4 Fakta Sritex : Pabrik Tekstil Sukoharjo Jateng Bantah Diisukan Bangkrut,Singgung Gempuran China
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Beberapa waktu belakangan, perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex ramai diperbincangkan masyarakat.
Pasalnya, Sritex, perusahaan tekstil di Sukoharjo Jawa Tengah ini diisukan bangkrut.
Meskipun isu tersebut dibantah tegas oleh manajemen Sritex.
Perusahaan tekstil ini tegas membantah bahwa kondisinya tengah gulung tikar.
Direktur Keuangan SRIL, Welly Setiawan, menyebut saat ini belum ada putusan yang menyatakan kondisi perusahaan tengah pailit.
Lantas bagaimana kondisi Sritex sebenarnya? Berikut TribunSolo.com rangkum fakta-fakta dari perusahaan tekstil yang punya belasan ribu karyawan ini:
1. Gempuran China dan Kondisi Geopolitik Bikin Sritex Merana
Ribuan karyawan Sritex menyambut kedatangan istri pendiri PT Sritex, Susyana Lukminto di Shri Garden, Kelurahan Delingan, Kecamatan/Kabupaten Karanganyar, Sabtu (27/8/2022). Susyana dimakamkan bersebalahan dengan sang suami yang telah meninggal beberapa tahun lalu. (TribunSolo.com/Adi Surya)
Direktur Keuangan Sritex Welly Salam menjelaskan, kondisi geopolitik seperti perang Rusia - Ukraina dan Israel - Palestina menyebabkan terjadinya gangguan supply chain.
Selain itu, kondisi geopolitik juga disebut menyebabkan penurunan ekspor karena terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat kawasan Eropa maupun Amerika Serikat.
Welly menyebut penurunan pendapatan yang drastis karena terjadinya over supply tekstil di China yang menyebabkan terjadinya dumping harga.
"Produk-produk ini (hasil dumping) menyasar terutama ke negara-negara di luar Eropa dan China yang longgar aturan impornya," kata Welly dalam Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia pada 22 Juni 2024, dikutip Tribunnews pada Rabu (26/6/2024).
Perkembangan terkini, kata dia, penjualan perusahaan belum pulih karena situasi geopolitik dan gempuran produk China masih terus berlangsung.
Perseroan pun tetap beroperasi dengan menjaga keberlangsungan usaha serta operasional dengan menggunakan kas internal maupun dukungan sponsor.
Sritex pun memiliki sejumlah strategi yang terbagi ke dalam lima bagian, yakni sumber daya manusia, keuangan, pemasaran, umum, serta produksi dan pengadaan.
Dari sisi pemasaran, satu dari sekian hal yang dilakukan Sritex adalah penjualan langsung ke end customer.
2. Dari Kios Pasar Jadi Perusahaan Besar
PT Sri Rejeki Isman Tbk (disnakertransos2.bojonegorokab.go.id)
Melansir Kompas.com, Sritex bermula dari kios yang dibangun di Pasar Klewer pada tahun 1966.
Saat itu, Pendiri Sritex HM Lukminto menjadi pedagang kain di pasar itu dengan mengambil kain dari produsen di Bandung, Jawa Barat.
Pada 1968, Lukminto kemudian membuat pabrik kain skala kecil di Solo dan dibantu oleh 4 orang pegawainya.
Bisnis yang semakin berkembang mendorong Lukminto untuk memindahkan bisnisnya ke Sukoharjo dengan membuat sebuah pabrik.
Harian Kompas, 5 November 1994 menyebutkan, pabrik Sritex dibangun menjadi perusahaan tekstil terpadu dengan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 1976.
Di tahun 1992, pabrik tersebut diresmikan oleh Soeharto bersamaan dengan acara perluasan bersama 275 usaha kelompok aneka industri yang dipusatkan di lokasi Sritex, Sukoharjo.
3. Langganan NATO dan Eropa
Presiden Jokowi (tengah) saat meresmikan perluasan Pabrik Sritex di Sukoharjo, Jumat (21/4/2017). (TRIBUNSOLO.COM/LABIB ZAMANI)
Nama Sritex semakin dikenal ketika perusahaan tekstil ini menekan kontrak pembuatan seragam NATO dari Angkatan Perang Jerman di tahun 1997, seperti diberitakan oleh Harian Kompas, 21 Desember 1998.
Hingga tahun 1998, jumlah pesanan seragam tersebut mencapai sekitar satu juta peach stell (PS).
Kontrak yang sama juga dilakukan PT Sritex dengan Angkatan Perang Inggris yang memesan seragam NATO sebanyak 400.000 PS.
Selain itu, Papua Nugini juga memesan seragam polisi sebanyak 50.000 PS pada Sritex.
Tak ketinggalan, seragam Kantor Pos Jerman juga memesan sebanyak satu juta PS.
Saat ini, produk Sritex telah digunakan oleh pasukan militer lebih dari 30 negara.
4. Brand Fashion Ternama pun Memasok dari Sritex
H&M (OutInCanberra)
Adapun untuk mode, produk Sritex digunakan pemain mode dunia, seperti Guess dan H&M.
Sritex sendiri mempunyai 12 pabrik pemintalan, 5 pabrik penenunan, 5 pabrik finishing (pencelupan dan pencetakan), serta 12 pabrik garmen dengan total 50.000 karyawan.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal II-2019, aset Sritex tercatat mencapai 1,4 miliar dollar AS atau Rp 19,6 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS).
(*)