,Plot Twist, PDIP Demi Tumbangkan Bobby Nasution,Ajak Ahok Lawan Mantu Jokowi di Pilkada Sumut 2024
TRIBUNNEWSMAKER.COM – Nama Ahok dari awal bahasan Pilkada 2024 selalu masuk ke dalam bursa daftar kandidat calon Gubernur DKI Jakarta.
Elektabilitas Ahok bahkan mampu bersaing dengan sejumlah nama-nama kandidat lainnya, termasuk Anies Baswedan.
Hingga muncul wacana duet Ahok dan Anies Baswedan untuk maju di Pilgub DKI Jakarta.
Namun seakan plot twist dalam film, Ahok kini justru muncul dalam bursa Pilkada Sumatera Utara 2024.
Diketahui, Pilkada Sumut telah diisi nama-nama besar untuk cagub cawagubnya, misalnya sang mantu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Bobby Nasution.
Kabarnya, Ahok akan diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk melawan Bobby Nasution.
Alasan PDIP mengusung Ahok di Pilkada Sumut 2024 ini adalah untuk melawan Bobby Nasution dan memutus dinasti Jokowi.
Gelaran Pilkada Sumut 2024 menarik untuk disimak setelah Walikota Medan, Bobby Nasution yang menantu Jokowi ini diperkirakan bakal ikut berkontestasi.
Diketahui Partai Golkar mengusung Bobby Nasution untuk Pilkada Sumut.
Partai Golkar coba memainkan politik dinasti, mengingat Bobby Nasution adalah menantu pria satu-satunya Presiden Joko Widodo (Jokowi).
PDIP sendiri telah membuka penjaringan pendaftaran calon bupati, wali kota, dan gubernur se-Indonesia mulai 3 April hingga 20 Mei 2024.
Kemungkinan Ahok diusung PDIP di Pilgub Sumut diungkap oleh politisi PDIP Sutrisno Pangaribuan.
Menurut Sutrisno, Sumut sudah selayaknya dipimpin sosok yang berani melawan mafia.
Sejauh ini, kata Sutrisno telah mengambil formulir pendaftaran calon gubernur (Cagub) Nikson Nababan, Ketua DPC PDIP Tapanuli Utara, Bupati Tapanuli Utara (2014-2024), dan Edy Rahmayadi, Gubernur Sumatera Utara (2018-2023).
Menurut Sutrisno Pangaribuan, Rapidin Simbolon, Ketua DPD PDIP Sumut, Anggota DPR RI terpilih, Bupati Samosir (2015-2020), kandidat potensial sebagai Cagub, tetapi Rapidin tidak berkeinginan.
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (Kolase TribunNewsmaker – Kompas.com)
“Namun, Rapidin Simbolon belum menyatakan keinginan, kesediaan maju, dan mendaftar.
Karena itu, dirinya meyakini mantan Komisaris Utama Pertamina itu memiliki kans besar untuk menang di Pilgub Sumut 2024.
“Nama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi salah satu nama cagub yang berpeluang besar untuk menang. Pengalaman sebagai Bupati Belitung Timur (2005-2010).
Lalu pada tahun 2006, Ahok mengundurkan diri sebagai Bupati karena maju sebagai calon gubernur Bangka Belitung,” terangnya.
“Kemudian Ahok maju dan duduk sebagai Anggota DPR RI, dari partai Golkar (2009-2014).
Ahok kemudian menjadi Wakil Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta (2012-2017).
Terakhir Ahok diberi amanah sebagai Komisaris Utama PT Pertamina, dan mengundurkan diri (2024),” sambungnya.
Terlebih, dirinya juga melihat daftar kandidat dalam bursa cagub Sumut 2024, ia meyakini Ahok bisa menciptakan sejarah dengan memenangkannya.
“Terutama jika Pilkada Sumut akan diikuti oleh 4 pasangan calon (Paslon), yakni menantu Jokowi, Edy Rahmayadi, dan Musa Rajekshah (Ijeck), maka Ahok akan memenangkan Pilkada Sumut.
PDIP akan menciptakan sejarah baru dengan Gubernur baru di Pemilu 2024,” ucapnya.
Bagaimana kekuatan Bobby Nasution di Pilgub Sumut?
Pengamat sosial dan pemerintahan, Arifin Saleh Siregar, mengatakan Bobby Nasution kemungkinan berebut rekomendasi dengan Musa Rajekshah alias Ijeck.
Ijeck merupakan Ketua DPD Golkar Sumut.
Tentu sebelum dipastikan maju dalam Pilgub Sumut, Bobby harus berusaha mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.
Kemungkinan ada tiga paslon yang bersaing di Pilgub Sumut; Musa Rajekshah, Bobby Nasution, dan Eddy Rahmayadi. Sebelum nama Ahok muncul.
Basis suara jika Ijeck, Bobby, Edy maju masih meraba-raba.
Tapi yang jelas suara kader Golkar yang memilih Golkar kemarin kemungkinan akan tetap ke suara Bobby.
“Tapi waktu menjadi variabel berikutnya.
Kita belum tahu faktor politik apa yang tersaji ke publik karena masih panjang ini. Jadi nanti masih banyak hal yang mempengaruhi,” ucapnya.
“Kita lihat basis Politik tentu belum bisa diyakini faktor penentu, apalagi Pileg berbeda jauh dengan Pilkada,” imbuhnya.
Terkait bakal calon Wakil Gubernur dari Musa Rajekshah, sepertinya tidak begitu signifikan mendongkrak suara.
Seringkali atau beberapa kali dalam beberapa daerah justru keberadaan wakil kepala daerah bisa menggerus suara kepala daerahnya.
Makanya Ijeck harus berhati-hati menentukan calon Wakilnya.
Pertama, walaupun tidak memiliki basis massa yang banyak atau berbagai modal setidaknya calon wakil eksistensi tinggi dan penolakan di masyarakat.
“Kalau kita lihat dari mana, tentu dari faktor daerah, suku dan popularitasnya spesifikasi calon wakilnya,” ujarnya.
“Segala kemungkinan masih bisa terjadi dalam konteks Politik, termasuk seandainya Ijeck berpasangan dengan Bobby atau sebaliknya,” imbuhnya.
“Perkembangannya pun hari perhari, di menit terakhir bisa berubah nanti. Sumatra Utara sudah sering mengalami hal seperti itu,” katanya.
“Pernah dulu, sudah mau daftar ke KPU, rupanya salah satunya nggak jadi,” imbuhnya.
“Seandainya Musa Rajekshah, Edy Rahmayadi dan Bobby Nasution maju kita lihat variabel dukungan partai politik, variabel waktu, variabel persiapan dari Wakil,” katanya lagi.
“Kemungkinan dukungan daerah dan pusat, karena tiga orang ini memiliki peluang yang sama, basis dan kelebihan masing-masing,” imbuhnya.
“Kita juga menunggu proses tarik menarik apakah Golkar memilih Bobby atau Ijeck,” ujarnya.
“Bobby sangat dikenal karena dekat dengan istana. Di Medan juga punya tim yang solid setidaknya yang bermain di media sosial.
Pemilih generasi Z juga kita lihat. Kenapa dia maju punya hitung- hitungan, baik Ijeck, Bobby dan Edy,” tandas Arifin. (TribunNewsmaker/TribunKaltim)