Keluarga Pasien Kritis Tepis Pernyataan Ambulans Tak Nyalankan Sirene,Rina: Kami Diminta Matikan
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Terdapat perbedaan tanggapan antara Kabid Humas Polda Kalteng dan Anak Sriyati, Rina terkait permasalahan sirene saat rombongan Jokowi lewat.
Diketahui, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan rombongan melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, pada Rabu (26/6/2024).
Pada kunjungan tersebut, Jokowi meninjau pasar ikan dan Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit, serta memberikan bantuan pompa air pada para petani di Desa Bapeang, Mentawa Baru Ketapang.
Anak Sriyati, Rina mengatakan ambulans yang membawa ibunya Sriyati (85), yang dalam keadaan kritis diduga diberhentikan dan diminta mematikan oleh petugas pengamanan jalur Jokowi.
“Ambulans kami sempat diberhentikan dan diminta mematikan sirene pada lampu lalu lintas di simpang empat Jalan HM Arsyad, namun diberhentikan tidak lama dan disuruh jalan lagi karena membawa pasien, setelah saya berteriak tolong nyawa Ibuku,” ujarnya, pada Jumat (28/6/2024).
Rina dan ibunya pun diperbolehkan jalan kembali oleh petugas kepolisian yang berjaga mengamankan perempatan tersebut dan kembali menyalakan sirene.
“Sampai di depan RSUD Murdjani dan rombongan pun lumayan jauh, kalau saya lihat masih bisa menyeberang ke rumah sakit, kami diberhentikan kembali oleh petugas kepolisian,” ungkap Rina.
Ambulan yang membawa ibunya Rina diminta berhenti dan mematikan sirene kembali oleh petugas yang berjaga mengamankan jalur rombongan Jokowi.
Supir ambulans yang mengabadikan kejadian tersebut, diminta untuk berhenti, sampai rombongan selesai, baru bisa jalan untuk masuk ke kawasan rumah sakit.
“Kalau diperkirakan kami diminta berhenti selama 15 menit sampai rombongan Presiden melewati kami,” ungkap Rina.
Saat diberhentikan, Sriyati pasien yang berada di dalam ambulan mengalami kritis sudah sesak nafas.
Diketahui bahwa Sriyati yang berusia 85 tahun tersebut dibawa menggunakan ambulans karena mengalami sakit sesak nafas, darah tinggi, dan sakit lambung.
“Saat itu, Ibu saya tidak memakai oksigen, karena di dalam ambulans tidak ada tabung oksigen akibat sedang habis,” ungkap Rina.
Anak Sriyati mengatakan, bahwa ibunya sudah mengalami sesak nafas mulai pukul 10.00 WIB.
Ia mengatakan bahwa yang memberhentikan dan meminta sirene dimatikan bukan rombongan Paspampres, melainkan petugas polisi yang sedang menjaga jalur rombongan Jokowi saat hendak lewat depan RSUD dr Murdjani.
“Kami sama sekali tidak menyalahkan Bapak Presiden atau rombongannya, tetapi diduga oknum polisi yang memberhentikan kami, entah itu polisi atau apa kami tidak tahu. Namun yang pasti pakaiannya polisi dan mengenakan topi, jelas dalam video,” jelas Rina.
Sementara itu, terdapat perbedaan antara penjelasan dari anak Siryati, Rina dan Kabid Humas Polda Kalteng, Kombes Pol Erlan Munaji mengenai sirene.
Kabid Humas Polda Kalteng membatah personel keamanan menahan dan menyuruh sopir ambulans mematikan sirine.
"Kami sayangkan juga bahwa sopir dari ambulans tersebut tidak menyalakan rotator (sirine, red). Jika menyalakan rotator dari jauh sehingga bisa lebih diamankan dan mendahului untuk masuk rumah sakit," jelasnya saat press release, pada Kamis (27/6/2024).
Kabid Humas Polda Kalteng mengatakan, hal tersebut menjadi evaluasi bagi pihaknya saat melakukan pengamanan dan pengawalan Presiden agar kejadian serupa tak terulang kembali.
Saat ambulans diberhentikan, memang terlihat banyak warga yang berkerumun dan hendak bertemu, serta melihat orang nomor 1 di Indonesia tersebut.
"Saat kejadian banyak warga yang ingin melihat iring-iringan Presiden, namun pada saat itu ambulans tidak menyalakan rotator yang menandakan sedang membawa pasien," tutup Kombes Pol Erlan Munaji. (*)