Aria Bima: Kalau Sultan Sudah Turun, Ada Sesuatu yang Diprihatinkan

Aria Bima saat menghadiri rapat panja Jiwasraya dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (23/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan

Politikus senior PDIP, Aria Bima, menanggapi perihal Presiden Jokowi yang minta dijembatani Sultan Hamengkubuwono X untuk bertemu dengan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Menurutnya, Sultan HB X dikenal tidak biasa turun tangan langsung menyampaikan sesuatu ke publik. Apabila Sultan HB X sudah turun tangan langsung, maka ada sesuatu yang sudah memprihatinkan.

“Kebetulan saya ini wong Solo Yogya di sini. Sultan itu jarang menyampaikan sesuatu ke publik kalau ada tamu, kok kali ini disampaikan?” ujar Aria dalam konferensi pers di Media Center Ganjar-Mahfud di Cemara 19, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (13/2).

“Saya kira ada perkembangan. Kalau orang Jawa, memang sudah kebangetan itu,” sambungnya.

Menurutnya, jika ada suatu hal yang tidak begitu genting, maka Sultan HB X tidak biasa turun tangan langsung. Justru saat ini Aria menilai, ada sesuatu yang tidak bisa dibiarkan lagi.

“Kalau gak kebangetan itu Sultan tak biasa (turun tangan), kalau dia sudah turun ada sesuatu yang memang sudah tak bisa lagi dibiarkan demi rakyatnya,” ucap Aria.

Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyapa simpatisan PDIP pada acara Bulan Bung Karno di GBK Sabtu (24/6). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Aria pun memberi perumpamaan, apabila Sultan HB X sudah menurunkan sayur lodeh, maka ada sesuatu yang diprihatinkan.

Dalam kepercayaan Jawa, sayur lodeh sendiri dianggap sebagai penolak bala untuk melindungi masyarakat Jawa dari wabah atau bencana.

“Kalau Sultan sudah menurunkan sayur lodeh, itu memang ada sesuatu yang diprihatinkan,” tuturnya.

Aria mengatakan, seringkali kalangan rohaniawan dan budayawan berbicara itu tidak didengar. Namun Sultan HB X sendiri menurut Aria, adalah perpaduan budayawan dan pujangga yang tak banyak bicara.

“Kalau teman melihat bahwa ada kalangan rohaniawan bicara gak didengar, budayawan bicara gak didengar, kalangan intelektual ya kan? Sultan ini antara komposisi budayawan dan pujangga yang gak banyak bicara,” ungkapnya.

“Menurut saya, Sultan menyampaikan itu karena sudah kebangetan,” pungkasnya.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Sebelumnya, Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X (Sultan HB X) membenarkan dirinya diminta untuk menjembatani pertemuan Presiden Jokowi dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.

“Betul (diminta menjembatani) tapi kan saya kan nunggu Presiden, saya akan menjembatani, terserah Presiden itu saja (selanjutnya),” kata Sultan kepada wartawan di Kepatihan Pemda DIY, Senin (12/2).

Sultan mengatakan, apabila Presiden memerlukan bantuannya, maka dirinya bersedia menjembatani. Namun, jika tidak pun tak mengapa.

“Ya, nunggu kalau memang Presiden memerlukan, saya bersedia kan hanya itu, kalau enggak, ya enggak papa,” bebernya.

Di sisi lain, Sultan mengatakan inisiatif menjembatani ini bukan datang dari dirinya.

“Ya, berarti bukan saya yang ambil inisiatif to yang ambil inisiatif Bapak Presiden sendiri. Ya, terserah Bapak Presiden mau ketemu Mbak Mega yang saya fasilitasi nggak?” kata Sultan HB X.