Ini Sosok Pasutri Cetak Rekor Muri Pemilik Anak Terbanyak di Indonesia,Kalahkan Gen Halilintar
TRIBUNJAKARTA.COM – Siapa yang terlintas di benak kamu jika membahas pasutri dengan anak terbanyak?
Sebagian besar mungkin terbesit nama Gen Halilintar, keluarga Halilintar memang dikenal lantaran memiliki jumlah keluarga yang cukup besar.
Ya, pasangan Lenggogeni Faruk dan Halilintar Anofial Asmid memang diketahui memiliki 11 anak.
Namun, rupanya ada pasangan suami istri (pasutri) yang menyandang gelar pemilik anak terbanyak di Indonesia.
Bahkan jumlah anak yang mereka miliki melebihi Gen Halilintar.
Lantas, siapa pasutri pemilik anak terbanyak itu?
Pemilik Ana Terbanyak di Indonesia
Sosok pemilik anak terbanyak di Indonesia merupakan pasutri dari Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara.
Pasutri itu adalah Kamaruddin dan Najerah. Pasutri ini tercatat memiliki 16 anak kandung terdiri dari 8 putri dan 8 putra.
12 anak pasangan Kamaruddin dan Najerah saat ini mondok di pesantren, 6 di antaranya hafiz dan hafizah Alquran.
Mereka tercatat sebagai santri dan santriwati pada sebuah pesantren dan sekolah Islam terpadu di kawasan Baruga, Kota Kendari.
Uniknya, dari seluruh anak tersebut, hanya 2 anak yang dilahirkan di rumah sakit, sedangkan 14 anak lainnya lahir di rumah tanpa bantuan medis.
Pasangan suami istri Kamaruddin Djiwa Daeng Tombong (56) dan Najrah (48) bersama 15 anak kandung di tahun 2016 lalu. Mereka tinggal di Desa Katoi, Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Pasangan asal Sulsel ini kini menetap sebagai guru SD di Kolaka Utara.
Pada tahun 2022, Kamaruddin dan Najerah tercatat dalam buku rekor sebagai pasangan dengan anak terbanyak di Indonesia.
Kamaruddin dan Najerah merupakan warga Desa Katoi, Kabupaten Kolaka Utara, Sultra.
Pasutri yang menikah pada umur 28 dan 20 tahun ini merupakan pasutri asal Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang merantau ke Kolaka Utara.
Kamaruddin mengatakan mereka hanya menjalani takdir Allah SWT.
Di tahun pertama pernikahannya, Najerah melahirkan anak pertamanya.
Lalu anak terakhir lahir tahun 2016, atau saat usianya 42 tahun
Kamaruddin merupakan aparatur sipil negara (ASN) pemerintah Kolaka Utara. Sehari-hari ia bekerja sebagai seorang guru SD Negeri 1 Katoi, Kecamatan Katoi, Kolaka Utara, Sultra sejak tahun 2000.
Sedangkan sang istri, Najrah merupakan seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya berperan mengasuh 16 orang anak-anaknya selama Kamarudin bekerja.
Kamaruddin diketahui mempersunting sang istri pada Januari tahun 1996 silam.
Pasangan suami istri Kamaruddin Djiwa Daeng Tombong (56) dan Najrah (48) bersama 15 anak kandung di tahun 2016 lalu. Mereka tinggal di Desa Katoi, Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Pasangan asal Sulsel ini kini menetap sebagai guru SD di Kolaka Utara. (Tribun Gorontalo)
Keduanya dikaruniai anak prtama saat usia pernikahan 10 bulan.
“Alhamdulillah, hanya Faiqaah dan Dhiyaa yang lahir di rumah sakit Pangkep (Sulsel), 14 anak persalinannya di rumah panggung dibantu tetangga kami di Katoi,” kata Kamaruddin dikutip dari Posbelitung (2022).
Alasan pasangan ini memilih tak melahirkan di fasilitas kesehatan, karena mereka tinggal di pelosok, jauh dari dokter dan bidan.
Kamaruddin diangkat jadi guru PNS di SDN 1 Katoi, Kecamatan Katoi, Kolaka Utara, sebelum orde Reformasi.
“Kami ini guru di pelosok Sulawesi,” kata Daeng Tombong, sapaan sayang Najerah untuk suaminya, Kamaruddin.
Dia berkisah, kala itu, jarak kampung Katoi ke Kolaka, ibu kota kabupaten sebelum pemekaran, sekitar 87 km.
