Pengunjuk Rasa Anti-Pemerintah Israel Turun ke Jalan, Serukan Pemilu Baru
Demonstran anti-pemerintah Israel meneriakkan slogan-slogan selama protes menuntut pembebasan sandera yang ditahan oleh gerakan Hamas Palestina di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober, di Yerusalem pada 31 Maret 2024.
YERUSALEM, KOMPAS.com - Pengunjuk rasa anti-pemerintah Israel turun ke jalan-jalan di Yerusalem pada Senin (17/6/2024).
Mereka juga bentrok dengan polisi karena melakukan demo di dekat kediaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menyerukan pemilu baru.
Diketahui, Netanyahu menduduki salah satu koalisi sayap kanan dalam sejarah Israel setelah pemerintahan persatuan masa perang runtuh seminggu yang lalu ketika dua mantan jenderal berhaluan tengah, Benny Gantz dan Gadi Eisenkot, mengundurkan diri.
Netanyahu sekarang bergantung pada mitra ultra-Ortodoks dan sayap kanan, yang agenda garis kerasnya menyebabkan keretakan besar dalam masyarakat Israel bahkan sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 memicu perang di Gaza.
Sebagaimana diberitakan Reuters pada Selasa (18/6/2024), demo yang sering terjadi setiap minggunya belum mengubah pandangan politik, dan Netanyahu masih menguasai mayoritas yang stabil di parlemen.
Menyusul kepergian Gantz dan Eisenkot, kelompok oposisi mengumumkan protes jalanan selama seminggu yang mencakup pemblokiran jalan raya dan demonstrasi massal.
Menjelang matahari terbenam, ribuan orang berkumpul di luar Knesset, parlemen Israel, sebelum berbaris ke rumah pribadi Netanyahu di kota tersebut.
Namun, demonstrasi semakin gaduh setelah mencapai rumah Netanyahu dan beberapa pengunjuk rasa berhenti serta mencoba menerobos penghalang yang dibuat oleh polisi, yang mendorong dan menyeret mereka kembali.
Pada suatu saat, api unggun dinyalakan di jalan. Polisi kemudian bertindak menggunakan meriam air untuk membubarkan demonstrasi tersebut.
Pada demo itu, sembilan orang ditangkap serta beberapa karena menyerang petugas polisi, menurut pernyataan polisi.
Banyak yang mengibarkan bendera Israel. Yang lain membawa poster-poster yang mengkritik cara Netanyahu menangani isu-isu penting.
Seperti mempromosikan rancangan undang-undang militer yang memecah-belah yang mengecualikan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks dari wajib militer, serta caranya menangani perang dengan Hamas di Gaza dan berperang dengan Hezbollah di Lebanon.
"Proses penyembuhan bagi negara Israel, dimulai dari sini. Setelah pekan lalu ketika Benny Gantz dan Eisenkot keluar dari koalisi, kami melanjutkan proses ini dan mudah-mudahan pemerintah ini segera mengundurkan diri," kata pengunjuk rasa Oren Shvill.