Apa Itu Hujan Meteor Eta Aquarid yang Bisa Terlihat di Indonesia? Ini Penjelasan NASA dan LAPAN
TRIBUNJOGJA.COM – Hujan meteor Eta Aquarids terjadi setiap tahun dan mencapai puncaknya pada awal Mei 2024.
Di tahun 2024 ini, Eta Aquarids mulai aktif pada 19 April, dan diperkirakan akan berlanjut hingga 28 Mei.
Dikutip dari laman Nasa, tepat pada Sabtu (4/5/2024) bisa menjadi malam terbaik untuk menyaksikan hujan meteor Eta Aquarids.
Eta Aquarid dikenal karena kecepatannya, yakni sekitar 148.000 mph (66 km/detik) ke atmosfer Bumi.
Meteor yang cepat dapat meninggalkan “rangkaian panjang” yang bersinar (puing-puing pijar setelah meteor), yang berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.
Secara umum, sekitar 30 meteor Eta Aquarid dapat dilihat per jam selama puncak hujan meteor terjadi.
Namun, tahun ini akan ada sekitar 50 ‘bintang jatuh’ per jam ke langit saat hujan meteor sampai puncaknya.
Kapan dan di mana bisa melihat hujan meteor Eta Aquarid? (space.com)
Menurut Bill Cooke, yang memimpin Kantor Lingkungan Meteoroid di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Marshall NASA di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat, banyak bintang jatuh yang kita lihat tahun ini sebenarnya disebabkan oleh material dari Komet Halley yang berusia sekitar 3.000 tahun.
Saat Bumi menabrak puing-puing tersebut, kita dapat melihat seberkas cahaya melintasi langit.
Saat planet kita bergerak melalui gumpalan material yang terkonsentrasi, kita bisa mengalami ledakan meteor.
Kali berikutnya, ledakan Eta Aquarid terjadi sekitar 20 tahun dari sekarang.
Menurut LAPAN, hujan meteor Eta Aquarid berasal dari komet 1/P Halley yang mengorbit tiap 76 tahun.
Komet Halley adalah sebuah komet legendaris yang banyak dibicarakan sejak masa Isaac Newton.
Komet Halley jadi bukti bahwa anggota tata surya bergerak mengelilingi Matahari dalam orbit elips.
Komet Halley adalah komet periodik dengan periode yang panjang, yakni antara 71 hingga 76 tahun.
Berikut sejumlah fakta tentang hujan meteor Eta Aquarid, mengutip dari laman Space:
Pancaran hujan meteor Eta Aquarid (astronomynow)
1. Kecepatan 66 km/detik
Mengutip laman Space, kecepatan maksimum bintang jatuh di langit cerah adalah sekitar 50 per jam, menurut American Meteor Society (AMS).
Meteor ini melintasi langit dengan kecepatan sekitar 41 mil (66 kilometer) per detik.
Nama hujan meteor diambil dari konstelasi asal mula meteor tersebut.
Dari sudut pandang Bumi, Eta Aquarid tampaknya berasal dari konstelasi Aquarius.
2. Dapat dilihat di daerah khatulistiwa
Anda dapat melihat Eta Aquarid paling baik di belahan bumi selatan.
Indonesia masuk menjadi bagian negara yang terletak di belahan bumi selatan.
Meteor ini juga dapat dilihat di utara khatulistiwa di mana pengamat memperkirakan akan melihat sekitar 10 hingga 30 meteor per jam selama puncak hujan.
Untuk menyaksikan hujan meteor, Anda perlu berada di tempat gelap, nyaman dan sabar menunggu.
3. Disebabkan oleh Komet Halley
Mirip dengan hujan meteor Orionid pada bulan Oktober, hujan meteor Eta Aquarid disebabkan oleh es dan debu yang ditinggalkan oleh ikon langit: Komet Halley.
Ketika Bumi melewati puing-puing komet, remah-remah komet tersebut memanas saat memasuki atmosfer bumi, menghasilkan bintang jatuh yang mengesankan yang melesat melintasi langit.
Komet Halley membutuhkan waktu sekitar 76 tahun untuk sekali mengorbit matahari dan tidak akan memasuki tata surya lagi hingga tahun 2061.
Nama komet ini diambil dari nama astronom Inggris Edmond Halley, yang meneliti laporan komet yang mendekati Bumi pada tahun 1531, 1607, dan 1682.
Ia menyimpulkan bahwa semua penampakan ini adalah komet yang sama yang kembali lagi dan lagi.
Halley memperkirakan komet tersebut akan kembali pada tahun 1758.
Meskipun ia tidak sempat melihat kembalinya komet tersebut dengan prediksi yang tepat, komet tersebut kemudian dinamai untuk menghormatinya.
( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )