Kata Menkes ke Jokowi: Kalau Tak Sehat dan Pintar, Tak Mungkin Gaji Rp 15 Juta
Menkes Budi Gunadi Sadikin di acara Raker Kemenkes di ICE BSD, Rabu (24/4/2024). Foto: YouTube/Sekretariat Presiden
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan sempat bertanya kepada Presiden Jokowi terkait target mencapai Indonesia Emas 2045. Saat itu, Budi sempat menjelaskan kriteria negara maju versi Bank Dunia kepada Jokowi.
“Negara maju itu definisi World Bank jelas pendapatan per kapita, GNI [Gross National Income]-nya mesti 13 ribu [dolar AS]. Indonesia sekarang 4.800. Jadi mesti naik 2,5 kali atau kalau dolarnya susah, pencapaian rupiah harus pendapatan rata-rata Indonesia Rp 15 juta sebulan. Sekarang masih Rp 5 jutaan,” kata Budi di pembukaan Rakernaskes Kemenkes di ICE BSD, Tangerang, Rabu (24/4).
Presiden Jokowi menyampaikan sambutan di Rakerkesnas Kemenkes yang digelar di ICE BSD, Tangerang, Rabu (24/4). Foto: Nadia Riso/kumparan
Budi menjelaskan lagi bahwa perbedaan warga negara yang rata-rata pendapatan Rp 15 juta dengan rata-rata pendapatan Rp 5 juta dipengaruhi oleh infrastruktur dan sumber daya yang baik.
“Yang penting, Pak, orangnya mesti sehat dan pintar. Kalau orangnya enggak sehat, enggak pintar enggak mungkin gajinya Rp 15 juta. Pasti gajinya cuma Rp 1 juta, Rp 2 juta dan saya bilang ke Bapak Presiden, ‘Pak Presiden, sehatnya mesti duluan daripada pintar’,” ungkap Budi.
Hal itu, lanjut Budi, juga sempat diungkapkan ke Mendikbudristek Nadiem Makarim. Budi sempat bergurau ke Nadiem bahwa yang penting adalah warga harus sehat dulu.
“Karena apa? Pak Nadiem ngurusin pendidikan usia 4-5 tahun. Kalau Menkes ngurusin sebelum dia lahir 9 bulan, kita sudah urusin jadi minus 9 bulan pun kita sudah urus. Jadi kita mesti duluan memang. Maksudnya anggarannya juga mesti duluan,” ujarnya dan disambut tepukan tangan tamu yang hadir.
Peserta Raker Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di ICE BSD, Rabu (24/4/2024. Foto: Youtube/@ Sekretariat Presiden
Untuk itu, Budi mengungkapkan pentingnya memastikan masyarakat Indonesia tetap sehat.
“Karena dari dulu fokusnya kita banyak urusin mengobati orang sakit. Spesialisnya kurang, alkesnya kurang, rumah sakitnya kurang padahal jauh lebih penting menjaga masyarakat sehat. Kader posyandu diurusin, posyandunya bagus, puskesmas juga lengkap, alat-alatnya ada. Itu kurang mendapat perhatian karena kurang seksi, lebih seksi yang mengobati orang sakit,” pungkasnya.