Puncak Musim Kemarau di Jakarta Diprediksi Terjadi Juni 2024,BMKG Ingatkan Penurunan Kualitas Udara
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi Jakarta akan memasuki musim kemarau pada Mei 2024 ini.
Sedangkan, puncak musim kemarau di Jakarta diprediksi terjadi pada Juni 2024 mendatang.
Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG Albert Nahas pun mewanti-wanti warga Jakarta terhadap penurunan kualitas udara.
Sebab, dampak fenomena iklim global juga memiliki pengaruh terhadap PM2.5 yang merupakan salah satu partikel polutan.
“Fenomena iklim global bisa mempengaruhi iklim di Indonesia yang berakibat ke kondisi PM2.5 diantaranya adalah El Nino, La Nina, dan Dipole Mode Positif atau Negatif,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/5/2024).
Ia menerangkan, fenomena La Nina mempengaruhi konsentrasi PM2.5 di Indonesia, biasanya konsentrasi polutan tersebut cenderung tinggi pada malam hingga pagi hari dan rendah pada siang hari.
Albert juga mengingatkan bahwa kualitas udara di suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh sumber emisi di wilayah tersebut.
Oleh sebab itu, perlu tindakan nyata dari pemerintah untuk membatasi atau menekan sumber emisi guna mengurangi pencemaran udara.
Project Manager untuk Clean Air Catalyst dari World Resources Institute (WRI) Indonesia Satya Budi Utama mendorong Pemprov DKI untuk segera mengambil langkah strategis untuk mengantisipasi penurunan kualitas udara.
“Pemprov DKI belajar dari kejadian tahun 2023. Agar pemerintah siap untuk mengantisipasi situasi dimana ada pengaruh panjang polusi udara karena panjangnya musim kemarau,” tuturnya.
Menurutnya, pemerintah harus bersinergi dengan berbagai pihak dalam merespons perubahan iklim, salah satunya dengan bersinergi mengantisipasi polusi dari emisi sektor transportasi.
“Sejalan dengan strategi pengendalian pencemaran udara, sebenarnya yang kami lakukan sekarang adalah mengupayakan antisipasi terhadap pengurangan polusi meskipun sektornya ada transportasi. Ini bukan hanya dikerjakan oleh satu pihak saja,” kata Tomi.
Ia menyebut, pihaknya kini terus mengkaji pengembangan kawasan rendah emisi serta mendorong terjadinya perubahan atau transisi dari penggunaan kendaraan pribadi ke dalam sistem transportasi umum di Jakarta.
“Ini merujuk pada perilaku di mana individu atau masyarakat secara bertahap meninggalkan penggunaan kendaraan pribadi mereka dan beralih ke menggunakan transportasi umum untuk perjalanan mereka di Jakarta,” ujarnya.
Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini.
Baca berita dan artikel menarik dari TribunJakarta.com lainnya di Google News