Citayam Fashion Week di Kota Tua Minim Endorse,tak Lagi Pamer Busana,Jadi Ajang Remaja Cari Pacar
Dua tahun silam warga Jabodetabek digegerkan oleh ajang Citayam Fashion Week yang ada di Dukuh Atas, Jakarta Pusat.
Ternyata kegiatan serupa kini bergeser ke kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.
Remaja dari Jabodetabek itu sengaja datang bergaya.
Namun, di kawasan Kota Tua ini mereka tak lagi lenggak lenggok layaknya para model di catwalk, seperti saat di Dukuh Atas.
Mungkin karena di Dukuh Atas ada zebra cross yang memudahkan mereka berlenggak lenggok seperti model amatir, sementara di kawasan Kota Tua tak ada.
Mereka justru sekadar nongkrong, menghabiskan waktu libur atau santai.
Menurut salah seorang remaja bernama Kayla (16), para remaja Citayam Fashion Week sudah pindah tempat ‘nongkrong’ ke Kota Tua sejak tahun 2022.
Sementara menurut remaja lain bernama Roby (17) alasan dirinya dan teman-temannya pindah ke Kota Tua, bukan hanya untuk menghilangkan penat dengan berkumpul bersama saja.
Melainkan juga untuk berkencan dengan kekasihnya masing-masing.
“Nongkrong biasanya pacar-pacaran, Kak,” kata Roby sambil tertawa saat diwawancarai oleh Kompas.com, Minggu (28/4/2024).
Roby mengaku, biasanya selalu membawa kekasih ketika main di Kota Tua.
Namun, sayangnya saat bertemu dengan Kompas.com, kekasih remaja itu sedang tidak ikut.
Selain berkencan, Kota Tua juga kini menjadi tempat para remaja dari berbagai daerah untuk mencari kenalan.
Amel (16) mengaku, selain untuk bermain alasan ia ke Kota Tua untuk mencari kenalan teman pria baru.
“Iya, mau cari teman cowo di sini,” kata Amel tersipu malu.
Ia juga menjelaskan, kegiatan remaja Citayam Fashion Week di Kota Tua berbeda dengan di kawasan Dukuh Atas.
Kalau dulu mereka pamer busana dengan berjalan di zebra cross tengah jalan, kini mereka tak lagi melakukan itu.
“Di sini enggak ada fashion show, paling nongkrong cari kenalan,” sambung Amel.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi pada pukul 17.30 WIB, semakin sore kawasan Kota Tua semakin dipadati orang dan didominasi oleh para remaja.
Mereka biasanya, datang berkelompok untuk sekadar duduk dan berkeliling kawasan yang penuh sejarah ini.
Usai lelah berkeliling, mereka biasanya akan berwisata kuliner.
Tak sedikit pula remaja yang tengah berkencan di kawasan ini.
Para remaja pun tak sungkan lagi pamer kemesraan seperti pegangan tangan, mencium tangan kekasihnya, merangkul, dan lainnya.
Kisah Acil
Seorang pemuda bergaya di Citayam Fashion Week, Kawasan Dukuh Atas, Tanah Abang, Jakarta Pusat. (Kompas.com)
Kira-kira satu tahun lalu fenomena “Citayam Fashion Week” sempat meramaikan kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat.
Para muda-mudi saling unjuk kreativitas dan berekspresi memeragakan pakaian uniknya. Banyak kreator konten baru yang lahir berkat Citayam Fashion Week.
Sebut saja Bonge, Jeje, Mami, hingga Roy, yang mendulang popularitas di media sosial saat fenomena itu ada.
Selain mereka, sejumlah muda-mudi lainnya ternyata juga ikut kecipratan berkah “Citayam Fashion Week”.
Acil (17), misalnya. Pemuda asal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengaku selalu ikut meramaikan Dukuh Atas bersama Bonge dkk.
Bahkan, penghasilan Acil saat itu pernah menembus Rp 30 juta, dari berbagai endorse yang diterimanya.
Acil mengaku mendapat tawaran iklan produk baju dengan tarif yang menggiurkan saat itu.
Acil (kiri), salah satu remaja yang sempat meramaikan Citayam Fashion Week, saat ditemui Kompas.com di sekitaran Dukuh Atas, Jakarta Selatan, Minggu (25/6/2023). (Kompas.com/Wasti Samaria Simangunsong) (kompas.com)
Ia bercerita, sekali iklan tarifnya bisa mencapai Rp 450.000 hingga Rp 550.000.
“Awal-awal (Citayam Fashion Week) endorse juga rame. Paling gede Rp 450.000-Rp 550.000 sekali endorse. Endorse-nya ya iklan kayak baju, iklan sweater Shopee,” ujarnya yang bernama lahir Ahmad Dahlan saat bertemu Kompas.com di kawasan Stasiun MRT Dukuh Atas, Minggu (25/6/2023).
Dari hasil endorse yang didapat, alhasil Acil bisa membeli sepeda motor baru, mengganti ponselnya, hingga membantu orangtua.
“Waktu ramai sih udah beli motor, beli HP. Waktu lagi ramai (pendapatan) bisa sampai Rp 600.000-Rp 700.000 sehari,” ungkap dia.
Orangtuanya juga mendukung aktivitas Acil saat itu.
Apalagi saat mereka melihat Acil tampil di iklan televisi.
“Dukung, semenjak liat video-video saya di TikTok, Instagram, sampai masuk tv juga itu Trans 7, sama Gobal TV, masuk di iklan baju-baju Shopee,” tuturnya.
Acil berkata, dahulu ia juga sering diajak kolaborasi untuk membuat konten TikTok.
Sehingga jumlah pengikutnya di media sosial pun melonjak drastis.
“Kan sekali ngonten tuh, besoknya banyak yang ngajakin lagi, ‘Ayo Cil, ini pada komen ngonten lagi’. Sesudah Citayam bubar, followers sama viewers berkurang drastis,” kata Acil.
Acil pun bercerita bagaimana keadaannya saat ini, usai “Citayam Fashion Week” bubar dengan sendirinya.
Pendapatan Acil turun drastis walau sesekali masih mendapat endorse.
“(Waktu ramai) sebulan pernah tembus Rp 30 jutaan. Sekarang mentok paling cuma Rp 5 jutaan, ” ujar Acil.
Ditambah lagi saat ponselnya raib digondol maling saat tengah membuat konten di sekitaran Dukuh Atas.
Membuat akses TikTok dan Instagram-nya (IG) juga ikut hilang.
“TikTok sama IG saya yang lama sudah enggak tahu sejak HP hilang. Itu hilangnya di sini pas lagi ngonten juga, biasa lah ada yang ambil. Jadinya frekuensi konten pun berkurang,” ujar Acil.
Selain itu, kata dia, Dukuh Atas sudah sejak lama tidak jadi lokasi perkumpulan muda-mudi lagi.
Sebab, menurut Acil, muda-mudi itu sudah berpindah ke Kota Tua, Jakarta Utara.
Lantaran ada lebih banyak acara di sana.
“Sepinya udah lama, dari awal tahun pun udah sepi, sejak sekarang di Kota Tua ada event semua pada pindah. Pernah ke sana, ngonten,” tandasnya.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09