Kisah Queen Mary dari Inggris Alami Phantom Pregnancy yang Ternyata Gangguan Mental
Kisah Queen Mary dari Inggris Alami Phantom Pregnancy yang Ternyata Gangguan Mental
Bunda mungkin mengenal nama Mary Tudor alias Queen Mary dari Inggris. Di balik kesuksesannya sebagai seorang ratu, ternyata ia juga pernah mempunyai pengalaman yang tidak mudah untuk dihadapinya lho.
Pada April 1555, Ratu Mary mengasingkan diri sembari menunggu kelahiran anaknya yang pertama. Saat itu, usianya sudah mencapai 38 tahun. Sebagai seorang ratu, tentu ia membutuhkan keturunan untuk menjadi ahli waris, terutama anak dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini lantaran dirinya harus mengamankan aliansi dengan Spanyol dan agar dapat melanjutkan pemerintahan Katolik di Inggris.
Setelah menikah dengan Raja Philip II dari Spanyol, ternyata sang Ratu tampak terlihat berbadan dua. Payudara dan perutnya pun menjadi bengkak. Selain itu, Ratu Mary juga mengaku dirinya kerap kali merasakan mual, muntah, serta merasa adanya pergerakan janin di dalam kandungan.
Menanggapi hal tersebut, kerajaan pun langsung melakukan berbagai tindakan seperti mempersiapkan kamar bayi, memanggil perawat yang dapat membantu Si Kecil nantinya, serta sudah menulis surat pengumuman yang telah ditandatangani .
Baca Juga : Kenali Tanda-tanda Kehamilan Palsu, Penyebab dan Cara Mengetahuinya |
Namun sayangnya Ratu Mary ternyata tidak menjalani kehamilan. Kondisi yang ia alami ini adalah penyakit langka yaitu pseudocyesis atau disebut juga dengan phantom pregnancy.
Mengenal kondisi pseudocyesis
Melansir dari Cleveland Clinic, pseudocyesis atau kehamilan palsu merupakan kondisi bila seseorang percaya bahwa dirinya sedang hamil meskipun sebenarnya tidak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyakit langka ini juga dapat disebut dengan phantom pregnancy.
Bagi penderita pseudocyesis, biasanya mereka akan mengalami gejala layaknya para ibu hamil. Bila mereka melakukan tes kehamilan, cek darah, ataupun pemeriksaan USG, biasanya hasilnya akan menunjukkan bahwa mereka tidak hamil dan tidak terdapat janin di dalam kandungan.
Pada dasarnya, pseudocyesis merupakan penyakit yang langka. Para tenaga kesehatan pun percaya bahwa penyakit tersebut terjadi karena adanya pengaruh dari faktor psikologi dan hormonal.
âTubuhnya (penderita) bertingkah seakan-akan sedang hamil, sehingga ia percaya ia hamil, namun ia mengalami delusi,â ujar Mary Seeman, profesor emerita di University of Torontoâs Department of Psychiatry, dikutip dari National Geographic.
Perlu Bunda ketahui bahwa penyakit pseudocyesis ini ternyata tidak langka di negara tertentu lho. Biasanya, penyakit ini dapat sering terjadi di negara yang menganut budaya bahwa perempuan yang menikah diharapkan dapat melahirkan anak.
âMisalnya, ada beberapa wilayah di Afrika yang menganggap kehamilan sangat dihargai dan perawatan medis sulit diakses, sehingga pseudocyesis sering terjadi,â tambah sang profesor.
Merupakan gangguan kesehatan mental
Perlu Bunda ketahui bahwa penyakit pseudocyesis ini dapat dikatakan sebagai gangguan kesehatan mental. Sebab, orang yang menderitanya akan sulit menerima fakta bahwa dirinya sebenarnya tidak hamil.
Tak hanya itu, perempuan yang menderita pseudocyesis juga dapat menyalahkan pasangan atau keluarganya lho saat mengetahui dirinya ternyata tidak hamil.
âMereka mungkin mengira suaminya tidak ingin hamil, berkolusi dengan dokter atau rumah sakit. Mereka mungkin mengira mertuanya terlibat. Saya telah melihat orang-orang yang percaya bahwa dokter telah menghamilinya tetapi tidak mau mengakuinya,â tutur profesor Mary Seeman.
Kehaluan yang dialami oleh penderita pseudocyesis tersebut dapat bermacam-macam karena mereka tetap defensif atas realitas yang sedang dialaminya. Tak hanya itu, mereka juga merasakan berbagai gejala seperti ibu hamil pada umumnya. Sehingga, tak mudah bagi mereka untuk percaya bahwa apa yang telah dijalani merupakan kehamilan palsu.
Lantas, apa saja sih gejala-gejala yang mungkin dialami oleh para penderita pseudocyesis?
Gejala pseudocyesis
Tak berbeda jauh dengan gejala yang biasa dialami oleh ibu hamil, berikut adalah gejala umum yang dapat dirasakan seorang perempuan bila menderita penyakit pseudocyesis:
- Merasakan adanya pergerakan dalam rahim.
- Payudara terasa lebih lembut.
- Perut menjadi semakin besar.
- Periode menstruasi terlewat.
- Bertambahnya berat badan.
- Timbul rasa mual dan ingin muntah.
- Alami ngidam atau tidak ingin mengonsumsi makanan tertentu.
- Adanya kontraksi persalinan palsu.
Penyebab pseudocyesis
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyakit pseudocyesis ini dapat dipengaruhi oleh faktor psikologi dan hormonal. Selain itu, para ahli tenaga kesehatan juga percaya bahwa pseudocyesis juga disebabkan oleh beberapa hal lain, di antaranya:
- Keinginan kuat untuk hamil.
- Telah mengalami keguguran beberapa kali.
- Kehilangan seorang anak.
- Mengalami infertilitas.
- Memiliki ketakutan yang ekstrem untuk hamil.
- Memiliki kecemasan atau depresi.
- Memiliki riwayat trauma emosional.
- Pernah mengalami kekerasan seksual.
Bunda, itulah kisah Ratu Mary dari Inggris yang sempat mengalami penyakit pseudocyesis atau kehamilan palsu. Semoga informasinya bermanfaat ya.