TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Kondisi bayi yang lahir dengan 6 jari atau lebih, baik di tangan atau kaki, dinamakan Polidaktili. Biasanya, jari tambahan tumbuh secara abnormal dan berukuran lebih kecil. Kelainan bawaan lahir (kongenital) ini paling sering terjadi pada tangan dan biasanya hanya terjadi pada satu sisi, namun bisa juga terjadi pada kaki atau kedua sisi.
Jari tambahan ini dapat terletak pada sisi luar (kelingking), sisi dalam (ibu jari), maupun sentral di antara jari-jari lainnya.
Kasus polidaktili belum lama ini ditemukan di Bandung pada seorang pasien anak berusia satu tahun berjenis kelamin laki-laki.
Anak tersebut lahir dengan tiga jari tambahan pada kaki kirinya sehingga menyebabkan bentuk dan struktur kaki yang abnormal, dan akhirnya sukses ditangani oleh Prof. Dr. dr. Yoyos Dias Ismiarto, Sp.OT (K), M.Kes, CCD, dokter spesialis ortopedi konsultan ortopedi anak dari Mayapada Hospital Bandung.
Kasus polidaktili belum lama ini ditemukan di Bandung pada seorang pasien anak berusia satu tahun berjenis kelamin laki-laki. Anak tersebut lahir dengan tiga jari tambahan pada kaki kirinya sehingga menyebabkan bentuk dan struktur kaki yang abnormal, dan akhirnya sukses ditangani oleh Prof. Dr. dr. Yoyos Dias Ismiarto, Sp.OT (K), M.Kes, CCD, dokter spesialis ortopedi konsultan ortopedi anak dari Mayapada Hospital Bandung (istimewa)
Kasus ini berhasil diatasi dengan dilakukannya operasi pengangkatan jari tambahan.
Selain dilakukan pengangkatan jari, anak tersebut juga menjalani rekonstruksi untuk memperbaiki bentuk dan struktur kaki agar berfungsi normal untuk mendukung tumbuh kembang anak selanjutnya.
Pasca-operasi, bentuk dan struktur kaki pada anak membaik secara signifikan kaki dan saat ini pasien menjalani perawatan luka secara rutin guna memastikan penyembuhan yang optimal.
Polidaktili dapat terdeteksi saat kehamilan melalui pemeriksaan USG maupun terlihat langsung saat kelahiran.
Penanganan polidaktili biasanya dilakukan saat anak berusia 1-2 tahun agar tidak menganggu tahapan tumbuh kembangnya.
Selain itu, metode penanganan polidaktili juga tergantung pada lokasi dan struktur pembentuknya, bisa ditangani dengan pemasangan klip pada pangkal jari tambahan, atau dengan tindakan pembedahan.
ilustrasi – metode klip pada polidaktili tangan (istimewa)
Prof Yoyos mengungkapkan, setelah bayi lahir, dokter melakukan pemeriksaan rontgen untuk melihat struktur pembentuk jari tambahan tersebut dan menentukan metode penanganan yang akan dilakukan.
Dokter juga bisa meminta beberapa pemeriksaan laboratorium darah untuk mencari kemungkinan kelainan genetik lainnya yang perlu diwaspadai.
Prof Yoyos yang berpraktik di layanan Orthopedic Center Mayapada Hospital Bandung ini menjelaskan lebih lanjut.
“Bila jari tambahan hanya terhubung oleh jaringan lunak dan bukan tulang, klip dapat dipasang pada pangkal jari tambahan untuk menghentikan aliran darah ke area tersebut sehingga jari tambahan akan menyusut dan lepas dalam jangka waktu kurang lebih 2 minggu mirip seperti tali pusat pada bayi baru lahir. Sedangkan, operasi atau pembedahan untuk mengangkat jari tambahan dan rekonstruksi diperlukan apabila jari tambahan tersusun oleh tulang dan terdapat gangguan struktur dan bentuk pada tangan atau kaki. Kondisi inidinamakan polidaktili lengkap dan dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak jika tidak ditangani dengan baik,” kata Prof Yoyos.
Kasus polidaktili ini telah ditangani secara komprehensif oleh Prof Yoyos berkolaborasi dengan tim dokter multidisiplin lainnya di Orthopedic Center Mayapada Hospital Bandung, yaitu layanan yang holistik dan menyeluruh untuk menangani berbagai kasus tulang.
Selain Orthopedic Center, Mayapada Hospital Bandung, juga memiliki layanan unggulan (Center of Excellence) dengan standar internasional untuk menangani berbagai kasus kompleks seperti jantung, kanker, saraf, dan saluran cerna.
Sebagai green hospital pertama di Indonesia yang juga diarahkan menjadi flagship hospital milik Mayapada Heatlhcare Group di Jawa Barat, Mayapada Hospital Bandung dikenal akan konsistensinya dalam memberikan layanan dengan pendekatan patient centric di mana selalu melibatkan pasien di setiap langkah perawatan demi menunjang kesembuhan pasien untuk memberikan pengalaman berobat yang aman, nyaman dan memuaskan (patient experience).
News Related-
Nadzira Shafa Nyanyi Lagu Baru, Lirik Rakit Soundtrack Film 172 Days, Ceritakan Kisah Cintanya dengan Amer Azzikra
-
Cara Menukarkan Valas dan Informasi Kurs Dollar-Rupiah di BCA, Selasa (28/11)
-
Ganjar Disindir Halus Kepala Suku di Merauke soal Kondisi Jalan
-
BREAKING NEWS - Diduga Depresi,Pemuda di Kubu Raya Nekat Akhiri Hidup Dengan Cara Tak Wajar
-
Tertarik Ubah Avanza Jadi VW Kodok? Segini Biayanya
-
Bukan Gabung Barito,Sosok di Luar Dugaan Eks Persija Membelot ke Rival Dewa United,Anak Dewa Cek
-
Pesan Mahfud ke Anak Muda Aceh: Semua Akan Sukses karena RI Kaya, Jangan Hedon
-
Apakah Hantu Itu Nyata? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
-
Rajin Beri Bonus dan Ajak Jalan-jalan,Bos Tak Menyangka Lihat Isi Grup WA Karyawan,Semua Dipecat
-
Pimpinan KPK Kaget Kasus Korupsi SYL Ternyata Sudah Dilaporkan Sejak 2020, 3 Tahun Dibiarkan Mangkrak
-
Isyarat Rasulullah Tentang Penaklukan Romawi dan Mesir
-
Istana Ingatkan Pasangan Anies-Muhaimin, Ada Kesepakatan Politik Terkait UU IKN
-
Anak Kiky Saputri Unboxing Bingkisan Ulang Tahun Ke-2 Rayyanza
-
Ragam Keris dan Senjata Pusaka di Museum Pusaka TMII