Kisah Titi TKW di Taiwan,Setiap Hari Layani Majikan Laki-laki yang Dipanggil Mas Bos
POSBELITUNG.CO -- Titi Tilah adalah tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di sebuah keluarga Taiwan.
Dia bertuga melayani majikannya setiap hari, mulai menyediakan makan hingga memandikannya.
Aktivitas Titi Tilah itu, terekam di kanal YouTube-nya yang tayang pada 9 Oktober 2021.
Dia menceritakan pekerjaannya setiap hari adalah memandikan majikannya yang berjenis kelamin laki-laki.
Bukan tanpa alasan, majikan yang kerap ia sebut 'mas bos' itu nampaknya memiliki masalah kesehatan.
Majikan Titi tidak dapat menggerakan tubuhnya.
Untuk bangun dari tempat tidur saja, laki-laki tersebut tidak mampu.
Sehingga mulai dari aktivitas kecil seperti duduk, makan, mandi, menggunakan baju, hingga melakukan aktivitas lain, ia harus dibantu oleh Titi.
"Saya setiap hari, setiap pagi, sebelum berangkat kerja atau pun sebelum berangkat beraktivitas, itu saya harus memandikan mas bos dulu," kata Titi.
Tak hanya memandikan, tapi TKI perempuan ini juga harus membopong majikannya untuk dapat duduk di kursi roda, lalu baru memandikannya.
"Jadi saya juga harus membopong mas bos ke kursi roda buat mandi itu, di bawa ke kamar mandi," jelasnya.
Dalam video unggahannya tersebut, terlihat bagaimana Titi bekerja.
Ia terlihat sangat kerepotan lantaran pagi-pagi sekali telah memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah.
Terlebih, bos yang ia urus memiliki postur tubuh yang cukup besar.
Sehingga tentu dibutuhkan sebuah tenaga ekstra untuk mengangkat majikannya tersebut.
"Tapi ya pekerjaan itu orang lain bisanya cuma melihat ya, kalau yang mengerjakan menurut saya tu terlalu berat bagi saya," ungkat Titi.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pekerjaan yang ia miliki saat ini tetap ia nikmati dan syukuri.
"Tapi ya enjoy aja, saya nikmati aja. Mudah-mudahan kerjaan saya tu berkah," ucapnya.
Tidak sampai di situ, Titi ini juga memiliki tugas yang tak kalah berat.
Malam hari, ia harus kembali membantu majikannya tersebut, seperti menggosok gigi, cuci muka, hingga buang air kecil.
Bukan tak mendapatkan cemoohan, namun Titi Tilah mengungkapkan bahwa ia bekerja seperti ini tulus ikhlas tanpa harus mendengarkan banyak komentar orang.
"Kalau untuk orang lain yang menilai tu 'bukan muhrim, tidak pantas,' itu terserah yang menilai ya," kata Titi.
"Yang penting saya bekerja dengan halal mungkin, menurut saya sih, soalnya saya juga membutuhkan uang , dan mas bos juga membutuhkan tenaga saya," sambung Titi.
Tilah nampak sangat telaten mengurus majikan yang kerap ia sebut mas bos ini, sudah seperti anaknya sendiri.
Bahkan, sang majikan nampaknya sudah sangat banyak ia ajarkan bahasa Indonesia.
Lantaran dalam setiap unggahan di kanal YouTube pribadinya, Titi Tilah selalu memberikan kesempatan kepada sang bos untuk menyapa warganet yang setia menonton aktivitas mereka.
Tak jarang bosnya itu berbicara menggunakan bahasa Indonesia, seperti kalimat, 'selamat malam.'
Dihina jadi babu bangun rumah mewah
Tenaga kerja wanita (TKW) Upi Nitasari membungkam mulut orang-orang di kampungnya, yang mengejek pekerjaan dirinya.
Di Taiwan dia bekerja TKW selama bertahun-tahun.
Selama itu pula, Upi kerap mendapat cibiran dari tetangga dan disebut hanya sebagai babu di negara orang.
Mendapat hinaan itu, Upi membalasnya dengan terus bekerja keras.
Akhirnya, Upi bisa membeli sawah, membuat rumah, dan mengangkat derajat keluarganya di kampung.
Hinaan yang ditujukan padanya berubah pujian.
Di kanal YouTube Upi Nitasari, dia memperlihatkan kediamannya dalam proses penyelesaian tahun lalu.
Diungkapkan oleh TKI perempuan ini, rumahnya tersebut harusnya sudah selesai.
