catat semua sumber pembayaran utang. Jika asuransi, lampiri dengan wasiat di polisnya.
- Pemakaman. Tulis dengan rinci bagaimana Anda ingin dimakamkan, bagaimana cara pemakamannya, dan sebagainya.
Misalnya jika Anda muslim, apakah ingin ada 7 harian, 40 harian, dan sebagainya atau tidak. Ingin dimakamkan di mana, di dekat siapa, dan sebagainya.
Atau jika Anda nonmuslim, jelaskan jika ingin dikremasi atau tidak, ditempatkan di rumah duka mana, berapa lama, dan sebagainya.
- Sumber biaya upacara adat/tradisi. Jelaskan dari mana sumbernya dan bagaimana cara mengaksesnya.
- Pembagian harta gono-gini atau harta bersama. Catat secara rinci yang telah disepakati bersama pasangan.
- Uang lelah wali hadhanah bagi umat muslim. Ila menyebut, poin ini sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah diperhitungkan, padahal penting.
- Hukum pembagian waris yang akan digunakan, apakah hukum perdata atau adat. Kecuali Islam harus menggunakan hukum Islam, baik faraidh atau kompilasi hukum Islam.
- Menunjuk wali aset untuk membantu pencairan aset-aset dan membaginya sesuai wasiat. Wali aset dapat menunjuk notaris, lawyer atau financial planner, atau orang yang memiliki pengetahuan akan hal tersebut.
Persiapan Terkait Pengasuhan
Ilustrasi ibu memeluk anak yang sedih dan kecewa. Foto: Shutter Stock
1. Amanah Pengasuhan
Dalam surat wasiat, penting untuk memberitahukan siapa yang akan mengasuh anak jika Anda meninggal dunia, atau jika Anda dan suami meninggal dunia.
Irma Gustiana mengingatkan, pastikan untuk memberikan hak pengasuhan pada orang yang Anda percaya. Bisa bagian dari keluarga besar, seperti kakak, adik, ipar, atau bisa juga teman dekat.
"Pastikan anak juga dekat dengan orang yang akan mengasuhnya," kata Ayank, sapaan akrab Irma.
Jangan lupa, jelaskan semua konsep dan nilai-nilai yang Anda tanamkan pada anak, kepada orang yang akan mengasuhnya. Catat semua detail kesehatan dan apa pun yang berkaitan dengan anak.
"Mulai dari rutinitasnya, dia punya alergi atau tidak, juga riwayat kesehatannya," tutur perempuan yang juga CEO Ruang Tumbuh ini.
2. Pengenalan Konsep Kematian pada Anak
Selain terkait amanah pengasuhan, penting juga untuk mengenalkan tentang konsep kematian pada anak. Tentu, cara pengenalannya harus disesuaikan dengan usia anak ya, Moms.
Usia 2-5 tahun
Ayank mengatakan, Anda bisa mulai mengenalkan konsep kematian pada anak saat usianya 2 tahun. Mulai dari hal sederhana seperti kematian tanaman dan hewan peliharaan.
Usia SD-SMP
Saat sudah memasuki usia SD, anak akan lebih paham tentang konsep kematian. Jelaskan juga sesuai ajaran agama yang Anda yakini.
Di usia ini jelaskan juga keluarga terdekat yang bisa jadi sandaran anak jika Anda dan suami meninggal dunia.
Usia SMA
Saat anak SMA, Anda sudah bisa mulai memberitahukan aset-aset apa saja yang Anda miliki. Namun tak perlu memberitahukan secara rinci berapa banyak nominal aset tersebut.