Komika Kiky Saputri dan suaminya Muhammad Khairi mengungkapkan perasaan setelah menikah saat ditemui dalam kesempatan usai acara Media Clash di kawasan Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (19/2/2023) malam.
KOMPAS.com – Komika Kiky Saputri mengungkapkan dirinya mengalami keguguran saat usia kehamilan baru menginjak 10 minggu.
Kiky menjelaskan, dirinya keguguran karena terlalu lelah bekerja dan mengalami kista ovarium sehingga janin dalam kandungannya tidak berkembang.
“Takdir Allah menentukan kita harus berpisah dengan bayi aku, janin aku di usia kandungan 2,5 bulan, 10 minggu, di mana itu sebulan yang lalu,” kata dia dikutip dari Kompas.com (18/3/2024).
Awal mengetahui mengidap kista
Awalnya, dia mengaku mengetahui punya kista di luar dinding rahim sebelum hamil seukuran 3,8 cm. Saat akan membersihkan kista, Kiky hamil. Seiring perkembangan janinnya, kista itu ikut bertambah besar menjadi 4,6 cm.
Kondisi tersebut membuat area dinding rahim tertekan dan janin tidak mendapatkan makanan. Akibatnya, Kiky kehilangan calon buah hatinya.
Usai keguguran, ukuran kista Kiky membesar menjadi 5,2 cm. Kista itu menempel di tuba falopi bagian kiri dan menyelimuti ovariumnya. Ini membuat ovarium kiri Kiky diangkat.
Lalu, apa itu kista ovarium yang dialami Kiky Saputri, ciri-ciri, penyebab, dan gejalanya?
Mengenal kista ovarium
Kista ovarium merupakan kondisi yang dialami ketika terdapat kantong berisi cairan yang tumbuh di dalam ovarium atau indung telur.
Setiap perempuan memiliki dua ovarium yang terletak di setiap rahim. Ovarium menjadi tempat sel telur berkembang dan siap untuk pembuahan yang menghasilkan kehamilan.
Dikutip dari WebMD, kista ovarium dapat muncul akibat perkembangan kantong folikel yang tidak normal, penyakit endometriosis, infeksi panggul, pertumbuhan sel abnormal, atau kanker.
Terdapat beberapa jenis kista ovarium sebagai berikut:
- Kista folikel: terjadi saat kantung folikel tidak terbuka dan membesar meski sel telur di dalamnya telah matang dan siap dilepaskan ke rahim dalam proses ovulasi.
- Kista korpus luteum: terjadi saat kantong folikel yang kosong bernama korpus luteum tersumbat cairan di dalamnya dan membentuk kista.
- Kista dermoid: terbentuk akibat penumpukan jaringan dari rambut, kulit, atau gigi yang berkumpul di dalam ovarium.
- Kistadenoma: sel-sel menutupi ovarium sehingga membentuk kista berisi cairan encer atau lendir.
- Endometrioma: kista terbentuk saat jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di luar rahim, termasuk bagian ovarium.
- Kanker ovarium: terjadi akibat sel kanker menyerang ovarium membentuk kista berbentuk padat.
- Sindrom ovarium polikistik (PCOS): ovarium mengandung banyak kista kecil dengan sel telur yang belum matang di dalamnya.
Kebanyakan kista ovarium berukuran kecil dan tidak menimbulkan masalah. Kista ini juga dapat hilang dalam beberapa bulan tanpa pengobatan. Namun, kista yang berukuran besar akan menimbulkan masalah karena berpotensi pecah.
Gejala kista ovarium
Penderita kista ovarium mungkin tidak akan merasakan gejala apa pun saat mengalami kondisi ini. Mereka baru menyadari punya kista saat menjalani pemeriksaan.
Meski begitu, tak jarang penderita kista ovarium akan mengalami beberapa gejala. Berikut tanda-tanda yang mungkin dialami penderita kista ovarium.
- Nyeri atau tekanan pada panggul
- Sakit di punggung
- Kembung atau merasa kenyang
- Mual
- Bengkak di daerah perut
- Nyeri saat berhubungan seks
- Nyeri selama menstruasi
- Sering ingin buang air kecil atau besar
- Kelelahan
- Perubahan frekuensi buang air besar, termasuk sembelit
- Menurunkan berat badan tanpa alasan yang diketahui
Penderita yang kistanya pecah akan mengalami gejala lain berupa rasa tidak nyaman di perut dan keluar bercak dari vagina atau pendarahan. Berikut tanda kista ovarium yang pecah.
