Uzbekistan Selalu Jadi Batu Sandungan,Timnas Indonesia Belum Pernah Menang dari Serigala Putih
TRIBUNJABAR.ID, DOHA – UZBEKISTAN selama ini selalu menjadi mimpi buruk Indonesia. Berdasarkan catatan head-to-head, tim Garuda , baik dari kelompok umur hingga senior, tak pernah mengalahkan tim Serigala Putih.
Total sudah enam kali Indonesia dan Uzbekistan berhadapan baik di kelompok umur hingga senior.
Hal yang masih membekas di ingatan tentu pada babak 16 besar Asian Games 2022 yang dihelat tahun lalu.
Timnas U-24 Indonesia asuhan Indra Sjafri mampu menahan imbang 0-0 Uzbekistan hingga 90 menit.
Namun, pada akhirnya mereka kalah 0-2 setelah bermain 120 menit dalam 2 x 15 extra time.
Pelatih Garuda Muda, Shin Tae-yong juga pernah bertemu Uzbekistan saat memimpin timnas U-20 Indonesia di Piala Asia U-20 2023.
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong bersama dengan pemainnya, Egy Maulana Vikri dalam sesi pre match conference kontra Jepang, di Doha, Qatar, Selasa (23/1/2024). (istimewa PSSI)
Kala itu, Indonesia bermain imbang 0-0 pada laga terakhir fase grup yang membuat Hokky Caraka dkk gagal lolos ke babak selanjutnya.
Shin setidaknya punya tujuh pemain yang pernah bertemu Uzbekistan tahun lalu yakni Ernando Ari, Daffa Fasya, Adi Satriyo, Rizky Ridho, Doni Tri Pamungkas, Bagas Kaffa, dan Ramadhan Sananta.
Sekali pun lawannya jauh lebih diunggulkan, keyakinan diri Shin Tae-yong justru memuncak.
Kini, dia menargetkan Garuda Muda adalah menuju final dan memenangi turnamen Piala Asia U-23 2024.
“Saya mengatakan kepada mereka untuk mempercayai saya dan mengikuti saya dan (bersama) kami bisa mencapai final. Saya pikir kepercayaan diri yang saya berikan kepada para pemainlah yang telah membawa kami sejauh ini,” kata Shin Tae-yong.
Harapan mencapai final juga diungkapkan striker Timnas U23 Indonesia, Rafael Struick, yang terpaksa absen pada semifinal nanti arena akumulasi kartu kuning.
“Semoga kami bisa menang,” ujar Struick seperti dikutip dari Bolasport. “Kemudian saya bisa main di final,” harapnya.
Struick berharap Timnas Indonesia bisa mempertahankan permainan terbaiknya seperti di semifinal.
“Ya tentu saja, kami harus memainkan gaya bermain yang kita biasa mainkan di tiap pertandingan,” ujar Rafael. “Satu atau dua sentuhan, membuat patterns (pola) yang kita punya bekerja.” (tribunnews/rochmat purnomo/den/bolasport)