Bentuknya Seperti Lumpia Tapi Dinamakan Sosis Solo,Begini Sejarah Jajanan Khas Solo Jateng ini
TRIBUNSOLO.COM - Jika di Semarang terkenal dengan jajanan lumpia-nya, di Solo terkenal jajanan yang mirip dengan lumpia, namun bernama sosis solo.
Sosis Solo ada 2 macam, sosis goreng dan sosis basah.
Keduanya sama-sama enak, namun untuk sosis goreng teksturnya lebih kering dan rasa gurihnya lebih terasa.
Sosis Solo biasanya berisi daging ayam cincang, namun ada juga yang berisi daging sapi.
Sosis Solo per bijinya dibandrol harga mulai Rp 3 ribu saja, tergantung isiannya.
Jika kamu penggemar jajanan Sosis Solo, pernahkah bertanya-tanya mengapa dinamakan sosis?
Padahal jajanan ini mirip dengan lumpia maupun risol.
Resep Sosis Solo Goreng Enak, Camilan Nikmat yang Bikin Tamu Ogah Pulang (Sajian Sedap)
Begini sejarahnya!
Menurut peneliti pusat studi pandan dan gizi Universitas Gadjah Mada, Murdijati Gardjito, sosis solo adalah hasil akulturasi.
“Sosis hasil alkuturasi dari seni dapur Eropa dan Solo, sehingga bentuknya sudah tidak sama dengan sosis-sosis lainya,” jelas wanita yang akrab disapa Murdijati itu saat dihubungi oleh Kompas.com, Senin (10/7/2020).
Sosis Solo terbuat dari daging sapi giling yang digulung di telur dadar yang sangat tipis.
Hidangan ini lahir karena dulunya seni dapur Jawa tidak memiliki makanan yang disebut bangsa kolonial sebagai sosis. Sosis milik orang Eropa terbuat dari adonan daging giling yang dicampur susu.
Murdijati menyebutkan unsur budaya kuliner Belanda sangat kental di Solo saat masa penjajahan.
Sebab Solo atau Kota Surakarta adalah sasaran petinggi Belanda untuk menjalin hubungan baik dengan raja-raja di Mataram Kuno.
"Orang Solo kepingin merasakan kenikmatan dari sosis orang Belanda," cerita Murdijati.
"Saat mereka tau bahwa adonan sosis dibuat dari susu, akhirnya mereka memilih membuat versinya sendiri yang cocok dengan lidah wong Solo,” lanjutnya.
Ia menyebutkan saat itu masyarakat Solo tidak biasa mengonsumsi susu.
Akhir dibuatlah sosis versi Solo dengan bumbu merica, bawang putih, dan pala.
Murdijati juga memaparkan jika sosis orang Eropa umumnya disantap sebagai lauk saat memakan roti, tetapi sosis solo dikonsumsi sebagai camilan.
Sedangkan menurut Heri Priyatmoko Dosen Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, sosis solo berasal dari kreatifitas pengusaha restoran Tionghoa di Solo.
Mereka melihat peluang bisnis dengan menjajakan sosis kreasinya untuk para bangsawan kolonial dan priyayi di Solo pada masa penjajahan.
(*)