Bertemu Bos Bank Dunia Hingga IMF di Amerika Serikat, Sri Mulyani Lapor Hasil Lawatan ke Jokowi
Bertemu Bos Bank Dunia Hingga IMF di Amerika Serikat, Sri Mulyani Lapor Hasil Lawatan ke Jokowi
Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani melaporkan hasil kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat (AS) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Hal ini disampaikannya kepada wartawan usai memberikan laporan kepada Kepala Negara di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (25/4/2024).
“Habis lapor ke pak Presiden tadi, kemarin dari IMF meeting. Kemarin pertemuan di IMF World Bank G20, saya sampaikan apa-apa yang dibahas di sana,” katanya.
Saat ditanyakan apakah kabar baik yang disampaikan kepada orang nomor satu di Indonesia itu. Sri Mulyani hanya memberi senyum lebar dan langsung masuk mobil untuk meninggalkan lingkungan Istana.
Sekadar informasi, Sri Mulyani yang juga selaku Alternate Governor IMF untuk Indonesia hadir pada Pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional-Kelompok Bank Dunia Tahun 2024 (2024 IMF-WBG Spring Meetings) di Washington DC, Amerika Serikat pada 15 – 20 April lalu dengan tema Vision to Impact yang berfokus pada isu-isu pembangunan internasional, manajemen utang, pemulihan ekonomi, dan iklim.
Sri Mulyani diketahui juga menghadiri pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 (FMCBG). Menkeu bersama perwakilan negara anggota dan undangan Forum G20 Presidensi Brasil ini membahas upaya kolektif untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengatasi tantangan global saat ini.
Menteri Keuangan yang menjabat di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan 2 periode bersama Presiden Jokowi itu menghadiri high-level event “Navigating the Mid-transition Period of The Low Carbon Shift” yang digagas Brookings Institute, dengan menyampaikan bahwa Indonesia tengah berproses dalam transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks, serta peran Kemenkeu untuk Menyusun kerangka kebijakan.
Selanjutnya, dia juga turut berpartisipasi dalam diskusi panel “Unleashing the Power of Digital Transformation to Enhance Connectivity in Asean”. Dalam diskusi tersebut, Sri membahas ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) yang bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi digital di ASEAN hingga mencapai US$2 triliun pada 2030.
Pada pertemuan “Ministerial Meeting of the Coalition of Finance Ministers for Climate Actions (CFMCA), Sri yang memimpin koalisi bersama Menteri Keuangan Belanda menyampaikan beberapa isu utama antara lain peran Kementerian Keuangan dalam mendukung pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) serta upaya untuk mobilisasi pasar global guna membiayai transisi energi.
Selanjutnya, dalam forum “Transforming Challenge into Action: Expanding Health Coverage for All”, Menkeu RI itu menyampaikan bahwa terkait cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Coverage (UHC), Kemenkeu berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui belanja pendidikan dan kesehatan. Investasi pada pendidikan dan kesehatan harus dilakukan sejak dini, terutama untuk Indonesia dengan dividen demografi.
Dalam berbagai agenda utama pertemuan seperti “International Monetary and Financial Committee Early Warning Exercise (EWE)”, Menkeu mengatakan bahwa peningkatan tensi geopolitik yang terjadi saat ini telah menciptakan lanskap ekonomi global yang kompleks. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan mengalami tekanan, terutama diakibatkan kenaikan suku bunga yang meningkatkan biaya pinjaman. Disamping itu, tekanan terhadap utang, terutama di negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah, akan semakin diperparah dengan peningkatan arus modal keluar dan depresiasi nilai tukar.
Lebih lanjut, dinamika politik global berpotensi meningkatkan instabilitas sosial politik. Dalam pertemuan tersebut, Menkeu menekankan kepada para pembuat kebijakan akan pentingnya menyusun kebijakan dengan penuh kehati-hatian sehingga dapat menjaga dan meningkatkan kepercayaan ekonomi.
Selanjutnya pada agenda “International Monetary and Financial Committee Breakfast Meeting”, Menkeu mengingatkan akan pentingnya mengelola keterbatasan ruang fiskal di tengah kenaikan belanja sosial dan manajemen utang.
Dia menyerukan empat prioritas strategis antara lain mendorong persatuan global yang damai dan resolusi bersama, menyediakan dukungan fiskal kepada yang membutuhkan, menjaga stabilitas makroekonomi, dan reformasi struktural untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Agenda utama lainnya yang dihadiri olehnya adalah “Development Committee Meeting”. Dalam kegiatan tersebut, dia menyambut baik kemajuan yang dicapai menuju terciptanya Grup Bank Dunia (WBG) yang lebih besar, lebih baik dan lebih berani (bigger, better, bolder) melalui Peta Jalan Evolusi Grup Bank Dunia (World Bank Group Evolution Roadmap).
Mantan Direktur Bank Dunia itu menyampaikan bahwa Bank Dunia harus lebih percaya diri untuk menetapkan target ambisius untuk evolution deliverables pada fase berikutnya. Bank Dunia dan IMF harus mempertahankan momentum reformasi dan memastikan reformasi tersebut menghasilkan peluang nyata bagi negara-negara emerging market dan negara berkembang.
Harapan besar disampaikan Sri untuk implementasi Global Challenges Programs dan Knowledge Compact yang mengutamakan kebutuhan dan kondisi klien. Satu hal besar yang disoroti secara kuat oleh Menkeu yaitu pricing (cost of borrowing) Bank Dunia yang terlalu mahal dibandingkan MDBs sejawat lainnya saat ini.
Selain itu, disinggung juga mengenai pentingnya penambahan kapasitas keuangan Bank Dunia dan penguatan kepentingan dan keterwakilan anggota. Menkeu menyampaikan keyakinannya bahwa peningkatan modal yang sejalan dengan reviu kepemilikan saham, akan memperkuat legitimasi dan tata kelola Bank Dunia di saat lembaga-lembaga global tepercaya sangat dibutuhkan keberadaannya.
Terakhir, dia menghadiri pertemuan IMF Fiscal Forum sebagai panelis bersama dengan Menkeu Chile, Deputi Pertama Direktur Pelaksana IMF dan Wakil EU. Dalam kesempatan tersebut Menkeu menyampaikan efektivitas sekaligus tantangan dalam mempertahankan kedisiplinan fiskal di Indonesia.
Pengalaman yang dibagi Menkeu sangat diapresiasi oleh audiens maupun panelis lainnya karena memberikan contoh dan menawarkan solusi yang konkret bagi dilema antara fleksibilitas dan kredibilitas dalam kebijakan fiskal.
Pertemuan Musim Semi IMF-WBG 2024 ditutup dengan ekspektasi yang tinggi dan semangat kolaboratif. Diharapkan pertemuan tersebut dapat berkontribusi secara signifikan dalam merumuskan solusi-solusi untuk tantangan global yang sedang dihadapi.