Namun saat itu dirinya lebih memilih membeli sawah untuk investasi ketimbang menyelesaikan rumah.
"Sebenernya waktu itu aku mau finishing rumah, rumah aku sendiri, karena belum ada lantai sama belum di cat."
"Tapi bapak ku bilang gak ada waktu, malah kebeli sawah, jadi rumah ku mangkrak," kata Upi.
Upi Nitasari mengatakan, tidak mudah bagi dirinya untuk bertahan menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Namun demi kehidupan yang lebih baik, semua cibiran dan hinaan tak dipedulikannya.
"Alhamdulillah hasil nguli di Taiwan bisa panen, buat makan bapak di rumah," ujar Upi.
Selama berada di Taiwan, Upi sudah mampu membeli sawah sebanyak 100 ubin.
Sebagai informasi, satu ubin sawah memiliki luas 14,0625 (3,75 × 3,75) meter persegi.
Upi menghabiskan uang sebesar Rp 70 juta untuk membeli 100 ubin sawah di kampung halamannya.
"Waktu itu harga Rp 70 juta, soalnya termasuk di daerah lumayan pelosok, jadi agak murah, agak miring.
Satu ubin Rp 700 ribu, jadi 100 ubin bayar Rp 70 juta waktu itu," jelasnya.
Upi Nitasari bercerita, dirinya dulu pernah dihina oleh rekannya di kampung.
Ia dihina lantaran mendapatkan uang dari hasil menjadi babu di luar negeri.
Tak ambil pusing, TKI perempuan ini mengamini ucapan orang tersebut.
Sehingga kini dirinya mampu memiliki kediaman sendiri dan juga memiliki sawah yang luas.
"Dulu sempat ada yang menghina aku, sugih karna mbabu, jadi beliau itu ngatain aku, katanya kaya karena jadi babu," ucap Upi.
"Alhamdulillah doanya terkabul, aku punya rumah sendiri, aku punya sawah sendiri, alhamdulillah," sambungnya.
Ternyata hinaan itu muncul akibat Upi sempat menagih utang ke orang tersebut.
Tak terima ditagih utangnya, orang tersebut lantas mengatakan bahwa Upi bisa menjadi seperti sekarang ini karena hasil menjadi babu di luar negeri.
"Pokoknya waktu itu dia marah-marah karena aku tagih utangnya, karena waktu itu aku lagi butuh uang, aku nagihlah sama beliau.
Waktu itu kalau ga salah 2 jutaan, ditagih emosi, malah ngatain aku yang nggak-nggak," urai Upi.
Diungkapkan Upi, dirinya mengaku risih karena orang itu tidak ada niatan membayar utangnya.
Padahal orang tersebut memiliki uang, namun ia lebih memilih untuk menunda utangnya.
"Aku kan risih, kalau punya uang itu bayarlah utang, jangan nunggu-nunggu besok,"
"Pamer di sosmed jalan-jalan ini, ya aku panas dong, aku nagih.
Akhirnya sewot, marah sampai ngatain seperti itu, katanya sugih karna mbabu," ujar Upi.
Akibat hinaan itu, Upi lantas berdoa semoga dirinya senantiasa diberi kekayaan oleh Sang Pencipta.
Bukan perihal kekayaan harta, namun lebih kepada kekayaan hati menerima segala sesuatu yang telah diberikan dan senantiasa bersyukur.
"Dari situ aku 'ya Allah, semoga aku beneran jadi orang kaya', sebenernya aku bukan orang kaya sih, tapi lebih ke manusia yang bersyukur.
Bersyukur sama Gusti Allah sudah memberi aku rezeki sampai hari ini, sampai bisa bikin rumah sendiri, bisa beli sawah sendiri, punya sendiri, alhamdulillh,"
"Dihina mau kayak gimana pun terserah," ucap Upi panjang lebar.
Meski telah dihina, TKI perempuan ini mengatakan bahwa dirinya tidak menaruh dendam sama sekali.
Hinaan dan cibiran tersebut malah membuat dirinya menjadi semakin termotivasi untuk terus menjadi lebih baik.
"Aku dendam sih nggak, cuma lebih kayak menjadi cambuk buat aku biar makin semangat, biar ga sia-sia juga jadi TKW.
Kan tujuannya jadi TKW itu buat jadi kaya, kalau kita kerja di luar negeri sia-sia nggak ada hasilnya malah percuma," tutup Upi.
(Posbelitung.co)