Alasan Panglima Militer Bolivia Berupaya Kudeta Presiden
Tentara Mario Mauricio Cabiedes, Waldir Mamani Higalgo, Luis Domingo Balanza, Miguel Fernando Iriarte, Leonel Elio Sanjines, Julio Omar Buitrago, dan Roman Caba Cosio dikawal oleh polisi setelah penangkapan mereka, yang dituduh sebagai kaki tangan panglima militer yang sekarang diberhentikan, Jenderal Juan Jose Zuniga, setelah dia memimpin gerakan militer yang berusaha merebut istana pemerintah secara paksa di La Paz pada tanggal 27 Juni 2024. Presiden Bolivia Luis Arce menghadapi krisis politik yang mendalam pada hari Kamis setelah upaya yang gagal dari para panglima militer untuk menggulingkan pemerintahannya memperdalam gejolak di negara yang sedang menghadapi penurunan ekonomi yang parah.
SUCRE, KOMPAS.com - Dua pemimpin militer Bolivia telah ditangkap setelah tentara dan tank-tank mengambil posisi di depan gedung-gedung pemerintah pada Rabu (26/6/2024).
Tentara dan tank-tank tersebut memasuki Plaza Murillo, alun-alun bersejarah tempat kantor kepresidenan dan Kongres berada, pada sore hari.
Pengerahan tentara dan tank disebut oleh Presiden Luis Arce sebagai upaya kudeta.
Salah satu tank dilaporkan telah mencoba mendobrak pintu besi istana kepresidenan.
Alasan panglima militer lakukan pemberontakan
Dikelilingi oleh tentara dan delapan tank, Panglima Angkatan Darat Bolivia, Jenderal Juan Jose Zuniga, mengatakan bahwa angkatan bersenjata berniat merestrukturisasi demokrasi di Bolivia.
"Untuk menjadikannya demokrasi yang sebenarnya dan bukan demokrasi yang dijalankan oleh beberapa orang yang sama selama 30 atau 40 tahun," ungkap Jendral yang kini telah diberhentikan itu, dikutip dari AFP.
Pemberontakan dilaporkan berlangsung sekitar lima jam.
Zuniga ditangkap dan dipaksa masuk ke dalam mobil polisi ketika ia berbicara kepada wartawan di luar barak militer pada Rabu, seperti yang ditayangkan di televisi pemerintah.
"Jenderal, Anda ditangkap," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Bolovia, Jhonny Aguilera, kepada Zuniga.
Perwira senior kedua, Juan Arnez Salvador, yang merupakan kepala angkatan laut Bolivia, juga ditangkap pada Rabu malam.
Penangkapan Salvador diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri Bolivia, Eduardo del Castillo.
Castillo menyebut Zuniga dan kepala angkatan laut adalah dua pemimpin kudeta militer yang mencoba menghancurkan demokrasi dan kelembagaan negara dan gagal.
Berbicara dari balkon istana pemerintah, Presiden Arce yang berusia 60 tahun mengatakan kepada ratusan pendukungnya, bahwa tak ada yang dapat mengambil demokrasi yang telah dimenangkan.
"Rakyat Bolivia perlu mengorganisir dan memobilisasi untuk melawan kudeta demi demokrasi," ucapnya dalam sebuah pesan yang disiarkan di televisi sebelumnya kepada negara itu bersama para menterinya di dalam istana kepresidenan.
Dia memecat Zuniga dan Salvador dan melantik sejumlah pemimpin militer baru.
Klaim pemberontakan atas perintah Presiden
Sebelum ditangkap, Zuniga mengatakan kepada para wartawan bahwa presiden telah memerintahkannya untuk melakukan pemberontakan.
Tujuannya adalah memicu tindakan keras yang akan membuatnya terlihat kuat dan mendongkrak peringkat persetujuannya yang sedang merosot.
Pada pertemuan hari Minggu (23/6/2024), sang jenderal mengaku sempat bertanya kepada Arce, "jadi kita membawa kendaraan lapis baja?". Menurutnya, presiden kemudian menjawab, "keluarkan saja".
"Instruksi Arce adalah untuk"melakukan sesuatu untuk meningkatkan popularitasnya," kata Zuniga.
Mantan presiden Evo Morales menulis di platform media sosial X bahwa "kudeta sedang terjadi" dan mendesak "mobilisasi nasional untuk mempertahankan demokrasi".