Ilmuwan Teliti Suara Paus Biru 15 Tahun, Apa yang Mereka Dengar?
ilustrasi paus biru
KOMPAS.com - Peneliti baru-baru ini mempublikasikan hasil studi mereka yang dilakukan terhadap paus biru di Antartika.
Menariknya, studi tersebut mempelajari suara paus biru dan fokus pada tiga jenis panggilan berbeda yang dibuat oleh mahluk menakjubkan tersebut.
Survei yang mencakup hampir 3.900 suara itu dikumpulkan oleh peneliti selama 15 tahun.
Mengutip Science Alert, Senin (13/5/2024) paus biru adalah hewan terbesar di dunia, namun mamalia yang mampu tumbuh sepanjang 30 meter ini juga merupakan spesies terancam punah yang hidup di habitat terpencil.
Jadi memantau paus ini di lautan luas tidaklah mudah.
Untuk itu, peneliti menggunakan perangkat akustik pasif yang disebut sonobouy. Itu adalah pelampung khusus yang dapat mendeteksi sonar.
Artinya ketika dijatuhkan di laut, mereka dapat menangkap panggilan paus biru Antartika (Balaenoptera musculus intermedia) dan mengetahui posisi mereka.
"Analisis ini mewakili informasi sirkumpolar paling kontemporer mengenai distribusi hewan yang jarang terlihat," kata Brian Miller, ahli akustik mamalia laut dari Australian Antarctic Program.
Dengan penempatan alat itu, peneliti juga dapat mendengarkan paus-paus, melihatnya secara visual, lalu memotret dan mengikuti mereka, bahkan mengambil biopsi kecil pada kulit dan lemak mereka untuk dipelajari lebih lanjut.
Suara paus biru
Namun yang utama, peneliti bisa mencatat tiga panggilan berfrekuensi rendah dan keras paus biru.
Ketiga panggilan ini adalah panggilan Z yang hanya dilakukan oleh paus jantan, panggilan Unit-A yang merupakan bagian dari panggilan Z paus biru.
Lalu panggilan ketiga adalah panggilan sosial yang dikenal dengan panggilan D yang dilakukan oleh seluruh populasi paus biru, baik oleh paus jantan maupun betina yang sedang mencari makanan.
Mempelajari pola penggilan tersebut pun dapat membantu memantau populasi paus dari waktu ke waktu.
“Unit-A adalah panggilan yang paling banyak didistribusikan dan terdeteksi pada sonobuoy dalam jumlah terbesar di seluruh Antartika dan sub-Antartika,” kata Miller.
Sementara itu peneliti mendeteksi lebih banyak panggilan non D di awal musim makan musim panas dan panggilan Unit-A dan Z di akhir musim panas dan awal musim gugur.
Kendati peneliti belum mengetahui persis apa arti panggilan-panggilan tersebut, namun data dapat digabungkan dengan data lain seperti rekaman drone dan algoritma AI untuk menilali pergerakan paus biru dan berbagai aspek perilaku hewan tersebut.
Para peneliti juga berharap bahwa teknik yang mereka kembangkan dalam penelitian baru ini dapat digunakan untuk memantau dampak perubahan iklim yang mungkin terjadi terhadap populasi paus biru dan terhadap krill yang merupakan sumber makanan utama mereka.
Investigasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan tanpa awak, yang dilengkapi dengan hidrofon (mikrofon bawah air) dan instrumen lain untuk merekam panggilan dan kecepatan berenang.
Hal tersebut berpotensi menghubungkan jenis panggilan dengan pola makan yang berbeda pula.
"Analisis kami dan kumpulan data yang dikumpulkan akan berfungsi sebagai dasar dan batu loncatan untuk pekerjaan di masa depan, termasuk mengatasi kesenjangan pengetahuan tentang paus biru Antartika,” tambah Miller.
Studi dipublikasikan di Frontiers in Marine Science.