Bumbu Rujak Ambu Belajar dari Pameran di Malaysia dan Taiwan,Siap Ekspor Jumlah Besar
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Acara pameran di Malaysia dan Taiwan menjadi pelajaran sangat berharga bagi brand Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) Bumbu Rujak Ambu dan pemiliknya, Siti Jamilah (42).
Dari pelajaran pameran di luar negeri itu, kemasan Bumbu Rujak Ambu menjadi lebih menarik, mudah dibawa bagi traveler, dan aman di kabin pesawat. Ukuran harganya pun menjadi bervariasi. Konsumen pun bisa memilih sesuai selera dan kebutuhan.
Siti juga menjadi belajar bagaimana menjadi eksportir dengan partai besar. Sebab, dari pameran itu, banyak pembeli yang menanyakan apakah UMKM Bumbu Rujak Ambu bisa memenuhi permintaan dalam jumlah besar.
Di 2014, Siti Jamilah diajak oleh Dinas UMKM Kota Bandung untuk mengikuti pameran di Malaysia. Pamaran ini menampilkan produk-produk makanan dan minuman (food and beverage). Dari Kota Bandung diwakili oleh produk UMKM Bumbu Rujak Ambu.
Siti membawa dua jenis Bumbu Rujak Ambu, original dan bumbu dengan kecombrang. Di hari kedua pameran, Bumbu Rujak Ambu dengan bahan kecombrang laris manis, tak tersisa. Sold out. Kemasan original masih tersisa sedikit.
“Ternyata orang Malaysia sangat suka dengan bumbu rujak kecombrang,” ujar Siti Jamilah kepada Tribunjabar.id, Sabtu (20/4/2024).
Saat itu, dia membawa 150 toples Bumbu Rujak Ambu.
Sepulang dari Malaysia, Siti kembali berbenah agar produk bumbu rujaknya bisa go internasional. Sebab, mimpi mengikuti pameran di luar negeri masih menyala. Semangat membesarkan usahanya makin berlipat.
Kemasan toples ternyata tidak bolah dibawa ke kabin pesawat. Dia kemudian membuat varian baru, Bumbu Rujak Ambu kemasan pouch dan sachet. Dua kemasan ini aman di dalam kabin pesawat dan mudah bagi traveler.
Selain itu, perempuan dengan dua anak, Devan Rais Alzhafif dan Kimmy Raissa Anzafif, ini terus mencari formula agar bumbunya enak dan disukai konsumen, baik lokal maupun luar negeri.
Bumbu Rujak Ambu, produk UMKM yang ditekuni Siti Jamilah kini digemari konsumen Bandung hingga luar negeri. Bumbu Rujak Ambu berdayakan para tetangga. Produk ini juga dipasarkan di Pasar Kreatif Badung dan memanfaatkan QRIS BRI sebagai alat pembayaran. (Dok Bumbu Rujak Ambu)
Hampir selama setahun, dia mencari bahan-bahan bumbu rujak dengan standar nomor satu. Caranya mendatangi langsung para petani, petani kecombrang di Gunung Halu Kabupaten Bandung Barat, petani gula aren di Cianjur Selatan, termasuk garam yang juga tak sembarang garam bisa enak untuk bumbu rujak.
Selain formula bumbu rujak, Siti juga mulai memperbaiki cara proses produksi, mulai dari menggiling cabai hingga pengemasan menggunakan mesin, mesin capping untuk toples atau botol dan seal pouch atau sachet.
“Jadi di Malaysia, Siti juga lihat-lihat mesin-mesin penunjang produksi UMKM. Kami sudah pakai mesin induksi untuk ngeseal botol toples,” ujarnya.
Kegiatan pameran kembali dijalani Siti selama 2015, di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, hingga Makassar.
Lalu di 2016, Rujak Bumbu Ambu diajak pameran UMKM di Taiwan, Taipei Expo 2016. Siti mengaku syok. Sebab, peserta pameran lain asal Indonesia sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan brand-nya sudah terkenal.
