Korban Tewas dalam Kebakaran di Pejaten Barat adalah Lansia Sebatang Kara
Gubuk reyot Rusmiyati (60) di Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kini telah hancur akibat kebakaran yang terjadi pada Sabtu (8/6/2024). Saat itu, Rusmiyati tewas akibat lilin yang menyambar ke barang-barang yang mudah terbakar.
JAKARTA, KOMPAS.com - Rusmiyati (60), perempuan yang meninggal dunia akibat kebakaran di RT 02/RW 07, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, merupakan lansia yang hidup sebatang kara.
Rusmiyati tinggal seorang diri di sebuah gubuk berdinding triplek dan beratap seng. Tempat tinggal korban berada di belakang salah satu rumah warga.
“Sebatang kara,” kata Ketua RT setempat, Marzuki, saat berbincang dengan Kompas.com di rumahnya, Sabtu (15/6/2024).
Jauh sebelum tinggal di gubuk reyot berukuran 2 x 1,5 meter itu, Rusmiyati hidup bersama sang suami di salah satu kontrakan yang ada di wilayah RT 02/RW 07 Kelurahan Pejaten Barat.
Kemudian, suami Rusmiyati meninggal dunia. Akhirnya, ia tinggal seorang diri dengan bekerja sebagai kuli cuci pakaian di rumah tetangganya.
“Tahun berapa ya (suaminya meninggal), enggak tahu persis juga, sudah lama banget, waktu anak saya masih kecil. Sekarang saja anak saya sudah 30 tahunan,” ujar Marzuki.
Marzuki juga tidak mengetahui secara pasti sejak kapan Rusmiyati tinggal di gubuk tersebut. Hanya saja, hal ini terjadi sebelum Marzuki menjabat sebagai ketua RT setempat.
“Waktu 1997 apa, itu ada pembebasan tanah (tempat gubuk Rusmiyati). Saya saja jadi RT 2013. Sebelum saya jadi RT, waktu masih jadi orangtua muda, dia sudah ada dan tinggal di sana,” kata Marzuki.
“Kemungkinan (gubuknya) dibikin sama orang proyek dulu. Nah, itu kan tanah banyak rongsokan tuh, ya paling dia minta bikinin, gitu kali ya, kecil gitu,” imbuh dia.
Dalam periode puluhan tahun ini, Rusmiyati tinggal tanpa ada aliran listrik dan air. Sehari-hari, ia menyalakan lilin untuk penerangan saat matahari telah terbenam.
Khotib (46) yang tinggal di dekat gubuk Rusmiyati ini pernah menawarkan seperangkat kabel agar rumah sederhana mendiang mempunyai penerangan. Kendati demikian, dia menolak.
“Bahkan saya beli online kabel satu roll, cuma dia enggak mau. Saya mah maksudnya biar dia ada lampu gitu, ditarik dari tempat saya. Cuma dia enggak mau,” kata Khotib kepada Kompas.com dalam kesempatan berbeda.
Dengan begitu, Khotib hanya bisa membuat keran di samping rumah. Tujuannya agar Rusmiyati lebih mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari.
Pada intinya, Khotib memastikan, dia dan warga yang lain sudah sering menawarkan bantuan kepada Rusmiyati. Namun, dia selalu menolak.
Sebelum tewas akibat kebakaran, Rusmiyati sehari-harinya bekerja sebagai pengemis.
Dengan pakaian compang-camping dan membawa tongkat, perempuan yang akrab disapa Bu Ali itu selalu mangkal di depan SDN Pejaten Barat 05 Pagi.
Berdasarkan sepengetahuan warga dan Marzuki, Rusmiyati tidak mempunyai anak.
Hanya saja, dia mempunyai keponakan yang berada di Balaraja, Kabupaten Tangerang, dan adik kandung di Indramayu, Jawa Barat.
Selama bermukim di wilayah RT 02, baik rumah kontrakan maupun gubuk reyot, Rusmiyati tidak pernah mengurus identitasnya yang masih terdaftar sebagai warga Balaraja.
Padahal, pengurus RT sudah beberapa kali mengimbau Rusmiyati untuk mengurus administrasi agar tercatat sebagai warga RT 02.
Karena tidak tercatat secara administrasi, tidak ada satu pun bantuan dari pemerintah yang Rusmiyati terima.
“Kita kan ada RW, LMK. Diajak ke Dinsos, enggak mau. Kalau bisa dibilang, orangnya itu ngeyel, enggak mau. Sebagai RT dan pemangku wilayah, sudah berperan. Dia sakit juga kita bantu dan urus,” pungkas Marzuki.
Diberitakan sebelumnya, kebakaran yang menghanguskan gubuk Rusmiyati ini terjadi pada Sabtu (8/6/2024) sekitar pukul 21.34 WIB.
Perwira Piket Sudin Gulkarmat Jakarta Selatan, Agus Guritno Gunawan mengatakan, api yang melalap rumah Rusmiyati ini berasal dari lilin.
“(Rusmiyati) sedang tidur seorang diri, menyalakan lilin sebagai penerangan," kata Agus dikutip dari keterangan yang diterima Kompas.com.
"Tanpa disadari, lilin terjatuh dan menyambar barang-barang yang mudah terbakar di sekitarnya," sambung dia.