Berkaca dari Zhang Zhi Jie, Henti Jantung Ternyata Jadi Penyebab Tersering Kematian Mendadak Atlet
Daftar atlet yang meninggal akibat henti jantung
KOMPAS.com - Kasus henti jantung yang membuat pemain muda badminton asal China, Zhang Zhi Jie, meninggal dunia pada Minggu (30/6/2024), ternyata juga pernah dialami sejumlah atlet dunia.
Kebanyakan dari atlet tersebut berasal dari olahraga sepak bola. Sebagian kecil di antaranya merupakan atlet hoki, renang, tinju, sepeda, dan badminton.
Siapa sajakah atlet yang meninggal akibat henti jantung? Dan kenapa atlet berisiko terkena henti jantung? Simak penjelasan berikut ini.
Atlet yang meninggal karena henti jantung
Selain Zhang Zhi Jie, ada beberapa atlet muda yang sebelumnya tercatat meninggal karena henti jantung saat pertandingan olahraga. Berikut beberapa di antaranya:
1. Gaines Adams
Gaines Adams adalah atlet sepak bola Amerika profesional, yang merupakan pemain bertahan di National Football League (NFL) selama tiga musim. Henti jantung merenggut nyawa Adams di usianya yang masih 26 tahun.
Melansir ESPN (17/1/2010), petugas medis bagian koroner wilayah Greenwood, California Selatan melaporkan, pemain bertahan Chicago Bears itu meninggal setelah Adams menyelesaikan musim ketiga sekaligus terakhirnya di NFL.
Adams langsung dibawa ke unit gawat darurat (UGD) di Self Regional Hospital dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 9 pagi waktu setempat.
Hasil otopsi menunjukkan, telah terjadi pembesaran pada jantungnya. Namun, para kerabat mengaku tidak menyadari ada masalah medis pada Adams.
2. Alexander Dale Oen
Alexander Dale Oen adalah seorang perenang dari Norwegia. Namanya dikenal luas karena ia merupakan perenang pertama asal Norwegia yang berhasil memenangkan medali di Olimpiade 2008.
Namun, Norwegia harus berduka setelah Dale Oen meninggal mendadak karena henti jantung saat menjalani latihan di kamp pelatihan pra-Olimpiade di Flagstaff, Ariz.
Diberitakan Guardian, Del Oen yang berusia 26 tahun ditemukan pingsan di lantai kamar mandinya dan dinyatakan meninggal tidak lama kemudian di Flagstaff Medical Center pada 20 April 2012.
Federasi renang dunia (FINA) mengatakan jika pada ditemukan, tim dokter segera memberikan resusitasi jantung paru atau CPR hingga ambulans tiba.
Namun hasilnya nihil. Alexander Dale Oen dinyatakan meninggal pada jam 9 malam, atau selang 90 menit setelah dia masuk ke kamar mandi.
3. Michael Goolaert
Pesepeda asal Bergia meninggal dunia akibat henti jantung saat balapan di Paris-Roubaix 2018 lalu. Kematian pemain berusia 23 tahun itu dikonfirmasi tim yang menaunginya, Vérandas Willems–Crelan dalam sebuah pernyataan melalui X.
Diberitakan BBC (11/4/2024), Goolaerts dibawa ke rumah sakit setelah menerima pertolongan pertama, CPR di pinggir jalan setelah kejadian.
Hasil otopsi menemukan bahwa jantung Gooleaerts tiba-tiba berhenti akibat serangan jantung.
Diketahui ia terjatuh di titik balapan yang paling berat, yaitu dibagian kedua dari 29 ruas jalan berbatu dan 109 kilometer (km) dalam balapan sepanjang 257 km.
4. Check Tioté
Mantan pemain sepak bola Newcastle United, Cheick Tioté meninggal dunia pada usia relatif muda yakni 30 tahun.
Tioté pingsan saat sesi latihan dengan tim Liga Satu Tiongkok, Beijing Enterprises pada 5 Juni 2017. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit setempat, lalu dinyatakan meninggal akibat henti jantung.
Dinukil dari Talksport (20/2/2024), pemain berusia 29 tahun itu sebelumnya pernah pingsan saat dalam pertandingan melawan Bouremouth beberapa bulan sebelumnya.
Menurut tim penyelidikan, henti jantung yang dialami Tioté kemungkinan berasal dari penyakit anemia sel sabit, yakni kelainan genetik yang dapat menyebabkan masalah jantung dan pembuluh darah setelah melakukan aktivitas fisik yang intens.
Penyebab henti jantung pada atlet
Dilansir dari jurnal di National Library of Medicine tahun 2016, henti jantung adalah penyebab medis kematian mendadak yang paling sering terjadi pada atlet.
Diperkirakan, angka kejadian atlet yang meninggal karena henti jantung adalah 1 dari 40 ribu hingga 80 ribu per tahun.
Penelitian dari American Heart Association pada 2023 juga melaporkan, henti jantung sebagai penyebab kematian paling umum pada atlet, yaitu sebanyak 143 kasus atau 13 persen.
Namun perlu dicatat, angka kejadian atlet muda seperti Zhang Zhi Jie meninggal karena henti jantung tersebut, menurut riset, telah menurun rata-rata 29 persen setiap lima tahun.
Berdasarkan hasil otopsi dan riwayat kesehatan pada 1.102 atlet yang meninggal akibat henti jantung, sebanyak 19,5 persen di antaranya tidak ditemukan kelainan struktural pada jantung alias tidak ada kelainan jantung bawaan.
Sementara itu, sebanyak 17 persen kasus kematian atlet karena henti jantung kemungkinan disebabkan penyakit yang menyerang struktur dan fungsi otot jantung.
Sedangkan, 13 persen penyebab henti jantung pada atlet dilaporkan karena penebalan otot jantung, yang akhirnya menghambat fungsi jantung.
Kedua faktor tersebut bisa membuat gangguan irama jantung alias detak jantung tidak normal, dan memicu jantung berhenti berdetak secara mendadak.
Lebih berisiko pada atlet kulit hitam
Meski kecenderungan kematian atlet akibat henti jantung menurun, tetapi studi melaporkan bahwa tren kematian akibat henti jantung pada atlet berkulit hitam tetap tinggi.
Menurut penelitian, atlet kulit hitam memiliki risiko terkena henti jantung tiga kali lebih besar (1 dari 26.704) dibandingkan atlet kulit putih (1 dari 74.581). Namun, para ahli hingga kini belum menemukan akar penyebab tingginya risiko tersebut.
“Untuk memahami kenapa pemain berkulit hitam memiliki tingkat henti jantung yang lebih tinggi itu adalah hal yang penting dan harus menjadi fokus penelitian masa depan,” kata direktur kardiologi olahraga Emory Universitas di Atlanta, Jonathan Kim.