Kisah Pasutri Hidup di Gubuk Reyot di Tengah Hutan,Terpaksa Berburu Hewan Untuk Makan,Istri Ikhlas
BANGKAPOS.COM-- Inilah kisah pasangan suami istri (pasutri) yang tinggal di gubuk reyot tengah hutan kini viral di medsos.
Sudah tiga tahun lamanya Ridwan menghidupi istri dan satu anaknya di tengah hutan di Cibalong, Garut Selatan, Jawa Barat.
Lokasinya amat jauh dari pemukiman warga dan desa.
Bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup Ridwan mau tak mau harus berburu hewan liar.
Kisahnya pun viral di media sosial setelah diunggah oleh akun TikTok @Ncep Billal GemaTV.
Pemilik akun terlihat datang langsung ke tempat tinggal pasangan suami istri tersebut.
Ia juga mengunggah sejumlah video.
Dalam video tersebut juga terlihat sosok YouTuber bernama Dede Inoen.
Butuh waktu berjam-jam untuk menuju tempat tinggal pasutri tersebut dengan akses jalan yang begitu terjal dan susah dilalui.
Diketahui, pemilik gubuk reyot tersebut adalah Ridwan bersama istri dan satu anaknya.
Pasangan suami istri ini tinggal bersama seorang anak perempuan yang bernama Arsyilla.
Pengunggah mengatakan, Ridwan dan keluarga telah tinggal di gubuk reyot yang jauh dari pemukiman ini selama tiga tahun.
"Kisah satu keluarga tiga tahun tinggal di gubuk tak layak tengah hutan, mereka sangat kuat," tulisnya, dikutip Tribunjabar.id, Sabtu (29/6/2024).
Kondisi tempat tinggal Ridwan dan keluarganya pun sangat memprihatinkan.
Dalam video tersebut, diperlihatkan kondisi bilik rumah yang sudah banyak lubang hingga nyaris roboh.
Atap rumah pun terlihat tidak semuanya tertutup.
Ikhlas hidup di tengah hutan
Meski kondisi ekonomi yang memprihatinkan, istri Ridwan terlihat begitu ikhlas.
"Tos sabaraha lami teh didieu teh?" tanya Ncep Billal.
"Tos tilu tahun kurang lebih (sudah tiga tahun kurang lebih)," jawab istri Ridwan, melansir Tribun Jabar.
Sang istri diketahui melahirkan di gubuk reyot tersebut.
Kini anak Ridwan telah berusia dua tahun.
Sehari-hari, Ridwan dan keluarganya hanya bisa makan seadanya.
Dapur miliknya pun sangat sederhana menggunakan tungku.
"Masak pun seadanya kadang sering survive," tulis Ncep Billal.
Saat memasuki kondisi dalam rumah pun semakin menyayat hati.
Atap rumah pun hanya ditutupi oleh plastik, hingga tidak jarang terjadi bocor saat hujan.
Kasur tempat tidur pun begitu seadanya dengan kasur lantai yang sudah usang.
"Sang istri mengasuh anaknya bersabar menunggu suami pulang berburu untuk makan sore ini," lanjut Ncep.
Terlihat saat hari mulai gelap, Ridwan menikmati makannya dengan seadanya.
"Ini adalah Ridwan kepala keluarga yang kadang nemu nasi kadang makan hasil buruan," sambung NCep.
Demi bertahan hidup, sehari-hari Ridwan memang terpaksa berburu ke hutan.
Kini unggahan itu pun viral dan telah ditonton lebih dari 6 juta kali dan memantik ribuan komentar netizen.
@rey***: meskipun kekurangan, tetehnya bner2 keliatan ikhlass, baik. dia ga murung, senyum trs, semoga Allah angkat derajat kk dan kluarga.
@inc***: salut sama suaminya, walau hidup susah dia tidak meninggalkan anak dan istrinya, bgt juga istrinya. orang* hebat saja yg bisa bgni.
@agu***: ya allah sing di paparinanan milik anu ageung kango keluarga a ridwan . amin.
Kisah lainnya, Mbah Midjan
Di Jawa Timur, kisah Mbah Midjan (73) yang tinggal di rumah beralaskan tanah sembari menghidupi keluarganya juga viral jadi sorotan.
Lansia asal RT 03/RW 01, Dusun Tondomulyo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, ini hidup sangat prihatin.
Bagaimana tidak, Mbah Midjan tinggal di rumah sederhana dan jauh dari kata layak karena atapnya nyaris roboh dan kerap mengalami kebocoran.
Mbah Midjan tinggal bersama istri dan anak laki-lakinya di rumah tersebut.
Lantai rumah Mbah Midjan yang masih berupa tanah membuat kondisi rumah kerap berdebu.
"Seperti ini kondisinya (rumah). Kalau hujan sering bocor," ungkap Mbah Midjan saat ditemui di rumahnya, Kamis (20/6/2024).
"Lantainya juga masih tanah, kalau tidak rajin dibersihkan dan disirami banyak debunya," imbuhnya.
Mbah Midjan mengatakan, sebenarnya ia memiliki tiga anak.
