Apa yang Akan Terjadi Jika Konflik Israel-Hezbollah Kian Keruh?
Hezbollah menampilkan dirinya sebagai kekuatan perlawanan bagi Lebanon dan kawasan.
BEIRUT, KOMPAS.com - Para analis percaya bahwa konflik yang meluas dapat mendorong pejuang asing untuk mendukung Hezbollah dan melawan Israel.
Perbatasan yang paling diawasi di Timur Tengah terletak antara Israel dan Lebanon, tempat terjadinya serangan balasan selama delapan bulan dan kemungkinan serangan darat Israel terhadap tetangganya di utara.
Pejabat Israel telah berulang kali mengancam akan mengintensifkan serangan, dengan mengatakan bahwa serangan tersebut diperlukan untuk mengalahkan Hezbollah dan memulangkan 90.000 warga Israel yang dievakuasi dari rumah mereka di utara sejak pertempuran dimulai pada awal Oktober.
Namun dilansir dari Al Jazeera, ketika retorika Israel meningkat, Hezbollah Lebanon menanggapinya dengan sikap menantang, memperingatkan bahwa konflik semacam itu tidak hanya akan berdampak lebih besar pada Israel daripada yang diperkirakan, namun juga akan berdampak secara regional.
Mendukung Hezbollah secara regional adalah apa yang disebut poros perlawanan, yaitu jaringan kelompok bersenjata regional yang didukung Iran.
Pada tanggal 7 Oktober, serangan pimpinan Hamas terhadap Israel menewaskan 1.139 orang dan menawan sekitar 240 orang di Gaza. Israel segera melancarkan serangan yang menghancurkan Gaza. Hezbollah mulai menyerang Israel di perbatasan keesokan harinya, dengan tujuan untuk membagi fokusnya di Gaza.
Kassem Kassir, seorang analis yang dekat dengan Hezbollah, mengatakan bahwa poros ini akan berpartisipasi dalam menghadapi tindakan militer apa pun yang dilakukan Israel terhadap Lebanon.
Namun, ketika sebuah laporan media baru-baru ini menyatakan bahwa para pejuang bersenjata non-Lebanon siap menjadi sukarelawan untuk berangkat ke Lebanon untuk berperang bersama Hezbollah, muncul banyak pertanyaan. Bagaimana poros ini akan berpartisipasi? Apakah kelompok atau individu yang secara acak menuju ke Lebanon?
Pada 19 Juni, Sekretaris Jenderal Hezbollah Hassan Nasrallah mengatakan kelompok itu menolak tawaran dari para pemimpin kelompok bersenjata yang menawarkan untuk mengirim prajurit mereka ke Lebanon.
“Kami mengatakan kepada mereka: 'Terima kasih, tapi kami kewalahan dengan jumlah yang kami miliki,” kata Nasrallah dalam pidatonya, seraya menambahkan bahwa Hezbollah sudah memiliki lebih dari 100.000 pasukan.
Jika Israel mengalihkan fokusnya dari Gaza ke Lebanon, perhitungan regional bisa berubah seiring dengan perluasan cakupannya. Qais al-Khazali, pemimpin Asa'ib Ahl al Haq, anggota poros perlawanan Irak, mengatakan bahwa jika Amerika Serikat terus mendukung Israel dan menyerang Lebanon serta Hezbollah, seluruh kepentingan AS di kawasan dan Irak akan menjadi sasaran dan bahaya.
Istilah perlawanan dalam poros perlawanan mengacu pada oposisi jaringan regional yang sebagian besar Syiah dan pro-Iran terhadap Amerika Serikat dan Israel, yang berarti para anggota dapat memilih sejumlah target regional, selain menyerang Israel dari lokasi mereka berbasis, sendiri atau bersama-sama.