Orangtua Siswa Madrasah di Jaktim Menabung untuk Berkurban di Idul Adha
Ilustrasi hewan kurban
JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Raya Idul Adha erat kaitannya dengan berkurban, baik sapi maupun kambing.
Akan tetapi, untuk dapat menyumbang hewan kurban, orang itu harus merogoh kocek yang tidak sedikit.
Beberapa organisasi kemudian membuka metode patungan dalam berkurban bagi masyarakat.
Salah satunya adalah Madrasah Annafiah, Jakarta Timur, yang membuka program patungan untuk berkurban bagi orangtua siswa dan siswi di sana.
“Ini memang program dari Madrasah Annafiah setiap tahun. Jadi orang tua murid yang mau kurban sapi kan mahal ya, jadi kita bikin patungan,” ujar Pipit (44) selaku kepala administrasi di madrasah tersebut kepada Kompas.com, Senin (17/6/2024).
Metode ini cukup efektif dijalankan. Selain itu, tidak ada paksaan kepada orangtua murid untuk mengikuti program ini.
Hanya orangtua murid yang sanggup membayar patungan yang bergabung.
“Bagi yang mau, ini memang dilaksanakan dari tahun ke tahun,” tambah Pipit.
Model patungan yang diterapkan di Madrasah Annafiah adalah dengan menabung atau mencicil.
Jadi, orangtua murid yang tergabung dalam patungan ini diminta membayar rutin dengan nominal bebas setiap minggu atau setiap bulannya.
Hal tersebut tergantung pada kesediaan dan kemampuan orangtua murid untuk membayarkan tabungannya.
Akan tetapi, orangtua murid yang mengikuti program ini harus berkomitmen mengumpulkan uang dengan total Rp 3,5 juta per orang di akhir tabungan.
Pada Idul Adha tahun ini, Madrasah Annafiah mengumpulkan dua ekor sapi dan beberapa kambing yang dikurbankan secara individu oleh orangtua murid tanpa mengikuti program patungan.
Pipit juga bersyukur, kendati madrasah tidak mendapatkan pendanaan dari pemerintah dan hanya berasal dari dana pribadi orangtua, tetapi mereka dapat mengumpulkan hewan kurban untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar.
“Biarpun setiap tahun ada kendalanya, setiap tahun alhamdulillah ada yang mau patungan, bahkan lebih dari 10 orang,” tambah dia.
Jumlah orang yang berkurban menurun
Data dari Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) menunjukkan bahwa ada potensi penurunan angka sebesar tujuh persen untuk pekurban kambing-domba dengan bobot 20-40 kg.
Dalam siaran pers IDEAS, dikatakan bahwa penurunan angka pekurban sebesar tujuh persen berkaitan dengan kondisi ekonomi Indonesia, seperti badai PHK hingga tingginya tingkat pengangguran di Indonesia.
Sehingga, masyarakat yang sebelumnya mampu berkurban pada 2023, kini tidak mampu berkurban.
Sementara itu, terdapat kenaikan yang signifikan dari masyarakat kelas atas sebagai pekurban sapi-kerbau dengan berat 750 kilogram per ekor.
Angka tersebut meningkat sebesar 21 persen dari tahun sebelumnya.
Dalam laporan yang sama, hal tersebut menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi yang semakin besar di Indonesia.