Tentara Israel Minta Warga Palestina Evakuasi dari Rafah Sebelum Serangan Terjadi
Warga Palestina berjalan menuju daerah yang lebih aman setelah dimulainya kembali serangan Israel ke Rafah di Jalur Gaza selatan pada 1 Desember 2023, setelah berakhirnya gencatan senjata selama tujuh hari antara Israel dan militan Hamas. Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas berakhir pada 1 Desember, dengan tentara Israel mengatakan bahwa operasi tempur telah dilanjutkan, dan menuduh Hamas melanggar jeda operasional.
RAFAH, KOMPAS.com – Sebelum serangan terjadi, pasukan Israel pada Senin (6/5/2024) meminta puluhan ribu warga Palestina untuk mengungsi dari Kota Rafah.
Pengumuman tersebut mempersulit upaya terakhir mediator internasional, termasuk direktur CIA, untuk menengahi gencatan senjata di Gaza.
Hamas dan Qatar, mediator utama, telah memperingatkan bahwa invasi ke Rafah dapat menggagalkan perundingan.
Namun Israel menggambarkan Rafah sebagai benteng terakhir Hamas setelah tujuh bulan perang, dan para pemimpinnya berulang kali mengatakan mereka perlu melakukan invasi darat untuk mengalahkan kelompok Hamas tersebut.
Dikutip dari AP News pada Senin (6/5/2024), Letkol Nadav Shoshani, juru bicara militer Israel mengatakan, sekitar 100.000 orang diperintahkan untuk pindah ke zona kemanusiaan terdekat yang disebut Muwasi.
Dia mengatakan Israel sedang mempersiapkan “operasi terbatas” dan tidak akan mengatakan apakah ini merupakan awal dari invasi yang lebih luas ke kota tersebut.
Namun pada Oktober lalu, Israel tidak secara resmi mengumumkan peluncuran invasi darat yang berlanjut hingga saat ini.
Tindakan ini dilakukan sehari setelah Hamas melancarkan serangan roket mematikan dari daerah tersebut yang menewaskan tiga tentara Israel.
Shoshani menjelaskan Israel menerbitkan peta daerah evakuasi, dan perintah dikeluarkan melalui selebaran yang dijatuhkan dari langit, pesan teks, dan siaran radio.
Dia mengatakan Israel telah memperluas bantuan kemanusiaan ke Muwasi, termasuk rumah sakit lapangan, tenda, makanan dan air.
Rencana Israel untuk menyerang Rafah telah menimbulkan kekhawatiran global karena potensi kerugian bagi lebih dari satu juta warga sipil Palestina yang berlindung di sana.
Pada hari Minggu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengeklaim Hamas tidak serius dengan kesepakatan tersebut dan memperingatkan operasi besar-besaran dalam waktu dekat di Rafah.
Komentarnya muncul setelah Hamas menyerang titik persimpangan utama Israel pada hari Minggu karena memberikan bantuan, menewaskan tiga tentara.
Shoshani tidak bersedia mengatakan apakah operasi Rafah yang akan datang merupakan respons terhadap pembunuhan hari Minggu.
Dia mengatakan insiden itu tidak akan berdampak pada jumlah bantuan yang sangat dibutuhkan yang masuk ke Gaza karena titik penyeberangan lainnya tetap beroperasi.
Sedangkan Mesir, mitra strategis Israel, mengatakan bahwa perebutan perbatasan Gaza-Mesir oleh militer Israel yang seharusnya dilakukan demiliterisasi atau tindakan apa pun untuk mendorong warga Palestina ke Mesir akan mengancam perjanjian perdamaian yang telah berumur empat dekade dengan Israel.