Houthi Umumkan Operasi Tahap Empat: Semua Kapal dari Negara Mana Pun Bakal Diserang Kalau ke Israel
Houthi Umumkan Operasi Tahap Keempat: Semua Kapal Tak Peduli dari Negara Mana Bakal Diserang Kalau ke Israel
TRIBUNNEWS.COM – Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) yang terafiliasi Gerakan Ansarallah (Houthi) Yaman, mengumumkan kalau mereka meningkatkan status blokade Laut Merah menjadi operasi tahap keempat.
Juru Bicara YAF, Yahya Saree, menjelaskan pada operasi tahap keempat blokade jalur perairan Laut Merah ini, pihaknya akan menyerang semua kapal dari negara mana pun yang terkait dan menuju pelabuhan Israel.
Blokade Laut Merah ini, kata dia, akan semakin ketat dan berlaku ke tiap kapal dari negara mana pun yang berentitas, dari dan menuju Israel, jika kota Rafah, Gaza Selatan diserang Israel.
Saree mengatakan, pihaknya mengikuti perkembangan situasi di Gaza di mana Israel bersiap menyerang Rafah sementara perundingan pertukaran sandera dan tahanan dengan Hamas masih berlangsung.
“Angkatan Bersenjata Yaman mengikuti perkembangan pertempuran di Jalur Gaza, termasuk agresi Israel dan Amerika yang berkelanjutan, dan persiapan untuk operasi militer agresif yang menargetkan wilayah Rafah,” katanya dilansir Memo, Sabtu (4/5/2024).
Dia menambahkan, “Kami juga mengikuti tawaran yang diajukan (Israel) kepada perlawanan (Hamas), di mana musuh menginginkan kartu sandera dimainkan tanpa gencatan senjata permanen.”
“Oleh karena itu, dan sebagai tanggapan terhadap seruan perlawanan rakyat Palestina yang tertindas, dan mengingat kegigihan musuh-musuh Israel dan Amerika, Angkatan bersenjata Yaman, dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa, mengumumkan dimulainya penerapan fase keempat eskalasi.”
Petempur milisi Houthi dengan latar belakang bendera Yaman berpatroli di Laut Merah. Yaman memperluas blokade jalur perairan tidak hanya di Laut Merah tetap juga ke Laut Arab dan Samudera Hindia. (afp)
Operasi Tahap Keempat Targetkan Semua Kapal yang ke Israel
Saree menjelaskan, fase keempat operasi ini akan menyasar kapal-kapal dari negara mana pun yang datang dari dan menuju pelabuhan Israel.
“Pertama, menargetkan semua kapal yang melanggar keputusan yang melarang navigasi Israel dan menuju pelabuhan Israel di Laut Mediterania, di wilayah mana pun yang berada dalam jangkauan kami,” katanya.
“Kedua, penerapannya dimulai sejak pernyataan ini dibuat,” tambahnya.
Saree menekankan kalau Israel benar-benar menyerang Rafah, Houthi akan makin memperketat blokade, tidak hanya di Laut Merah tetapi di Laut Arab dan Samudera Hindia.
“jika musuh Israel melancarkan operasi militer agresif di Rafah, angkatan bersenjata Yaman akan menjatuhkan sanksi komprehensif terhadap semua kapal perusahaan yang melanggar terkait dengan pasokan dan masuk ke pelabuhan-pelabuhan Israel dari negara mana pun.”
Dia menyatakan bahwa kelompok tersebut: “Akan mencegah semua kapal perusahaan ini melewati wilayah di mana angkatan bersenjata beroperasi, terlepas dari tujuannya.”
“Angkatan bersenjata Yaman, dengan bantuan Tuhan Yang Maha Esa, dan kemudian dengan dukungan dari rakyat besar Yaman, dan seluruh rakyat bebas di negaranya, tidak akan ragu untuk mempersiapkan tahap eskalasi yang lebih luas dan lebih kuat sampai agresi berhenti dan konflik berakhir, serta pengepungan terhadap rakyat Palestina yang tertindas di Jalur Gaza telah dicabut,” kata Saree.
Dalam foto selebaran yang disediakan oleh pusat media Houthi, para petempur Houthi berpartisipasi dalam latihan militer pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (HandOut/Houthi via Getty Images)
AS: Proksi Iran Mereda, Houthi Mengganas
Dalam konteks terkait, Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines mengatakan bahwa “milisi” yang didukung Iran sebagian besar telah menghentikan serangan mereka terhadap tentara AS di wilayah tersebut.
Pun, dalam penjelasannya di hadapan Komite Senat Angkatan Bersenjata AS mengenai ancaman global, Haines mencatat kalau Houthi, yang mengumumkan niat mereka untuk memperluas cakupan operasi mereka ke Samudera Hindia bulan lalu, justru mulai melancarkan serangan angkatan laut hampir setiap hari mulai minggu lalu.
Haines menyatakan: “Kelompok milisi yang bersekutu dengan Iran di wilayah tersebut terus merencanakan serangan terhadap pasukan kami, namun kelompok tersebut secara umum menghentikan serangan tersebut meskipun tidak jelas berapa lama jeda tersebut akan berlangsung.”
Haines menekankan bahwa situasi di Gaza adalah “contoh mencolok lainnya” tentang bagaimana konflik lokal dapat menimbulkan dampak global, dan menekankan bahwa dunia telah menghadapi paradigma keamanan baru dan tantangan kemanusiaan dalam tujuh bulan terakhir.
(oln/memo/*)