- Rasa sakit yang tajam dan tiba-tiba di perut bagian bawah atau punggung
- Kembung yang tidak kunjung hilang
- Bercak atau pendarahan yang tidak normal
- Sakit disertai demam dan muntah
- Pusing, lemah, atau merasa ingin pingsan
- Napas cepat
Jika mengalami kondisi tersebut, segera ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Risiko dan pencegahan kista ovarium
Dikutip dari Mayo Clinic, ada beberapa faktor risiko yang berpotensi menyebabkan seorang perempuan mengalami kista ovarium. Berikut rinciannya.
- Masalah hormonal dan mengonsumsi obat kesuburan.
- Kehamilan.
- Endometriosis atau jaringan yang menempel pada ovarium membentuk kista.
- Infeksi panggul yang parah.
- Pernah mengalami kista ovarium.
- Perempuan dalam usia mengalami siklus menstruasi.
Hingga saat ini, belum ada cara pasti untuk mencegah kista ovarium. Namun, perempuan perlu menjalani pemeriksaan panggul secara teratur untuk memastikan kondisi pada ovarium.
Mengawasi perubahan yang timbul saat berada dalam siklus menstruasi juga diperlukan untuk mengetahui adanya kondisi yang tidak biasa.
Dilansir dari Cleveland Clinic, konsumsi obat yang mengandung hormon seperti pil KB dapat menghentikan ovulasi. Beberapa penelitian menunjukkan pil tersebut dapat mengurangi kista tertentu kambuh.
Pengobatan kista ovarium
Diberitakan Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris, perempuan yang diduga menderita kista ovarium akan menjalani pemindaian ultrasonografi menggunakan alat yang dimasukkan ke vagina. Ini dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tersebut.
Jika ada kekhawatiran kista bisa menjadi kanker, dokter akan melakukan tes darah untuk mencari sel yang mengindikasikan kanker ovarium.
Kista ovarium dapat hilang secara alami dalam waktu beberapa bulan. Karena itu, dokter akan memantau ukuran dan kondisi yang terjadi sebelum melakukan tindakan tertentu.
Jika pasien merasa sakit, dokter akan meresepkan pil KB atau obat hormonal lainnya. Pengobatan ini tidak menghilangkan kista tapi dapat mencegah kista baru.
Namun, dokter akan melakukan pembedahan terhadap kista yang berukuran besar, tidak kunjung hilang, atau menimbulkan gejala serius. Pasien dalam masa menopause juga akan melakukan pembedahan karena kista lebih mungkin bersifat kanker.
Dokter yang melakukan pembedahan dengan hanya mengangkat kista dan membiarkan ovarium utuh. Jika tidak bisa, maka ada potensi satu ovarium diangkat.
Ada juga pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat kedua ovarium. Keadaan ini membuat perempuan yang menjalani pembedahan tidak mampu menghasilkan sel telur sehingga tidak dapat hamil.
News Related-
Nadzira Shafa Nyanyi Lagu Baru, Lirik Rakit Soundtrack Film 172 Days, Ceritakan Kisah Cintanya dengan Amer Azzikra
-
Cara Menukarkan Valas dan Informasi Kurs Dollar-Rupiah di BCA, Selasa (28/11)
-
Ganjar Disindir Halus Kepala Suku di Merauke soal Kondisi Jalan
-
BREAKING NEWS - Diduga Depresi,Pemuda di Kubu Raya Nekat Akhiri Hidup Dengan Cara Tak Wajar
-
Tertarik Ubah Avanza Jadi VW Kodok? Segini Biayanya
-
Bukan Gabung Barito,Sosok di Luar Dugaan Eks Persija Membelot ke Rival Dewa United,Anak Dewa Cek
-
Pesan Mahfud ke Anak Muda Aceh: Semua Akan Sukses karena RI Kaya, Jangan Hedon
-
Apakah Hantu Itu Nyata? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
-
Rajin Beri Bonus dan Ajak Jalan-jalan,Bos Tak Menyangka Lihat Isi Grup WA Karyawan,Semua Dipecat
-
Pimpinan KPK Kaget Kasus Korupsi SYL Ternyata Sudah Dilaporkan Sejak 2020, 3 Tahun Dibiarkan Mangkrak
-
Isyarat Rasulullah Tentang Penaklukan Romawi dan Mesir
-
Istana Ingatkan Pasangan Anies-Muhaimin, Ada Kesepakatan Politik Terkait UU IKN
-
Anak Kiky Saputri Unboxing Bingkisan Ulang Tahun Ke-2 Rayyanza
-
Ragam Keris dan Senjata Pusaka di Museum Pusaka TMII