Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah
Waketum Gerindra Rahayu Saraswati saat ditemui di markas TKN Fanta, Jakarta Pusat, Rabu (1/5/2024) malam.
JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Rahayu Saraswati membantah anggapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi tembok tebal yang menghalangi koalisi PDI-P dengan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
“Itu tidak benar. Sekali lagi, tidak benar bahwa anggapan Pak Jokowi itu sebagai tembok tebal ataupun halangan, sama sekali tidak,” ujar Sara saat ditemui di markas TKN Fanta, Jakarta Pusat, Rabu (1/5/2024) malam.
Sara menyampaikan, komunikasi antara pihaknya dan PDI-P sejauh ini berjalan dengan baik.
Menurut dia, Prabowo malah berharap komunikasi dengan PDI-P bisa terus berjalan.
“Komunikasi berjalan dengan baik. Dan tentunya Pak Prabowo berharap komunikasi itu bisa berjalan terus ke depan,” kata Sara.
Sebelumnya, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan penghalang bagi PDI-P untuk berkoalisi dengan pemerintahan presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto.
Menurut dia, selama Prabowo dan Jokowi masih mesra, selama itu pula PDI-P sulit masuk ke pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Bagaimanapun, Jokowi ini tembok tebal yang akan menghalangi PDI-P berkoalisi dengan Prabowo,” kata Adi dalam program Obrolan Newsroom Kompas.com, Selasa (30/4/2024).
Adi menyampaikan, hubungan antar-elite harus dilihat dalam kans PDI-P berkoalisi dengan Prabowo.
Dia mengakui bahwa Prabowo memang tidak memiliki persoalan yang serius dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Hanya saja, kata Adi, bukan tidak mungkin PDI-P mempertimbangkan bergabung dengan Prabowo usai pelantikan Prabowo sebagai presiden.
Adi menyebut bisa saja romantisme dan bulan madu antara Jokowi dan Prabowo berakhir ketika serah terima jabatan pada 20 Oktober 2024 mendatang.
“Tapi kalau Jokowi dan Prabowo baik-baik saja, tidak ada gejolak, tidak ada konflik, saya kira sulit bagi PDI-P untuk bergabung,” kata Adi.
“Selama Jokowi mesra dengan Prabowo, sepanjang itu juga sulit saya bayangkan PDI-P akan bergabung. Tapi kalau hubungan Jokowi dan Prabowo wassalam, tak lagi mesra, bukan tidak mungkin PDI-P akan segera memutuskan langkah politiknya berupa seratus haluan dan dukung Prabowo,” ujar Adi.
Selain faktor Jokowi, Adi juga menilai PDI-P sulit berkoalisi dengan Prabowo dalam waktu dekat karena menjaga suasana hati basis pemilih yang setia dengan mereka di Pilpres dan Pileg 2024.
“Saya kira kecenderungan (pemilih PDI-P) secara umum memang agak menolak dan bahkan keras ya bergabung dengan Prabowo,” ujar Adi.