Di pameran internasional ini, Siti merasa tercambuk untuk belajar banyak bagaimana mengekspor produk ke luar negeri. Saat itu Siti kebingungan ketika diminta menghitung jumlah berapa banyak produk Bumbu Rujak Ambu untuk satu kontainer.
“Saya bingung tak bisa menghitung. Kalau sekarang ya sudah ready, sudah belajar di Rumah BUMN Bandung,” ujarnya.
Jika hari ini ada yang memesan dalam partai besar untuk ekspor, Siti siap melayani. Sebab, kini sudah memiliki tim produksi, link bahan baku, dan kecepatan produksi yang bisa diandalkan.
Produk Bumbu Rujak Ambu sudah go global, seperti harapan program pembinaan UMKM di Rumah BUMN Bandung. Bumbu rujak ini sudah dikirim ke Hongkong, Dubai, Australia, New Zeland.
“Pembeli awalnya pesan 100 buah, sekarang 1.500 buah. Tidak ekspor langsung tapi kirim ke gudang,” ujarnya.
Bumbu Rujak Ambu, produk UMKM yang ditekuni Siti Jamilah kini digemari konsumen Bandung hingga luar negeri. Bumbu Rujak Ambu berdayakan para tetangga. Produk ini juga dipasarkan di Pasar Kreatif Badung dengan menggunakan QRIS BRI sebagai alat pembayaran nontunai. (Dok Bumbu Rujak Ambu)
Dukungan Rumah BUMN, KUR, dan Merchant BRI
Keberhasilan Bumbu Rujak Ambu menembus pasar global tak lepas dari dukungan Rumah BUMN Bandung, wadahnya para pelaku UMKM belajar naik kelas, go modern, go online, go digital, dan go global.
Setelah mengikuti sejumlah pelatihan tematik di Rumah BUMN Bandung, Siti Jamilah mendapat kesempatan mengikuti BRIncubator, pelatihan UMKM binaan BRI selama tiga bulan dengan kurikulum bisnis lengkap berikut mentor kompeten di bidang bisnis, di tahun 2023.
Bersama sejumlah UMKM, Siti belajar manajemen keuangan, cara mengakses modal, pemasaran online dan digital, juga cara ekspor.
“Di Rumah BUMN juga diajari cara membuat pitch deck (proposal binis). Manajemen keuangan, banyak banget materinya,” ujarnya.
Pitch deck adalah sebuah presentasi singkat tetapi detail yang menjelaskan gambaran umum tentang rencana bisnis yang hendak dilakukan. Pitch deck ini ditujukan kepada calon investor, sehingga penyusunannya harus dibuat menarik agar investor bersedia mendanai bisnis atau berinvestasi. Pitch deck ini tidak hanya digunakan oleh mereka yang akan mengembangkan startup saja, tetapi juga UMKM.
Di Rumah BUMN pula, para pelaku UMKM diajari mengelola keuangan yang efektif dan cara mengakses modal program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI.
Pelaku UMKM juga disarankan menggunakan merchant BRI, QRIS. Sebab, penggunaan QRIS akan menaikan level dan gengsi UMKM, yang semula hanya melayani pembayaran konvensional, kini bisa menerima pembayaran nontunai.
“Di setiap pameran kami selalu menyediakan layanan pembayaran nontunai via QRIS BRI. Bahkan di acara car free day di Dago Bandung, kami juga bawa QRIS,” ujar Siti.
Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, BRI terus mendukung UMKM untuk maju dan bisa menembus pasa global.
Maka, pembinaan kepada UMKM terus dilakukan dengan menghadirkan Rumah BUMN. Terdapat 3 Rumah BUMN yang berlokasi di Bandung, Purwakarta, dan Tasikmalaya.
“Kami membina Klaster Usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan,” ujar Sadmiadi dalam wawancara tertulis, beberapa waktu lalu.
Dia juga sangat menganjurkan UMKM menggunakan merchant BRI. Dengan cara itu, pengelolaan keuangan akan semakin mudah. UMKM akan secara otomatis menabung karena menerima pembayaran nontunai. Potensi menjadi korban penipuan uang palsu pun dapat dihindarkan. (Tribunjabar.id/Kisdiantoro)