VIRAL 4 Bule Wanita Pakai Rok Pendek Nyasar ke Pondok Pesantren,Dikira Hotel,Pengurus Sampai Kaget
TRIBUN-MEDAN.com - Baru-baru ini, viral di media sosial empat bule wanita pakai rok pendek nyasar ke area Pondok Pesantren Syaikhona Kholil di Keluarahan Demangan, Kota Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Mereka masuk ke kawasan pondok pesantren tersebut karena mengira bangunan itu adalah hotel.
Kejadian tak biasa itu terjadi pada Sabtu (18/5/2024) malam.
Malam itu, waktu telah menunjukkan sekitar pukul 23.00 WIB.
Empat orang bule hendak memasuki area ponpes.
“Benne (bukan) hotel, bukan hotel, mau ke mana? Biar saya antar,” tanya seorang santri.
Meski komunikasi para santri dan empat bule itu tidak nyambung, namun para pelancong itu tampak mengerti apa yang dimaksud para santri.
“The hotel is there (hotelnya di sana)?” tanya seorang bule perempuan mengenak topi dan rok mini dibalut kaos lengan panjang berwarna putih sambil menunjuk ke arah utara.
Empat bule wanita nyasar ke area pondok pesantren Syaikhona Kholil. Dikira hotel. (Tangkapan layar video)
Pengasuh Terkejut
Pengasuh Ponpes Syaikhona Kholil, KH Nasih Aschal (Kyai Nasih) mengaku terkejut ketika mendengar keberadaan para turis yang nyasar masuk ponpes menjelang dini hari. Di mana sebagian besar para santri sedang tidur.
“Saya terkejut juga, itu terjadi justru di saat-saat para santri sedang tidur."
"Namun karena di pesantren ada yang jaga dan santri sempat mengambil video sehingga rekaman videonya kemudian sempat viral, saya tentu melihat ini sebuah fenomena baru,” ungkap Kyai Nasih, Minggu (19/5/2024) malam.
Jarang Ada Turis
Ia menjelaskan, dalam keseharian keberadaan para turis di Pulau Madura, khususnya di Kabupaten Bangkalan nyaris tidak pernah terlihat.
Apalagi tiba-tiba diketahui hendak memasuki kawasan ponpes.
“Jarang kita melihat ada pelancong, turis dari luar negeri. Lha ini kok malah masuknya ke pesantren, memang yang mereka cari adalah hotel. Mungkin karena melihat bangunan-bangunan tingi di ponpes, mereka anggap hotel,” jelas salah seorang cicit dari Mbah Kholil itu.
Pendapat Kyai Nasih
Fenomena sejumlah turis nyasar ke pesantren untuk mencari sebuah hotel bagi Kyai Nasih merupakan hal baru.
Menurutnya, ada sesuatu di Bangkalan yang menjadi perhatian para pelancong.
Dalam hemat Kyai Nasih, mungkin saatnya dunia pesantren tentang kehidupan di dalam pesantren bukan hanya didatangi para santri tetapi bisa dikunjungi masyarakat dari luar.
Sehingga bisa menjadi destinasi religi bagi masyarakat, termasuk para wisatawan dari luar negeri.
“Pesantren itu adalah representasi, miniature kehidupan sosial kemasyarakatan. Kalau ini menjadi semacam destinasi religi, maka saya kira ini akan menarik dengan dikemas dan dikonsep se apik (bagus) mungkin. Kasihan juga karena turis ketika masuk ke suatu daerah tidak didampingi guide,” pungkas Kyai Nasih.
Profil Syaikhona Kholil
Menurut penelusuran SURYA.co.id, Ponpes Syaikhona Kholil merupakan salah satu Pesantren tertua di Indonesia yang didirikan oleh KH. Moh. Cholil bin KH. Abdul Lathif pada tahun 1861.
Kealiman Syaichona Cholil dalam bidang gramatika arab menjadi daya tarik tersendiri bagi para santri yang ingin mondok ke pesantren Mbah Kholil kala itu.
Syaichona Moh. Cholil wafat pada bulan Ramadhan tahun 1925 M. sepeninggal beliau pesantren Mbah Kholil diasuh oleh putranya KH. Imron bin Syaichona Moh. Cholil.
Setelah KH. Imron wafat, kepengasuhan pesantren Mbah Kholil dipegang oleh putri beliau Nyai Hj. Romlah.
Sebab putra beliau KH. Amin bin KH. Imron diberi tugas untuk mengurus negara dan sejarah mencatat KH. Imron pernah menjabat DPR RI pada pemerintahan presiden Soeharto.
Selama mengasuh Pesantren Nyai Hj. Romlah memiliki cara tersendiri untuk mendidik dan menggembleng santri-santri yang ingin menimba ilmu di pesantren mbah Kholil.
Sepeninggal Nyai Hj. Romlah kepengasuhan pesantren diteruskan oleh putra beliau KH. Fathurrozi kakak dari KHS. Abdullah Schal.
Berikut perjalanan Ponpes Syaikhona Kholil Bangkalan dari tahun ke tahun,
Tahun 1989 Madrasah al-Ma’arif Ponpes Syaichona Moh. Cholil membuka pendidikan tingkat Tsanawiyah
Tahun 1992 Peningkatan jenjang pendidikan diniyah dengan dibukanya tingkat Aliyah Tarbiyatul Mu’allimin dan pada tahun yang sama pula dibuka pendidikan formal MTS al-ma’arif
Tahun 1997 Pendidikan santri semakin dikembangkan dan dilengkapi dengan membuka SMA Ma’arif
Tahun 2007 Atas perintah dari almarhum almaghfurlah KHS Abdullah Schal Sekolah Tinggi Syaichona Moh. Cholil (STITS) resmi didirikan
Tahun 2009 Untuk memberi pengetahuan awal serta untuk membarikan dasar ilmu agama yang kuat bagi santri baru, maka madrasah al-Ma’arif Ponpes Syaichona Moh. Cholil membuka jenjang pendidikan I’dadiyah dengan metode Amtsilati
Tahun 2010 STITS semakin maju dan berkembang dengan peralihan status menjadi Sekolah tinggi Agama Islam Syaichona Moh. Cholil (STAIS)
Tahun 2011 Penggunaan metode Amtsilati dihapuskan dari Madrasah I’dadiyah Putra dan diganti dengan Metode al-Miftah Lil Ulum sedangkan Madrasah I’dadiyah Putri tetap menggunakan metode Amtsilati
Tahun 2016 Untuk mencetak santri tafaqquh fiddin namun tidak meninggalkan legalitas formal, maka Madrasah al-Ma’arif Ponpes Syaichona Moh. Cholil mendirikan Pendidikan Diniyah Formal (PDF) tingkat Wustha
Tahun 2017 Pendidikan Diniyah Formal (PDF) semakin dikembangkan dengan mendirikan PDF tingkat Ulya.
(*/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com