Namun hanya satu yang saat ini tinggal bersama, sebab dua lainnya sudah menikah dan tinggal bersama pasangan.
"Anak pertama dan kedua sudah menikah. Di sini tinggal saya, istri dan anak nomor tiga yang belum menikah," ujar Mbah Midjan.
Mbah Midjan mengaku, dirinya telah menempati rumah tersebut sejak 20 tahun lalu.
Meski kondisi rumahnya terlihat kurang layak, namun menurut Mbah Midjan, hal itu sudah lebih dari cukup.
Ia menuturkan, dahulu rumahnya tidak dibangun dengan bata merah untuk dinding, namun terbuat dari bambu.
Mbah Midjan (73) seorang lansia asal RT 03/RW 01, Dusun Tondomulyo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri hidup dengan kondisi rumah yang memprihatinkan. (tribunjatim.com/Melia Luthfi Husnika)
Kemudian seiring berjalannya waktu, rumah tersebut direnovasi secara bertahap, hingga saat ini sudah berdiri rumah berdinding batu bata.
Rumah beralaskan tanah tak membuat Mbah Midjan sekeluarga merasa kurang.
Menurutnya, dengan memiliki rumah tinggal untuk berteduh saja sudah bersyukur.
"Ya dulu tidak begini. Jadi tetap disyukuri masih punya tempat untuk berteduh," ucapnya.
Saat hujan deras melanda, banyak air yang masuk melalui sela-sela atap.
Apalagi kondisi bagian atas dinding tidak tertutup plafon.
Melihat bagian lain rumah seperti kamar mandi dan dapur, juga tampak memprihatinkan.
Bahkan belum genap satu bulan ini, atap rumah Mbah Midjan hendak ambruk.
Ia kemudian berinisiatif memberi penyangga bambu untuk atap rumahnya.
Tak hanya itu, penderitaan keluarga Mbah Midjan masih bertambah dengan sang istri yang jatuh sakit.
Istri Mbah Midjan mengidap penyakit paru-paru sejak 10 tahun belakangan.
Mbah Midjan yang bekerja sebagai buruh serabutan ini harus mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga.
Itu pun tak setiap hari ia mendapatkan pekerjaan.
"(Kerja) serabutan, tapi itu kalau ada yang menyuruh. Saya ada kambing, tapi milik orang lain. Sistemnya bagi hasil. Untuk merawatnya, saya dibantu anak yang di rumah," ujarnya
Melihat kondisi perekonomiannya, Mbah Midjan masuk dalam jajaran masyarakat yang butuh bantuan.
Rumah Mbah Midjan juga layak untuk direnovasi.
Mbah Midjan tinggal di rumah beralasakan tanah dan atap nyaris roboh (Istimewa - TribunJatim.com/Melia Luthfi Husnika)
Kini karena kisahnya yang viral, bantuan demi bantuan mulai berdatangan ke Mbah Midjan.
Salah satunya dari jajaran Polres Kediri.
Kapolres Kediri, AKBP Bimo Ariyanto, beserta jajaran mendatangi langsung rumah Mbah Midjan yang dinilai kurang layak huni.
Kedatangan Kapolres Kediri ke rumah Mbah Midjan untuk memberikan bantuan sosial berupa bedah rumah.
Rumah tinggal Mbah Midjan sekeluarga akan direnovasi menjadi lebih layak.
Polres Kediri juga menyerahkan bantuan sembako dalam kesempatan yang sama.
"Kami mendapat informasi dari media soal Mbah Midjan ini. Kemudian kami datang ke sini untuk melihat secara langsung seperti apa kondisi tempat tinggal beliau.
Dan ternyata benar, memang kurang layak huni," kata Kapolres Kediri, Kamis (20/6/2024).
"Kami sudah berkeliling sudut rumah dan memang menurut kami beliau layak untuk mendapatkan bantuan renovasi rumah.
Karena benar-benar butuh renovasi," terang AKBP Bimo.
Kapolres Kediri, AKBP Bimo Ariyanto, beserta jajaran saat mendatangi rumah Mbah Midjan di Desa Gadungan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Kamis (20/6/2024). (ISTIMEWA)
Melihat kondisinya yang memprihatinkan, Kapolres Kediri memutuskan untuk membedah rumah Mbah Midjan.
Di Hari Ulang Tahun Bhayangkara ke-78 ini, ia berjanji akan merenovasi rumah Mbah Midjan secepatnya.
"Segera kami lakukan renovasi rumah Mbah Midjan supaya lebih layak huni. Nanti, biaya semua untuk renovasi ditanggung Polres Kediri," ungkap AKBP Bimo.
Mendengar rencana renovasi rumah tersebut, Mbah Midjan dan keluarga merasa senang dan terharu hingga berkali-kali mengucap syukur atas bantuan yang diberikan.
"Saya kaget rumah saya dapat bantuan beda rumah dari Pak Polisi. Tidak menyangka sebelumnya.
Terima kasih pada Pak Polisi yang sudah mau memberikan bantuan ini pada kami," ungkap Mbah Midjan.
(Tribun Jatim/Alga/Surya Malang/Sarah/Bangkapos.com/Vigestha Repit)