Pernahkah Bunda terbangun dengan rasa sesak napas, tidak bisa bergerak, dan melihat sosok bayangan di atas Bunda? Fenomena ini sering disebut sebagai âketindihan setanâ dan dikaitkan dengan hal-hal mistis.
Berbeda dari segi medis. Secara medis, kondisi ini dikenal sebagai sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Apa itu sleep paralysis?
Sleep paralysis adalah keadaan di mana seseorang mengalami kelumpuhan sementara saat terbangun dari tidur atau akan tidur. Kondisi ini biasanya berlangsung selama beberapa detik hingga hitungan menit.
Nisfu Syaban |
Bunda yang mengalaminya mungkin merasa sadar dan dapat melihat serta mendengar sekelilingnya. Namun tidak dapat bergerak atau berbicara. Persis dengan kondisi yang sering disebut âketindihan setanâ.
Penyebab ‘Ketindihan’ Saat Tidur atau Sleep Paralysis
Sleep paralysis terjadi ketika ada gangguan pada sinkronisasi antara otak dan tubuh saat tidur. Saat tidur, otak kita melewati beberapa tahap, termasuk tahap REM (Rapid Eye Movement) di mana mimpi terjadi.
Baca Juga : Waktu Tidur yang Ideal Menurut Pakar, Ternyata Bukan Jam 9 Malam |
Pada tahap REM, tubuh biasanya lumpuh untuk mencegah Bunda bertindak berdasarkan mimpi. Pada sleep paralysis, seseorang terbangun dari tahap REM sebelum tubuhnya âbangunâ sepenuhnya. Hal ini menyebabkan kelumpuhan sementara dan halusinasi visual atau pendengaran.
Penyebab pasti sleep paralysis belum diketahui secara pasti. Namun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risikonya, antara lain:
1. Gangguan tidur
Gangguan tidur dan masalah tidur lainnya menunjukkan korelasi yang paling kuat dengan isolated sleep paralysis. Tingkat kelumpuhan tidur yang lebih tinggi, 38% dalam satu penelitian dilaporkan oleh orang-orang dengan obstructive sleep apnea (OSA), suatu gangguan tidur yang ditandai dengan kegagalan bernapas berulang kali.
Kelumpuhan tidur juga ditemukan lebih sering terjadi pada orang dengan insomnia kronis, disregulasi ritme sirkadian, dan kram kaki pada malam hari.
2. Narkolepsi
Beberapa kejadian kelumpuhan tidur selama periode waktu tertentu mungkin berhubungan dengan narkolepsi. Narkolepsi dapat mengubah fungsi neurotransmiter di otak yang dapat menyebabkan komplikasi selama tidur REM, termasuk kelumpuhan tidur.
Meskipun sekitar 20% populasi umum jarang mengalami serangan kelumpuhan tidur. Ini umumnya lebih sering terjadi pada penderita narkolepsi.
Pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter jika Bunda mengalami tanda narkolepsi, termasuk tertidur tanpa peringatan pada waktu yang tidak tepat, kantuk berlebihan di siang hari, atau kelemahan otot.
3. Gangguan kesehatan mental
Kondisi kesehatan mental tertentu menunjukkan adanya hubungan dengan kelumpuhan tidur. Beberapa hubungan yang paling kuat terdapat pada orang dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan orang lain yang mengalami tekanan fisik dan emosional.
Mereka yang menderita gangguan kecemasan, termasuk panik juga tampaknya lebih mungkin mengalami kondisi tersebut. Menghentikan alkohol atau antidepresan dapat menyebabkan peningkatan REM yang juga menimbulkan kelumpuhan tidur.
Penelitian telah menemukan risiko lebih tinggi pada orang dengan riwayat keluarga yang mengalami kelumpuhan tidur, namun tidak ada dasar genetik spesifik yang dapat diidentifikasi.
4. Pola mimpi
Beberapa penelitian menemukan bahwa orang yang menunjukkan ciri-ciri imajinatif dan disasosiasi dari lingkungan terdekatnya, seperti melamun lebih mungkin mengalami kelumpuhan tidur. Mungkin juga ada hubungan antara kelumpuhan tidur dan mimpi buruk.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki korelasi ini dan lebih memahami berbagai potensi penyebab kelumpuhan tidur.
Jenis-jenis Kelumpuhan Tidur dan Proses Terjadinya
1. Kelumpuhan tidur terisolasi
Ini merupakan jenis kelumpuhan tidur yang terjadi satu kali dan tidak ada hubungannya dengan diagnosis dasar narkolepsi, kelainan neurologis yang mencegah otak mengontrol kesadaran dengan benar.
