Vaksin Covid-19 AstraZeneca Punya Efek Samping TTS, Apa Itu?
Ilustrasi vaksin AstraZeneca. AstraZeneca dilaporkan mengakui efek samping langka TTS pada vaksinnya.. TTS adalah kondisi saat seseorang mengalami pembekuan darah dan trombosit rendah.
KOMPAS.com – Trombosit dengan sindrom trombositopenia atau TTS adalah efek samping langka yang disebut bisa terjadi setelah menerima vaksin AstraZeneca (AZ).
Sejumlah media Inggris mengabarkan, perusahaan farmasi AstraZeneca dalam dokumen hukum yang diserahkan kepada pengadilan, mengakui risiko efek samping langka vaksin buatannya.
“Diakui bahwa vaksin AZ, dalam kasus yang sangat jarang, dapat menyebabkan TTS. Mekanisme alasannya tidak diketahui,” tulis AstraZeneca seperti dikutip The Telegraph.
Namun, raksasa farmasi tersebut mengungkapkan, TTS juga bisa berkembang tanpa adanya suntikan vaksin AstraZeneca atau vaksin lain.
“Penyebab dalam setiap kasus individu akan bergantung pada bukti ahli,” terangnya.
Lantas, apa itu TTS yang diklaim efek samping langka AstraZeneca?
Mengenal TTS, efek samping langka vaksin AstraZeneca
Dilansir dari laman Healthline, thrombosis with thrombocytopenia syndrome atau trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) adalah sindrom yang sangat langka.
Penyakit ini kerap disebut sebagai trombositopenia trombotik imun yang diinduksi vaksin (vaccine-induced immune thrombotic thrombocytopenia/VITT) karena menyerang setelah penderita menerima vaksin Covid-19 tertentu.
TTS terjadi saat seseorang mengalami pembekuan darah (trombosis) disertai jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia).
Trombosis merupakan pembentukan bekuan darah, yang dapat mengurangi aliran darah normal di pembuluh darah yang terkena.
Sementara itu, trombositopenia adalah kondisi di mana tidak terdapat cukup trombosit dalam darah.
Trombosit sendiri biasanya membantu darah untuk membeku atau menggumpal, sehingga menghentikan pendarahan yang berlebihan.
Efek samping langka TTS terlihat pada sebagian kecil orang setelah mendapatkan jenis vaksin Covid-19 tertentu.
Tidak hanya AstraZeneca, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan, vaksin Covid-19 Johnson dan Johnson (J&J) juga dapat menyebabkan TTS pada beberapa orang.
Namun, kejadian ini sangat jarang, sekitar empat kasus per satu juta dosis vaksin Johnson dan Johnson.
Di sisi lain, epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman merinci, risiko efek samping TTS dosis pertama AstraZeneca sekitar 8,1 kasus per 1 juta penerima vaksin.
Setelah suntikan dosis kedua, angka risiko menurun menjadi 2,3 kasus per 1 juta penerima vaksin AstraZeneca.
Gejala TTS setelah vaksin Covid-19
Dilansir dari laman Health Direct, TTS berpotensi memengaruhi otak dan tubuh secara keseluruhan.
Berikut gejala yang memengaruhi otak:
- Sakit kepala yang parah dan terus-menerus
- Penglihatan kabur
- Kesulitan berbicara
- Kantuk
- Kejang atau kebingungan.
Sementara itu, gejala TTS yang berpengaruh pada seluruh tubuh, meliputi:
- Sulit bernapas
- Nyeri dada
- Pembengkakan kaki
- Nyeri perut yang terus-menerus
- Muncul bercak darah kecil di bawah kulit, jauh dari tempat suntikan.
Gejala kemungkinan akan muncul antara 4-42 hari setelah menerima suntikan vaksin Covid-19.
Faktor risiko dan komplikasi TTS
Hingga saat ini, mekanisme penyebab TTS setelah vaksinasi Covid-19 belum dipahami. Namun, penyakit ini dianggap mirip dengan trombositopenia yang diinduksi heparin (HIT).
HIT merupakan reaksi langka terhadap heparin atau obat pencegah penggumpalan darah yang memengaruhi cara kerja trombosit.
Sejumlah kelompok tercatat lebih berisiko terkena TTS dan perlu menghindari jenis vaksin tertentu.
Faktor risiko TTS tersebut termasuk:
- Berusia di atas 50 tahun
- Memiliki kelainan genetik tertentu
- Didiagnosa menderita penyakit autoimun atau kanker
- Mengidap kelebihan berat badan atau obesitas
- Mengonsumsi terapi penggantian hormon atau pil KB
- Wanita hamil.
Kelompok di atas harus berkonsultasi dengan dokter untuk membantu memilih jenis vaksin terbaik, sehingga risiko efek samping langka bisa lebih dihindari.
Kondisi TTS sendiri berpotensi memicu komplikasi akibat penggumpalan darah dan jumlah trombosit yang rendah.
Penggumpalan darah dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa karena aliran darah gagal mencapai organ vital.
Beberapa komplikasi tersebut, antara lain:
- Emboli paru jika ada gumpalan di paru-paru
- Serangan jantung jika ada gumpalan di jantung
- Stroke jika ada gumpalan di otak.
Bukan hanya itu, jumlah trombosit yang rendah juga dapat menyebabkan penderita mudah mengalami pendarahan atau pendarahan yang berlangsung lebih lama dari biasanya.
Kondisi tersebut sangat berbahaya, terutama jika penderita mengalami pendarahan internal di salah satu organ vital.