Nasehat Ibu Tegar Sebelum Junior di STIP Dianiaya Hingga Tewas ,Jangan Nakal Sama Teman Harus Akur,
SRIPOKU.COM — Penganiayaan terhadap juniornya berhujung meninggal dunia, Tegar Rafi Sanjaya (23) ternyata sempat dinasehati ibundanya Sri untuk tidak nakal di kampusnya selama menjalani pendidikan sekolah ilmu tinggi pelayaran (STIP).
Penganiayaan yang dilakukan oleh Tegas Rafi Sanjaya terhadap juniornya bernama Putu Satria Ananta Rustika (19) berujung tewas.
Sebelum melakukan penganiayaan Tegar ternyata sudah diberi nasehat oleh sang ibunda manakala Tegar kembali pulang ke rumahnya di Kampung Bulak Jati Asih Bekasi beberapa hari sebelum kejadian.
Dikatakan Sri, saat itu menasihati anaknya tersebut agar berperilaku baik dan akur dengan teman di tempatnya menimba ilmu STIP.
“Sebelum kejadian hari Selasa tanggal merah dia (Tegar) pulang,” kata Triyono paman tersangka, Minggu (5/5/2024).
Kemudian dikatakan Triyono, ibunda Tegar menceritakan hal itu kepada dirinya pada malam harinya.
“Kemarin Yon baru saya bilangin, Tegar jangan nakal di sekolah,” kata Triyono menirukan perkataan Sri.
Tidak tahunya, kata Triyono tidak lama terjadi kejadian penganiayaan terhadap juniornya,
“Orang tua sudah wanti-wanti jangan nakal sama teman harus akur,” tiru Triyono kembali.
Ibunda Syok
Kecewa besar dirasakan Sri ibu kandung dari Tegar Rafi Sanjaya (21) tersangka penganiayaan mahasiswa sekolah ilmu tinggi pelayaran (STIP) bernama Putu Satria Ananta Rustika.
Sri bahkan syok tak sadarkan diri setelah tahu putranya Tegar ditetapkan sebagai tersangka kasus perundungan.
Hal tersebut diceritakan oleh Triyono selaku paman dari Tegar melansir dari Tribunnews.com, Minggu (5/5/2024).
“Saat kejadian saya langsung hubungi ibunya (Sri). Lalu mengunjungi rumahnya. Kondisi ibunya seperti habis pingsan syok sepertinya,” kata Triyono
Menurut Triyono, bahwa sang ibu sangat kecewa dengan apa yang dilakukan Tegar.
“Ya Allah Tegar tega sekali sama mama. Mama cari uang buat kamu bangun pagi, pulang malam. Kamu tega begitu sama mama.” kata Triyono menirukan perkataan Sri.
Triyono juga mengaku tak menyangka Tegar melakukan hal tersebut.
“Saya tidak percaya, segitunya Tegar sampai kejadian seperti itu,” jelasnya.
Diketahui Polisi telah menetapkan seorang tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Cilincing, Jakarta Utara.
Tersangka diketahui bernama Tegar Rafi Sanjaya (21), mahasiswa tingkat 2 STIP Jakarta.
Sementara itu, korban yang merupakan mahasiswa tingkat 1 di STIP Jakarta, Putu Satria Ananta Rustika (19), tewas akibat adanya luka di bagian ulu hati.
Atas perbuatannya, tersangka dijerat pasal 3380 jo subsider 351 ayat 3 dengan ancaman hukuman penjara 15 tahun.
Penyebab Korban Tewas
Berdasarkan hasil autopsi, pukulan korban mengakibatkan pecahnya jaringan paru-paru.
Selain itu, upaya pertolongan pertama yang dilakukan tersangka tidak sesuai prosedur sehingga mengakibatkan korban meninggal.
“Ketika dilakukan upaya, menurut tersangka ini adalah penyelamatan, di bagian mulut, sehingga itu menutup oksigen, saluran pernapasan, kemudian mengakibatkan organ vital tidak mendapat asupan oksigen sehingga menyebabkan kematian,” tuturnya.
Ia menerangkan tersangka sempat panik dan berupaya melakukan pertolongan pertama dengan cara memasukkan tangannya ke dalam mulut korban.
Upaya tersebut justru berakibat fatal.
“Jadi luka yang di paru itu mempercepat proses kematian, sementara yang menyebabkan kematiannya justru setelah melihat korban pingsan atau tidak berdaya, sehingga panik kemudian dilakukan upaya-upaya penyelamatan yang tidak sesuai prosedur,” tegasnya.
Kronologi Kejadian
Putu Satria tewas dianiaya oleh seniornya diduga hanya karena masalah baju.
Kejadian nahas itu berawal saat korban mengajak kelima temannya mengecek kelas untuk membubarkan kegiatan jalan santai.
Setelah membubarkan kegiatan jalan santai, Putu bersama kelima temannya itu turun ke lantai dua.
“Kemudian, mereka dipanggil sama senior tingkat dua yang bernama T (21) dan teman temannya. Kemudian, T bertanya siapa yang menyuruh mereka pakai baju olahraga ke gedung pendidikan lantai 3 masuk ke kelas-kelas?” kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, Ipda Suprobo, Jumat (3/5/2024), dilansir dari Tribun Jakarta.
Setelah itu, T mengajak Putu bersama kelima temannya ke kamar mandi kooridor kelas KALK C di lantai dua.
“Kemudian, mereka berlima disuruh baris paling pertama korban (Putu), kedua Angga ketiga Dicky, keempat Jeremy, kelima Reski,” sambungnya.
Karena Putu berada di paling depan barisan, ia paling dulu kena pukul T.
Menurut keterangan saksi, T memukul Putu sebanyak lima kali ke arah ulu hati.
Setelah itu, kelima teman Putu yang menyaksikan kejadian tersebut disuruh meninggalkan kamar mandi.
Usai kejadian itu, Putu langsung dibawa ke klinik yang ada di sekolahnya.
Namun, saat dibawa dan dilakukan pengecekan nadi Putu sudah tidak lagi berdetak.
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengatakan jika korban benar tewas akibat kekerasan yang dilakukan oleh seniornya pada Jumat (3/5/2024) pagi.
“Kegiatan ada di kamar mandi, ini kegiatan yang memang tidak dilakukan secara resmi oleh lembaga, ini kegiatan perorangan mereka, jadi tidak dilakukan secara terstruktur ataupun kurikulum ya,” ucap dia.