Ciri-ciri pernikahan toxic
Nakita.id – Pernikahan adalah ikatan yang didasarkan pada kasih sayang, penghargaan, dan dukungan satu sama lain.
Namun, dalam beberapa kasus, hubungan tersebut dapat menjadi beracun, menyebabkan stres, kegelisahan, dan bahkan trauma emosional bagi salah satu atau kedua pasangan.
Mengenali ciri-ciri pernikahan yang tidak sehat atau toxic adalah langkah penting pertama menuju kesejahteraan mental dan emosional.
Dalam artikel ini, kita akan membahas ciri-ciri yang umum dari pernikahan toxic agar Anda dapat mengidentifikasi apakah Anda atau orang yang Anda kenal mungkin terjebak dalam hubungan yang merugikan.
Ciri-ciri Hubungan Toxic
1. Komunikasi yang Tidak Sehat
Salah satu ciri utama dari pernikahan yang toxic adalah pola komunikasi yang tidak sehat.
Ini mungkin termasuk seringnya terjadi pertengkaran yang tidak selesai, penyalahgunaan verbal, atau bahkan keheningan yang tegang di antara pasangan.
Dalam hubungan yang sehat, komunikasi seharusnya terbuka, jujur, dan menghormati perasaan dan pandangan masing-masing individu.
Namun, dalam pernikahan toxic, komunikasi sering kali dipenuhi dengan manipulasi, menghakimi, atau bahkan penghindaran.
2. Kekerasan Emosional atau Fisik
Salah satu tanda yang paling jelas dari pernikahan yang toxic adalah adanya kekerasan, baik secara emosional maupun fisik.
Ini bisa termasuk ancaman, penolakan, penghinaan, atau bahkan tindakan fisik yang menyakitkan.
Kekerasan dalam bentuk apapun tidak boleh dianggap remeh, dan setiap bentuk kekerasan harus dihadapi dengan serius.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami kekerasan dalam pernikahan, penting untuk mencari bantuan segera.
3. Kontrol dan Manipulasi
Dalam pernikahan toxic, salah satu pasangan mungkin mencoba untuk mengontrol atau memanipulasi yang lainnya.
Ini bisa termasuk mengatur segala sesuatu dari keuangan hingga hubungan sosial pasangan tersebut.
Pasangan yang toxic mungkin juga menggunakan ancaman atau intimidasi untuk memaksa pasangan mereka melakukan apa yang mereka inginkan.
Kontrol dan manipulasi seperti ini merusak rasa percaya diri dan otonomi individu, dan tidak seharusnya menjadi bagian dari hubungan yang sehat.
4. Kehilangan Identitas Pribadi
Dalam pernikahan yang sehat, pasangan memberikan dukungan dan ruang untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu.
Namun, dalam pernikahan toxic, salah satu pasangan mungkin merasa terkekang dan kehilangan identitas pribadinya.
Mereka mungkin merasa bahwa kebutuhan, impian, dan aspirasi mereka diabaikan atau diinjak-injak oleh pasangan mereka.
Kehilangan identitas pribadi dapat menyebabkan perasaan kekosongan dan kehilangan diri yang dalam.
5. Tidak Adanya Rasa Hormat
Salah satu fondasi dari hubungan yang sehat adalah saling menghormati satu sama lain.
Namun, dalam pernikahan toxic, rasa hormat mungkin absen atau bahkan terbalik.
Pasangan toxic mungkin tidak menghargai atau menghormati pendapat, kebutuhan, atau batasan pasangan mereka.
Sebaliknya, mereka mungkin meremehkan atau merendahkan pasangan mereka secara terus-menerus, yang dapat merusak kepercayaan diri dan harga diri seseorang.
6. Tidak Adanya Kesetiaan dan Kepercayaan
Kepercayaan dan kesetiaan adalah aspek penting dari hubungan yang sehat.
Namun, dalam pernikahan toxic, kesetiaan dan kepercayaan mungkin sering kali dipertanyakan atau dilanggar.
Salah satu pasangan mungkin merasa tidak aman atau curiga terhadap pasangan mereka, atau pasangan mungkin sering kali bersikap tidak jujur atau menyembunyikan hal-hal penting dari yang lainnya.
Ketidaksetiaan dan kecurangan dapat merusak fondasi kepercayaan dalam hubungan dan membuatnya sulit untuk memperbaiki hubungan tersebut.
7. Isolasi Sosial
Pasangan yang terjebak dalam pernikahan toxic mungkin mengalami isolasi sosial, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Salah satu pasangan mungkin mengendalikan akses pasangan mereka ke teman, keluarga, atau sumber dukungan lainnya.
Mereka mungkin mencoba untuk memisahkan pasangan mereka dari orang-orang yang peduli tentang mereka, meninggalkan mereka terjebak dalam lingkaran yang beracun.
Isolasi sosial dapat membuat seseorang merasa terjebak dan tidak memiliki opsi untuk mencari bantuan atau dukungan.
Sebagian artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan
News Related-
Nadzira Shafa Nyanyi Lagu Baru, Lirik Rakit Soundtrack Film 172 Days, Ceritakan Kisah Cintanya dengan Amer Azzikra
-
Cara Menukarkan Valas dan Informasi Kurs Dollar-Rupiah di BCA, Selasa (28/11)
-
Ganjar Disindir Halus Kepala Suku di Merauke soal Kondisi Jalan
-
BREAKING NEWS - Diduga Depresi,Pemuda di Kubu Raya Nekat Akhiri Hidup Dengan Cara Tak Wajar
-
Tertarik Ubah Avanza Jadi VW Kodok? Segini Biayanya
-
Bukan Gabung Barito,Sosok di Luar Dugaan Eks Persija Membelot ke Rival Dewa United,Anak Dewa Cek
-
Pesan Mahfud ke Anak Muda Aceh: Semua Akan Sukses karena RI Kaya, Jangan Hedon
-
Apakah Hantu Itu Nyata? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
-
Rajin Beri Bonus dan Ajak Jalan-jalan,Bos Tak Menyangka Lihat Isi Grup WA Karyawan,Semua Dipecat
-
Pimpinan KPK Kaget Kasus Korupsi SYL Ternyata Sudah Dilaporkan Sejak 2020, 3 Tahun Dibiarkan Mangkrak
-
Isyarat Rasulullah Tentang Penaklukan Romawi dan Mesir
-
Istana Ingatkan Pasangan Anies-Muhaimin, Ada Kesepakatan Politik Terkait UU IKN
-
Anak Kiky Saputri Unboxing Bingkisan Ulang Tahun Ke-2 Rayyanza
-
Ragam Keris dan Senjata Pusaka di Museum Pusaka TMII