Gempa Garut M6,2 'Seperti ada raksasa berjalan‘ – Apa saja yang diketahui sejauh ini?
Seorang petugas sedang menunjukkan kerusakan yang terjadi di sebuah bangunan akibat Gempa Garut M6,2.
Sabtu kemarin menjadi hari yang tak biasa karena sebagian orang yang sedang tertidur lelap, bekerja atau asik malam mingguan tersentak dengan guncangan kuat yang bersumber dari arah Barat Daya Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pusat gempa ‘tektonik‘ yang terakhir diidentifikasi BMKG sebesar magnitudo 6,2 berada di Samudera Hindia Selatan, Jawa Barat terjadi pada kedalaman 70km sekitar pukul 23.29 WIB.
“Rasanya seperti ada raksasa berjalan di samping saya,” kata seorang warga Jakarta yang sedang bermalam di Bandung kepada BBC News Indonesia.
Warga lain di Jakarta, yang ikut merasakan gempa, dan keluar dari rumah mengatakan kekuatan gempa “mengagetkan kami“.
Sesaat setelah gempa, cuitan di media sosial banjir dengan kata “Garut” dan “terasa“. Kedua kata ini menjadi puncak percakapan saat itu. Sejumlah video yang menunjukkan orang yang wajah cemas keluar dari bangunan. Berikut adalah hal-hal yang diketahui sejauh ini tentang gempa di Barat Daya Kabupaten Garut…
Berapa skala gempa Garut dan penyebabnya?
Seorang petugas sedang memeriksa kerusakan rumah akibat gempa berkekuatan M6,2 di Kabupaten Garut, pada Sabtu (27/4) malam.
Awalnya BMKG mengidentifikasi gempa itu berkekuatan 6,5 magnitudo dengan kedalaman 10km. Tapi dalam pengukuran terbaru, kekuatannya 6,2 magnitudo yang terjadi di kedalaman 70km. Gempa ini tidak berpotensi tsunami.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi Menengah,” kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangan tertulis.
Ia menambahkan, gempa ini terjadi karena aktivitas deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa barat atau populer disebut sebagai gempa dalam lempeng (intra-slab earthquake).
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust Fault),” kata Daryono.
Sejauh mana dampak gempa bumi Garut?
Daerah Tegalbulued, Pamulihan, Sukanegara, Cempaka, Langkaplancar dan Lembang dengan skala intensitas V MMI. Artinya kekuatan ini dirasakan semua penduduk dengan indikasi barang-barang terpelanting dan tiang-tiang tampak bergoyang, menurut laporan BMKG.
Gempabumi ini berdampak dan dirasakan juga di daerah Sukabumi dan Tasikmalaya dengan skala intensitas IV MMI. Kekuatan ini dapat dirasakan orang saat berada di dalam rumah dengan indikasi gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
Sebuah atap rumah warga di Kabupaten Sukabumi roboh akibat gempa bumi M6,2 yang mengguncang pada Sabtu (27/4) malam.
Sementara skala III-IV MMI dilaporkan terjadi di daerah Bandung dan Garut. Skala III MMI dirasakan oleh orang dalam rumah seperti ada sebuah truk besar berlalu dan terjadi di Tangerang, Tangsel, Bogor, DKI Jakarta, Kebumen, Banyumas, Cilacap dan Purwokerto.
Gempa yang terjadi di dekat Kabupaten Garut ini juga dirasakan hingga Bantul, Sleman, Kulonprogo, Trenggalek, Malang dengan skala intensitas II MMI. Skala ini bisa dirasakan beberapa orang dengan tanda benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Seberapa besar kerusakan yang terjadi di lapangan?
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 27 bangunan rusak karena dampak gempa M6,2. Rinciannya meliputi empat unit rumah rusak berat, 11 unit rumah rusak ringan sedang, lima unit rumah rusak ringan, serta tujuh unit rumah terdampak.
“Dari total jumlah tersebut kerusakan sebagian besar berada di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Garut,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan tertulis yang diterima BBC News Indonesia, Minggu (28/04).
Selain tempat tinggal atau rumah, bencana geologi ini juga mengakibatkan kerusakan pada bangunan fasilitas publik seperti tempat ibadah, sekolah, dan sarana kesehatan.
Selain itu, gempa ini juga menyebabkan empat orang mengalami luka-luka. Data hingga Minggu pagi menunjukkan, 27 keluarga terdampak dari gempa ini.
Sejarah gempa di selatan Jawa Barat.
“Dari jumlah ini warga terdampak paling banyak berada di Kabupaten Garut dengan rincian tiga orang mengalami luka-luka dan empat keluarga terdampak. Sementara di Kabupaten Tasikmalaya, satu orang mengalami luka-luka dan 8 keluarga terdampak, serta di Kota Tasikmalaya lima keluarga terdampak,” tambah Abdul Muhari.
Selain daerah yang disebutkan, gempa juga diperkirakan berdampak di wilayah Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Sumedang.
Kata Abdul Muhari, dalam upayanya, BNPB telah melakukan penanganan darurat sejak dini sesaat setelah gempa, termasuk memperbarui data dan pemantauan. Khusus di Kabupaten Sumedang, instansi terkait telah mendirikan tenda pengungsian di halaman parkir RS Sumedang untuk mengantisipasi gempa susulan.