Kuburan "Zombi" Berusia 4.200 Tahun Ditemukan Secara Tak Sengaja di Jerman
KOMPAS.com – Kuburan “zombi” berusia sekitar 4.200 tahun ditemukan di situs pemakaman Jerman.
Penemuan ini terjadi ketika para arkeolog dari Kantor Negara untuk Pelestarian Monumen dan Arkeologi Saxony-Anhalt melakukan penggalian di dekat wilayah Oppin, sekitar 1,6 km dari Berlin, Jerman.
Semula, penggalian dilakukan untuk memeriksa jaringan proyek listrik bernama Sudostlink, sebelum adanya perluasan jalur.
Namun, para arkeolog justru menemukan keberadaan situs pemakaman kuno yang mengungkap praktik takhayul di kalangan masyarakat Eropa pada Zaman Perunggu.
Pemakaman yang ditemukan memiliki berbentuk persegi panjang seperti kuburan, untuk mencegah orang yang sudah meninggal bangkit kembali.
Kuburan “zombi”
Juru bicara dari tim proyek penggalian tersebut, Anja Lochner-Rechta mengatakan, mereka menemukan situs pemakaman selama proses penggalian arkeologi.
Kuburan tersebut berbentuk lubang persegi panjang berisi sisa-sisa kerangka seorang laki-laki yang meninggal saat berusia antara 40 hingga 60 tahun.
Mayat itu berusia sekitar 4.200 tahun dan berasal dari budaya Bell Beaker. Orang-orang di masa ini bekerja menjadi pengerajin logam seperti perunggu.
“Bagian bawah kerangka laki-laki itu ditutupi oleh batu besar, yang berarti situs tersebut adalah ‘kuburan revenant’,” kata Lochner-Rechta, diberitakan Miami Herald.
Revenant merupakan istilah yang merujuk pada anggapan bahwa orang yang sudah meninggal dunia akan kembali dari kematian sebagai zombi atau mayat hidup.
Orang-orang yang membuat kuburan tersebut berasal dari budaya Bell Beaker pada Zaman Perunggu sekitar tahun 3300 SM di Eropa. Mereka dikenal memiliki kebiasaan menguburkan tembikar dalam kuburan.
Warga Bell Beaker pertama kali datang ke Eropa dan menyebar ke berbagai wiayah sekitar 4.400 tahun lalu.
Akhirnya, mereka menempati wilayah yang luas, dari di Eropa barat dan sebagian Afrika. Mereka juga diketahui tinggal di Norwegia dan Maroko.
Percaya takhayul zombi
Manajer proyek Susanne Friederich mengatakan, orang Bell Beaker saat itu meyakini takhayul adanya zombi yang kembali hidup.
“Kami tahu, bahkan di Zaman Batu, orang-orang takut terhadap revenant. Saat itu, orang percaya bahwa orang mati terkadang mencoba membebaskan diri dari kuburnya,” jelasnya, dikutip dari Heritage Daily.
Pada abad pertengahan, masyarakat Eropa menganggap revenant atau kebangkitan orang yang meninggal, dialami oleh orang yang bunuh diri, penyihir, mayat yang dirasuki roh jahat, atau korban serangan vampir.
Tak hanya itu, takhayul itu juga menjadi cerita rakyat.
Revenant atau mayat hidup muncul di berbagai budaya, termasuk mitologi Celtic Irlandia Kuno dan Norse. Ini juga menjadi tradisi verbal dan pengetahuan banyak kelompok etnis Eropa.
“Ada ketakutan yang luar biasa terhadap revenant dan kekuatan misterius yang mungkin memanfaatkan roh orang mati untuk kepentingan mereka sendiri,” kata seorang profesor antropologi di Arizona University David Soren.
Untuk mencegah mayat kembali hidup menjadi “zombi”, beberapa jenazah di kuburan akan ditindih dengan batu, dipaku, dan jantunnya diambil.
“Ada kuburan yang bahkan mayatnya tengkurap. Dulu, orang percaya kalau orang mati kadang-kadang berusaha keluar dari kuburnya,” kata Friederich.
“Kalau dia tengkurap, dia akan menggali lebih dalam dan bukannya naik ke permukaan. juga mayat-mayat yang tergeletak tengkurap yang juga tertusuk tombak, sehingga praktis tertancap di tanah,” lanjutnya.
Sayangnya, penemuan kebudayaan Bell Beaker tidak meninggalkan catatan tertulis. Hasil analisis arkeolog tentang akar linguistiknya pun bersifat spekulatif.