Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya
ilustrasi sepatu
JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri mengatakan, bisnis alas kaki atau sepatu cukup lesu pada awal 2024.
Firman mengatakan, hal tersebut terlihat dari penurunan penjualan pada Lebaran 2024 lalu di mana penurunan hingga 20 persen.
“Secara nilai Lebaran memang ada pertumbuhan jika dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Tapi jika dibandingkan dengan Lebaran 2023 umumnya terjadi penurunan. Hingga setidaknya mencapai 20 persen,” kata Firman saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/5/2024).
Menurut Firman, salah satu penyebab turunnya penjualanan sepatu yaitu melambungnya harga bahan pangan sehingga masyarakat lebih mengutamakan pangan.
Selain itu, ia mengatakan, sejak 2019-2022, tantangan pelaku usaha alas kaki adalah bahan baku dikenakan bea masuk tambahan (safeguards).
“Bahan baku dari 2019-2022 kita dikenakan safeguards kain/tekstil, terus tahun 2023 kita sempat kesulitan karena ada aturan baru verifikasi kemampuan industri. Di 2024 berlaku Permendag 36/2023,” ujarnya.
Firman mengatakan, aturan terkait larangan terbatas (lartas) melalui Permendag 36 Tahun 2024 menjadi beban.
Sebab, kata dia, dalam aturan tersebut termuat lebih dari 100 HS terkait alas kaki di mana 70 persen dikenakan lartas yang maksimal.
“Yaitu, Persetujuan Impor (PI) di mana berlaku kuota impor, Laporan Surveyor (LS) dilakukan pemeriksaan fisik ditempat asal impor, dikenakan persetujuan teknis yang wajib ada verifikasi kemampuan industri,” tuturnya.
Lebih lanjut, Firman mengatakan, meski aturan tersebut sudah direvisi, ketentuan terkait alas kaki tidak mengalami perubahan sama sekali
“Sama-sama Permendag yang baru 7/2024 rekomendasi menperinnya yang dihapus. Secara umum ketentuan lain terkait alas kaki tidak ada perubahan sama sekali,” ucap dia.
Untuk diketahui, industri alas kaki tengah menjadi sorotan publik menyusul kabar penutupan pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat pada 30 April 2024.
“Keputusan untuk menghentikan aktivitas produksi Pabrik PT Sepatu Bata Tbk yang berada di Purwakarta berdasarkan Keputusan Direksi tanggal 30 April 2024 yang sebelumnya telah disetujui berdasarkan persetujuan dari Keputusan Dewan Komisaris tanggal 29 April 2024,” kata Direktur Sepatu Bata Hatta Tutuko, dikutip pada Sabtu (4/5/2024).
Perusahaan sepatu yang sudah beroperasi ratusan tahun atau sejak era Kolonial Belanda di Indonesia ini mengaku sudah melakukan berbagai usaha agar pabrik di Purwakarta tetap bertahan.
“PT Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat,” ungkap Hatta.
Secara spesifik, ia menyebut, model-model sepatu dan produk alas kaki lain yang diproduksi dari fasilitas produksi Purwakarta sudah mengalami permintaan penurunan di pasar.
“Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun,” beber Hatta.
“Dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia,” tambah dia.