2. Kelumpuhan tidur berulang
Kondisi ini melibatkan beberapa episode kelumpuhan tidur dari waktu ke waktu. Bunda mungkin sering merasa âketindihan setanâ secara berkala. Kelumpuhan tidur yang berulang dapat dikaitkan dengan narkolepsi.
Proses terjadinya sleep paralysis
Proses terjadinya kelumpuhan tidur dimulai dengan gejala atonia atau ketidakmampuan menggerakkan tubuh atau berbicara. Orang-orang juga melaporkan kesulitan bernapas, tekanan dada, dan emosi tertekan seperti panik atau tidak berdaya selama episode kelumpuhan tidur.
Merasa mengantuk atau lelah berlebihan merupakan hal yang wajar sehari setelah mengalami kelumpuhan tidur. Diperkirakan 75% kelumpuhan tidur juga melibatkan halusinasi yang berbeda dari mimpi pada umumnya.
Ini dapat terjadi sebagai halusinasi hipnagogik saat tertidur atau sebagai halusinasi hipnopompik saat bangun tidur.
Hypnopompic sleep paralysis
Saat tidur, tubuh Bunda bergantian antara tidur REM dan NREM (non-rapid eye Movement). Satu siklus tidur REM dan NREM berlangsung sekitar 90 menit. Tidur NREM terjadi pertama kali dan memakan hingga 75% dari keseluruhan waktu tidur Bunda. Selama tidur NREM, tubuh rileks dan memulihkan diri.
Di akhir NREM, tidur Bunda beralih ke REM. Mata Bunda bergerak cepat dan mimpi terjadi, namun seluruh tubuh tetap sangat rileks. Otot Bunda âdimatikanâ selama tidur REM. Jika Bunda sadar sebelum siklus REM selesai, mungkin menyadari bahwa tidak dapat bergerak atau berbicara. Ini disebut hypnopompic sleep paralysis
Hypnagogic sleep paralysis
Sementara kondisi hypnagogic sleep paralysis terjadi ketika Bunda tertidur, tubuh perlahan-lahan rileks. Biasanya Bunda menjadi kurang sadar sehingga tak menyadari adanya perubahan. Namun jika Bunda tetap atau sadar saat tertidur, mungkin menyadari bahwa tubuh tidak dapat bergerak atau berbicara.
Cara mengatasi âketindihanâ
Sleep paralysis biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Dalam kebanyakan kasus, sleep paralysis akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa detik atau menit. Berikut beberapa tips untuk mengatasi sleep paralysis:
- Tetap tenang: Panik hanya akan memperburuk keadaan.
- Berusaha untuk bergerak: Cobalah menggerakkan jari-jari kaki atau tangan Bunda.
- Tarik napas dalam-dalam: Ini akan membantu Bunda rileks dan mengurangi rasa sesak napas.
- Berpikir positif: Yakinkan diri Bunda bahwa Bunda aman dan kondisi ini akan segera hilang.
Jika Bunda sering mengalami sleep paralysis, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Pilihan Redaksi |
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
News Related-
Nadzira Shafa Nyanyi Lagu Baru, Lirik Rakit Soundtrack Film 172 Days, Ceritakan Kisah Cintanya dengan Amer Azzikra
-
Cara Menukarkan Valas dan Informasi Kurs Dollar-Rupiah di BCA, Selasa (28/11)
-
Ganjar Disindir Halus Kepala Suku di Merauke soal Kondisi Jalan
-
BREAKING NEWS - Diduga Depresi,Pemuda di Kubu Raya Nekat Akhiri Hidup Dengan Cara Tak Wajar
-
Tertarik Ubah Avanza Jadi VW Kodok? Segini Biayanya
-
Bukan Gabung Barito,Sosok di Luar Dugaan Eks Persija Membelot ke Rival Dewa United,Anak Dewa Cek
-
Pesan Mahfud ke Anak Muda Aceh: Semua Akan Sukses karena RI Kaya, Jangan Hedon
-
Apakah Hantu Itu Nyata? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
-
Rajin Beri Bonus dan Ajak Jalan-jalan,Bos Tak Menyangka Lihat Isi Grup WA Karyawan,Semua Dipecat
-
Pimpinan KPK Kaget Kasus Korupsi SYL Ternyata Sudah Dilaporkan Sejak 2020, 3 Tahun Dibiarkan Mangkrak
-
Isyarat Rasulullah Tentang Penaklukan Romawi dan Mesir
-
Istana Ingatkan Pasangan Anies-Muhaimin, Ada Kesepakatan Politik Terkait UU IKN
-
Anak Kiky Saputri Unboxing Bingkisan Ulang Tahun Ke-2 Rayyanza
-
Ragam Keris dan Senjata Pusaka di Museum Pusaka TMII