Curhat Pemilik Kafe di Yogya: Banyak Mahasiswa Datang Tak Jajan, Cuma Nongkrong
Ilustrasi ruangan kafe. Foto: Sorbis/Shutterstock
Pemilik kafe di Yogyakarta curhat perihal banyak mahasiswa datang ke kafenya tapi tak jajan. Peristiwa itu terjadi hampir setiap malam dan membuat usahanya merugi.
Mirisnya, para oknum mahasiswa ini nongkrong hingga rapat dengan menikmati fasilitas kafe seperti WiFi.
Pemilik kafe yang bernama Agus Arya itu membuat video curhatan di Instagram. Postingannya diunggah ulang oleh berbagai akun media sosial. Agus tidak membeberkan nama kafe yang berada tak jauh dari Jalan Timoho dan Jalan Laksda Adisucipto.
"Jadi sebenarnya fenomena seperti itu sudah berlangsung cukup lama. Mahasiswa nongkrong tapi jarang order itu sudah lama. Semakin ke sini semakin banyak, dan makin enggak menghargai," kata Agus Arya melalui sambungan telepon, Sabtu (15/6).
Sejak memulai usahanya di tahun 2022, fenomena mahasiswa datang tak jajan langsung dialaminya. Orangnya pun berganti-ganti. Makin lama, mahasiswa yang nongkrong tak jajan makin banyak.
"Kenapa saya sampai ... karena menurut saya sudah terlalu banyak dan terlalu sering dan sudah di taraf yang mengganggu menurut saya. Selain tidak order, mereka juga sering ngacak-acak tempat duduk, meja kursi yang sudah kita set," katanya.
Bawa Makan dari Luar
Ilustrasi makanan panas. Foto: Shutterstock
Oknum mahasiswa seperti ini kata Agus Arya malah terkadang bawa makanan dari luar kafe. Mirisnya, sampah sering mereka tinggal begitu saja.
"Bawa makanan dari luar dulu awal kita masih enggak apa-apa. Apalagi untuk anak kecil kita masih toleransi. Cuma ketika sudah kaya mahasiswa terus ramai-ramai dan itu banyak, kita sempat menegur," jelasnya.
Namun, teguran itu tak mempan. Oknum mahasiswa masih saja datang tak memesan apa pun dan malah membawa makanan dari luar.
"Itu kita kasih tulisan dilarang bawa makanan dari luar. Setelah itu tidak mempan, lalu kita melakukan pendekatan intinya kita sampaikan di sini tidak boleh bawa makanan dan minuman dari luar. Makanan atau minuman bisa dititipkan di kasir dulu. Cuma yang enggak ngaruh, besok bawa lagi dan makin banyak. Kita capek sendiri," jelasnya.
Lanjutnya, yang lebih menjengkelkan adalah soal sampah. "Minimal kalau enggak jajan ya minimal enggak ninggal sampah," kata Agus.
30 Orang yang Pesan 10 Orang
Agus Arya juga bercerita, pada suatu malam 30 mahasiswa datang ke kafenya untuk rapat. Namun, dari jumlah itu hanya 10 orang saja yang order minuman. Itu pun, teh semua.
"Order cuma 10 gelas mungkin. Itu pun teh semua. Lebih mirisnya lagi bawa botol dari rumah lalu ke kasir minta air putih. Kita kasih air mineral nggak mau, ternyata minta air galon yang gratis," jelasnya.
Bahkan, dahulu ada mahasiswa yang rapat berdiskusi tentang ekonomi tetapi mereka tak pesan makan minum di kafe Agus Arya. Padahal usaha ini termasuk UMKM.
"Saya sempat dengar dikit-dikit mereka bahas ekonomi, tapi dia sendiri nggak order. Bahas ekonomi, bahas segala macam, pokoke macam-macam tapi perilakunya seperti itu," katanya.
Tak pelak, kelakuan oknum mahasiswa seperti ini membuat kafe Agus Arya merugi. Bahkan dia harus mengurangi jumlah pegawai.
"Awal buka karyawan tujuh orang. Makin ke sini makin sulit karena tak sesuai pemasukan. Kafe kelihatan penuh tapi tidak ada omzet. Kita kurangi karyawan untuk mengimbangi pemasukan dan pengeluaran," katanya.
Kerugian properti juga kerap terjadi. Misalnya kursi yang dipakai beberapa kali jebol, gelas pecah, serta meja kursi dicorat-coret.
"Padahal itu habis kita cat," katanya.
Bikin Kopi Bayar Seikhlasnya
Ilustrasi kopi dalam gelas hijau. Foto: Makistock/Shutterstock
Agar tak terus-terusan merugi, Agus Arya sempat membuat menu kopi bayar seikhlasnya. Namun, hal ini juga tak berdampak.
"Sudah bikin kopi seikhlasnya tetap nggak ada yang order. Ya ada satu dua tapi ya ini, enggak bisa maksimal," bebernya.
Supaya tak terus-terusan merugi, Agus Arya berencana menerapkan strategi baru. Salah satunya adalah membatasi WiFi.
"Langkah awal kita penanganan di WiFi dulu mungkin kita akan ganti dengan minta password WiFi ada minimal order. Terpaksa harus begitu," katanya.