Benarkah Israel Akan Hentikan Perang di Gaza demi Pembebasan Sandera?
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat berpidato di upacara Hari Peringatan bagi korban dan tentara Israel yang gugur, di permakaman militer Gunung Herzl di Yerusalem, 13 Mei 2024.
TEL AVIV, KOMPAS.com - Belakangan ini beredar kabar Israel akan menghentikan perangnya melawan Hamas di Jalur Gaza demi memprioritaskan pembebasan para sandera dari tangan Hamas.
Kabar itu merujuk pada pemberitaan The New York Times yang menyebut para jenderal tertinggi di Israel melihat gencatan senjata sebagai cara terbaik untuk mengamankan pembebasan para sandera yang masih tersisa, meski hal tersebut berarti tidak tercapainya semua tujuan perang.
The New York Times melaporkan hal itu dengan mengutip keterangan dari para pejabat keamanan Israel.
Namun, Perdana Menteri (PM) dan Kepala Staf Angkatan Darat Israel kemudian menepis laporan yang menyebut para jenderal dapat mengakhiri operasi di Gaza sebelum mencapai semua tujuanya.
Keduanya pada Selasa (7/3) menegaskan perang melawan Hamas akan menjadi "kampanye panjang".
PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya tidak akan menyerah pada "angin kekalahan".
"Saya di sini untuk menjelaskan dengan tegas: Hal ini tidak akan terjadi," kata Netanyahu menepis laporan itu, dikutip dari AFP.
Sementara, Kepala Angkatan Darat Israel Herzi Halevi menyebut penghancuran infrastruktur Hamas akan memakan waktu lebih lama.
"Ini adalah kampanye panjang, dengan tekad dan ketekunan kita akan mencapai misi kita dan melemahkan pihak lawan," kata Halevi kepada para prajurit setelah melakukan tur operasi Israel di Gaza selatan.
Halevi mengeklaim lebih dari 900 pasukan Hamas telah terbunuh dalam pertempuran di wilayah Rafah, Gaza selatan.
Setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, pemerintah sayap kanan Netanyahu telah bersumpah akan menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan kelompok Palestina tersebut, serta mengembalikan semua sandera.
Dari 251 sandera yang diculik selama serbuan Hamas, sebanyak 116 orang di antaranya dilaporkan masih berada di Jalur Gaza, termasuk 42 orang yang menurut tentara Israel telah tewas.
Netanyahu sendiri telah menghadapi tekanan domestik yang sangat besar untuk dapat memulangkan para sandera.
Sementara sekutu internasional Israel, termasuk Amerika Serikat, telah mendesak gencatan senjata di Gaza karena tingginya jumlah korban sipil.
"Perang akan berakhir setelah Israel mencapai semua tujuannya, termasuk penghancuran Hamas dan pembebasan semua sandera kami," kata Netanyahu.
Perdana Menteri mengatakan tentara memiliki "semua cara untuk mencapai" target-target di Gaza.
"Kami tidak akan menyerah pada angin kekalahan, baik di The New York Times maupun di tempat lain. Kami terinspirasi oleh semangat kemenangan," katanya.
Komentar Netanyahu baru-baru ini bahwa "perang dalam fase intensnya akan segera berakhir di Rafah" telah meningkatkan spekulasi tentang perubahan taktik. Namun, pemimpin Israel tersebut telah menegaskan kembali tekad pemerintahnya untuk mencapai semua tujuan perangnya.
Setelah mengunjungi pasukan pada Senin, ia mengaku telah melihat pencapaian yang sangat besar dalam pertempuran yang terjadi di Rafah.
"Kami maju ke tahap akhir untuk menghabisi tentara Hamas," jelasnya.
Militer Israel telah melanjutkan beberapa operasi di Gaza utara dan zona-zona lain yang sebelumnya dikatakan telah dikuasai oleh pasukan Hamas.
Militer juga telah mengeluarkan perintah evakuasi warga sipil baru untuk daerah-daerah di sekitar Khan Younis dan Rafah di Gaza selatan.