Sedangkan jarak Katoi ke Kendari, ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, sekitar 390 km ke timur.
Ke-16 putri-putra Kama dan Najerah lahir dalam periode 19 tahun.
Artinya rerata tiap 16 bulan, pasangan ini dikaruniai seorang anak.
“Saya menikah itu Januari 1996, tidak lama setelah 10 bulan anak pertama itu lahir. Terus menyusul anak saya yang lain dan yang anak terakhir itu Desember 2016,” kata Kamaruddin.
Kamaruddin mengaku tak pernah menyesali keadaannya yang memiliki anak yang banyak. Kamaruddin bahkan bersyukur, sang pencipta berkehendak menitipkan 16 anak dari istri tercintanya.
“Semua anak yang lahir hanya dari satu orang ibu dan satu bapak, saya,” ucap Kamaruddin.
Putri tertua bernama Nurfaaiqah (1997), dan anak kedua bernama Dhiyaa Fakhria (1998).
Kedua putri pertama ini lahir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pangkep, Sulsel, tahun 1997 dan 1998.
Anak pertama mereka lahir bersamaan dengan puncak krisis moneter dan orde reformasi melanda negeri.
Bersamaan dengan itu, Kamaruddin diangkat jadi guru PNS di Lasusua, saat Kolaka Utara baru dimekarkan jadi daerah otonomi baru di Sulawesi Tenggara.
Akumulasi krisis moneter, minimnya fasilitas dan layanan medis di pedalaman Teluk Bone itu, mereka berempat ‘merantau’ ke tenggara.
Baru empat bulan di Katoi, sekitar 20 km dari Lasusua, ibu kota baru Kolaka Utara, Najerah hamil dan melahirkan anak ketiganya.
“Doa kami diterima, (Muhammad) Mufassir lahir tahun 1999, dan kini kuliah di Kendari,” katanya.
Secara beruntut tiga putri dan satu putra lahir dalam periode 4 tahun; Rizky Amaliah (2000), Sitti Atiyya (2001) dan Ainul Mardhiyah (2002) dan Abdullah Azzam (2003).
Najerah “istirahat” dan tak melahirkan di tahun 2004.
Anak kedelapan, Abdurrahman An Nawawi, baru lahir tahun 2005.
Lalu berturut-turut lagi dalam 24 bulan (2006 dan 2007), lahir sepasang putra dan putri untuk anak ke-9 dan ke-10.
Anak ke-9, Abdurrahim As Sayuti tahun 2022 ini sudah duduk di bangku kelas 1 SMA Islam bersama Khalisatul Fikriah yang kini duduk di bangku kelas III madrasah tsanawiyah.
Dalam tiga tahun, 2009 hingga 2011, pasangan ini kembali dianugerahi dua putra (Muhammad Ainur Rafiq dan Fakhrul Islam) serta seorang putri, Rifyatul Azizah.
Tiga anak terakhir mereka, juga lahir berturut-turut.
Nazirah Syauqiyatul Jannah (2013), Auliyaa Rahman (2014) dan Zayyan Aqif Rahmani (2015).
“Yang bontot kini sudah SD di Katoi. Sama kakaknya mereka adalah murid generasi pandemi corona.”
Apakah Berencana Punya Anak Lagi?
Kamaruddin menuturkan sebenarnya mereka masih mau menambah anak yang ke-17, namun sang istri mengaku sudah tidak kuat lagi. Sehingga, membatasi anak mereka hingga 16 orang saja.
“Sebenarnya masih, tapi dibatasi sampai 16 saja. Ibunya sudah ada keluhan karena merasa berat jika melahirkan lagi,” tutur dia.
Kamaruddin mengaku tak begitu berat menafkahi sang istri dan 16 anaknya, menurutnya ini adalah amanah dan takdir dari Allah SWT.
Menurut dia, janji sang maha pencipta yang membuat keluarganya bisa hidup berkecukupan.
“Belajar dari pengalaman itu semua, nenek dan ibu saya tukang kayu tapi bisa mencukupi semuanya. Saya belajar dari situ, rezeki anak ada dan alhamdulillah saya bisa lalui.”
“Kami mengalir saja seperti air di sungai jernih. Banyak suka dukanya, misalnya kalau berkumpul di Bulan Ramadhan, kami sediakan 10 liter beras sehari, dan ikan sampai 5 kg. Tapi rezeki Allah itu kan luas, ada saja dan selalu kami syukuri,” terangnya.
Baca artikel menarik lainnya di Google News.