Mata Uang Melemah, Jepang Bakal Ganti Wamenkeu yang Baru
Mata uang Jepang yaitu yen.
TOKYO, KOMPAS.com - Mata uang Yen mendekati level terlemahnya dalam hampir 40 tahun. Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Jepang, Shunichi Suzuki pada Jumat (28/6/2024).
Terkait melemahnya yen, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Masato Kanda mundur dari jabatannya. Sedangkan Atsushi Mimura kini ditunjuk sebagai Wamenkeu yang baru.
"Atsushi Mimura telah ditunjuk sebagai wakil menteri keuangan Jepang yang baru untuk urusan internasional, membuatnya menghadapi upaya resmi untuk mengelola yen," ujar Shunichi dikutip dari Taipei Times pada Sabtu (29/6/2024).
Dijelaskan bahwa jabatan baru wamenkeu akan mulai berlaku pada 31 Juli 2024 mendatang. Ini menjadi bagian dari rotasi personel normal dan tidak akan mempengaruhi kebijakan mata uang negara tersebut secara luas.
Mimura hampir pasti akan mengikuti pola yang sama seperti pendahulunya dalam mengadvokasi mata uang stabil yang mencerminkan fundamental ekonomi.
Namun, peran tersebut melibatkan komunikasi yang rumit dengan media. Kanda muncul sebagai juru bicara kebijakan yang sangat karismatik setelah menjabat pada 2021.
Selama masa jabatannya, Kanda menghadapi pandemi Covid-19, pelemahan yen yang bersejarah, pecahnya invasi Rusia ke Ukraina, dan Jepang yang menjadi tuan rumah G7 tahun lalu.
Dia juga mengawasi rekor bulanan intervensi sebesar ?9,8 triliun untuk mendukung yen antara akhir April dan awal bulan lalu, setelah mata uang tersebut melemah melewati ?160 terhadap dolar AS.
Yen memperbarui level terendahnya dalam 38 tahun awal pekan ini, menyentuh ?160,87 terhadap dolar AS.
Pelemahan mata uang telah memicu tekanan inflasi yang disebabkan oleh biaya melalui impor, sehingga menimbulkan kekhawatiran yang luas di kalangan eksekutif bisnis, pejabat, dan konsumen.
Otoritas Jepang memasuki pasar setidaknya dua kali sejak akhir April dengan jumlah intervensi yang mencapai rekor.
Dalam peran barunya, Atsushi Mimura harus mengatasi berbagai tantangan keuangan, mulai dari konflik global yang sedang berlangsung hingga utang dan keamanan ekonomi.
"Tantangannya termasuk yen yang sangat lemah, dan dua perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan Timur Tengah," kata mantan wakil menteri keuangan Jepang Tatsuo Yamasaki.
"Perekonomian global juga menghadapi titik balik dalam kebijakan moneter di Eropa dan Amerika. Dalam kondisi seperti ini, Wakil Menteri Keuangan akan terlibat dalam diskusi mengenai cara menstabilkan perekonomian global," jelas dia.